Sabtu, 14 Juli 2012

Kertosono 1965: Lembar Sejarah Hitam yang Terlupakan?

2012/07/14

Pagi hari dikota Kawedanan Kertosono, Jawa Timur




1 Oktober 1965.
Suasana tidak seperti biasanya kota yang begitu damai dan tenteram diusik oleh munculnya tulisan-tulisan berwarna merah darah : GANYANG PKI, SATE AIDID, GERWANI LONTE PKI banyak tercoret di tembok-tembok pagar tepi jalan, beton penyangga jembatan kereta-api, gardu-gardu listrik dan ditempat-tempat strategis lainnya.

Warga Kertosono tidak tahu siapa yang menulisnya. Tapi yang jelas dilakukan pada malam hari. Warga juga tidak tahu apa yang telah terjadi. Karena alat media masa hampir tidak ada pada waktu itu. Jangankan TV, radio saja hanya beberapa warga yang memiliki. Siaran radio terbatas hanya bisa menangkap RRI Surabaya, dan itupun harus menggunakan antenna setinggi 4 meter baru bisa menangkap sinyal.

Koran-pun jarang-jarang masuk kota itu.


Pada siang hari tersebar gambar foto-foto dan berita pembunuhan telah terjadi di Lubang Buaya Jakarta pada tanggal 30 September 1965. Foto-foto disertai sedikit ulasan dipajang disemua tempat-tempat strategis: dipasar, depan gedung bioskop, depan RS, depan kantor-kantor.

Berita terus berkembang melalui radio dan koran-koran yang mendadak disebar yang memberitakan bahwa korban pembunuhan di Lubang Buaya itu adalah petinggi-petinggi tentara. PKI (Partai Komunis Indonesia) yaitu salah satu parpol yang sangat berpengaruh dimasa itu dituduh terlibat pembunuhan itu.

2 Oktober 1965

Siang hari datang beberapa kelompok massa berjumlah ratusan orang semua mengenakan penutup wajah dengan membawa beragam senjata tajam: bambu runcing, celurit, pedang, tombak dll. Berbaris di jalan-jalan kota dengan meneriakkan yel-yel yang membakar emosi. Mencari dan memburu orang-orang yang diduga anggota PKI.

Sempat terjadi perlawanan dibeberapa tempat. Banyak jatuh korban pada saat itu.
Insiden ini berlangsung sampai sore hari.


Semakin hari situasi kota Kertosono dan sekitarnya semakin tegang dan sangat mencekam. Masyarakat diteror dan diintimidasi. Jam malam diberlakukan. Banyak kelompok-kelompok ronda yang terdiri dari pemuda-pemuda yang tidak dikenali identitasnya berkeliaran dimalam hari dengan bersenjata tajam. Penculikan dan pembunuhan terhadap orang-orang yang dicurigai sebagai anggota PKI mulai terjadi.

Sungai Brantas yang melewati kota Kertosono jadi tempat pembantaian manusia. Setiap hari puluhan mayat dengan anggota tubuh yang tidak lengkap tersangkut ditepian sungai atau dikolong jembatan kereta api. Tidak ada orang yang berani mengambilnya karena takut diintimidasi dan dituduh simpatisan PKI. Mayat-mayat itu dibiarkan membusuk.

Sungai Brantas

Disini pernah bergelimpangan mayat-mayat korban pembantaian ditahun 1965
Bau busuk dan anyir darah menyelimuti kota Kertosono dan sekitarnya.. 
Peristiwa ini berlangsung kira-kira selama 3 bulan. Setelah itu secara mendadak tiba-tiba mayat-mayat itu menghilang begitu saja entah kemana.

Namun demikian operasi pembersihan terus berlangsung secara rahasia. Semboyan yang didengungkan pada waktu itu adalah: KIKIS HABIS PKI DAN ANTEK-ANTEKNYA. Artinya perintah untuk menghabisi PKI se akar-akarnya.
Tulisan diatas adalah sekelumit peristiwa sejarah berdasarkan pengamatan penulis yang pada waktu itu masih duduk di bangku SD.

Ternyata peristiwa itu adalah merupakan awal bermulanya kekuasaan rezim Orde Baru.



Kalau anda ingin tau lebih detail lagi tentang sejarah ini, silahkan baca buku berjudul :  PALU ARIT DILADANG TEBU, karya Hermawan Sulistyo. Jangan takut, karena buku ini legal diterbitkan oleh Gramedia. Buku ini mengulas secara ilmiah dan obyektif apa yang terjadi sesungguhnya di kawasan Kediri ditahun 1965. Pengarang adalah peneliti LIPI.

Perlu diketahui oleh anak cucu kita agar sejarah hitam dan berdarah, tragedi kemanusiaan tidak terlupakan begitu saja. Dan apa saja yang pernah dilakukan oleh kakek moyang kita pada waktu itu perlu jadi bahan renungan. 

***
Sumber: MayMintaraga  

0 komentar:

Posting Komentar