Sabtu, 13 April 2013

Kisah Ahok, komunis dan perebutan lahan


Jumat, 12 April 2013 08:36 - Reporter : Ramadhian Fadillah

PKI. ©foto IPPOS

Merdeka.com - Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) akan bersikap tegas terhadap penghuni rumah susun sederhana sewa (rusunawa) Pluit. Rusun itu khusus diperuntukkan bagi warga bantaran Waduk Pluit.

Menurut Ahok, warga lain tidak bisa sembarangan menempati waduk tersebut. Bahkan, Ahok mengancam akan melaporkan ke polisi bagi warga yang bandel.
"Kalau enggak mau kita tangkap lapor polisi, enak aja emangnya komunis main duduk-dudukin. Kalau legal tanda tangan surat perjanjian," kata Ahok di Balai Kota Jakarta, Kamis (11/4).
Tentu bukan tanpa sebab Ahok menyebut komunis asal menduduki lahan. Ahok rupanya cukup paham sejarah. Tahun 1960an, Partai Komunis Indonesia dan underbouwnya Barisan Tani Indonesia (BTI) memang garang soal land reform. Mereka mengkampanyekan tanah untuk rakyat.

Tak cuma beretorika, PKI pun berusaha merebut tanah milik tuan tanah atau para kiai yang memiliki tanah luas untuk dibagikan pada penggarap lahan.

Sering terjadi perebutan lahan antara pemerintah dan para aktivis tani atau antar petani dengan tuan tanah. Seperti yang terjadi di daerah Jengkol, Kediri, Jawa Timur tahun 22 November 1961. Saat itu pemerintah hendak menggusur para penggarap lahan di area perkebunan tebu yang sudah tak terpakai.

Ada provokasi yang membuat suasana keruh. Ribuan petani bersenjata tajam berdemonstrasi mengusir alat-alat negara. Suara tembakan terdengar di mana-mana, 6 tewas dan sedikitnya 18 luka-luka.

Aksi seperti ini terus terjadi, tanggal 15 Oktober 1964, sekitar 2.000 petani mengeroyok 7 polisi hutan yang menjaga kawasan hutan milik negara di daerah Indramayu, Jawa Barat.

Lalu ada peristiwa Bandar Betsy di Simalungun, Sumatera Utara. Ribuan petani menyerobot tanah milik Perusahaan Perkebunan Negara (PPN). Mereka menanam pohon pisang di area milik negara. Pihak PPN mengerahkan traktor untuk menggusur pohon pisang itu, tetapi traktor terjebak di tanah yang becek dan tak bisa maju.

Seorang anggota TNI, Pelda Soejono berusaha menarik traktor yang terjebak. Dia didatangi 200 anggota BTI yang kemudian mengeroyok bintara TNI AD itu. Dalam perkelahian yang tidak seimbang, Soejono tewas dicangkul.

Panglima Angkatan Darat Jenderal Ahmad Yani murka mendengar berita ini. Terutama karena ada seorang anggota TNI AD mati dikeroyok. Peristiwa Bandar Betsy membuat rivalitas AD dan PKI makin meruncing.

Puncaknya setelah gerakan 30 September 1965, keadaan berbalik. Percobaan kudeta PKI gagal, nasib mereka pun berbalik 180 derajat. Mereka yang biasa berteriak soal land reform diangkut tentara. Dihabisi hingga punah karena dinyatakan sebagai pemberontak dan musuh negara.

Kekalahan selalu pahit. Ratusan ribu orang tewas karena dianggap PKI dan underbouwnya. Sebuah episode sejarah kelam Indonesia. [ian]


0 komentar:

Posting Komentar