Rabu, 06 Februari 2019

#MengenangPram, Baca Kutipan Pramoedya Ananta Toer yang Tak Lekang Waktu


Rabu, 06 Feb 2019 18:35 WIB  ·   Tia Agnes


#MengenangPram, Baca Kutipan Pramoedya Ananta Toer yang Tak Lekang Waktu Foto: Mindra Purnomo

Jakarta - Kalau hari ini sastrawan Pramoedya Ananta Toer masih hidup, sastrawan kelahiran Blora akan merayakan hari jadi yang ke-94 tahun. Dia dikenal sebagai pengarang yang produktif sepanjang sejarah sastra Tanah Air.

Pramoedya yang dikenal dengan novel 'Tetralogi Buru' sukses menerbitkan lebih dari 50 karya dan diterjemahkan ke 41 bahasa asing. 

Kelahiran Pram yang jatuh hari ini pun Trending Topic di Twitter dengan hastag #MengenangPram.

Yuk, mari mengenang Pram lewat kutipan-kutipannya yang tak lekang oleh waktu:


"Tahukah kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari"

"Aku lebih mempercayai ilmu pengetahuan, akal. Setidak-tidaknya padanya ada kepastian-kepastian yang bisa dipegang." (Pram, Bumi Manusia)

"Saya ingin hidup, tapi tak membisu. Sebab, diam adalah bentuk lain dari kematian itu sendiri."

"Dari mana asalnya kedunguan itu? Dari terlalu banyak mengurus diri sendiri, sehingga buta terhadap yang lain-lain." (Pram, Arok Dedes)

"Kegagalan hanya buah usaha yang memang gagal. Barangsiapa tak pernah berusaha dia pun takkan pernah gagal". (Pram, Arus Balik)

"Jangan sebut aku perempuan sejati jika hidup hanya berkalang lelaki. Tapi bukan berarti aku tidak butuh lelaki untuk aku cintai." (Pram, Bumi Manusia)

"Semakin banyak bergaul semakin banyak pula persoalan, yang sebelumnya tak pernah ku bayangkan ada, kini bermunculan seperti cendawan." (Pram, Bumi Manusia)

"Kehidupan ini seimbang, Tuan. Barangsiapa hanya memandang pada keceriannya saja, dia orang gila. Barangsiapa memandang pada penderitaannya saja, dia sakit." (Pram, Anak Semua Bangsa)

"Seorang terpelajar harus berbuat adil sejak dalam pikiran apalagi dalam perbuatan." (Pram, Bumi Manusia)

"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian." (Pram, Rumah Kaca)

"Kita telah melawan, Nak, Nyo, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya."

0 komentar:

Posting Komentar