Kamis, 17 Agustus 2017

Sejarah Panjang Lahirnya Kata Indonesia

Thomas Kukuh 

Poster propaganda Indonesia Merdeka ini dipotret oleh serrdadu Belanda di sebuah tempat di Jawa, pada 9 Januari 1947. (Dok. Arsip Nasional Belanda)
Bermula dari istilah etnologi, kata Indonesia menjadi identitas perlawanan. Dan lalu menjadi nama sebuah negara.
____
Seorang perantau dari Skotlandia, James Richardson Logan (1819-1869) menerbitkan majalah ilmiah The Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia pada 1847.

Motivasi Logan menerbitkan jurnal ini, termaktub dalam nomor pertama jurnal tersebut, sebagai gelanggang para ilmuwan dan petualang Eropa akan hipotesis temuan-temuan baru mereka di Kepulauan Hindia.

Dalam perkembangannya, majalah yang berkedudukan di Singapura ini karib disebut Indian Archipelago saja. Yang dalam bahasa melayu berarti Kepulauan Hindia.

Dua tahun kemudian, George Samuel Windsor Earl (1813-1865) ahli etnologi dari Inggris bergabung dalam jajaran redaksi majalah itu.

Sebagai ahli etnologi, Earl mewarnai Indian Archipelago dengan menurunkan laporan tentang suku-suku, bahasa dan ragam budaya masyarakat di kepulauan Hindia.
Pernah pula dia menulis perubahan karakter masyarakat dari maritim ke agraris.

Seiring waktu, begitu memahami sedikit banyak kehidupan masyarakat di Kepulauan Hindia, Earl menyimpulkan bahwa wilayah ini kurang tepat disebut Indian Archipelago--sebernama majalah itu.
Tak sekadar mengkritik, dia pun memberi usulan:
...the in habitants of the “Indian Archipelago” or Malayan Archipelago” would become respectively Indu-nesians or Malayunesians. I have chosen the latter for several reasons,”tulis Earl dalam On The Leading Characteristics of The Papuan, Australian, And Malayu-Polynesian Nations, tersua di halaman 71 Indian Archipelago Vol IV, 1850.

Lebih kurang begini terjemahannya, “...penduduk “Kepulauan Hindia” atau “Kepulauan Melayu” akan dikenal menjadi Indu-nesieans atau Malayunesians. Saya telah memilih yang terakhir.”

Dengan sendirinya artikel Earl itu mengkritik nama media tempatnya bekerja.
Tapi, pak bos Indian Archipelago yang terbiasa hidup dalam tradisi ilmiah tak naik pitam. Dalam edisi yang sama, dia ladeni artikel Earl dengan artikel pula.

Dalam ulasan bertajuk The Ethnology of the Indian Archipelago: Embracing Enquiries Into the Continental Relations of the Indo-Pacific Islanders, Logan membenarkan pernyataan Earl sebagai seorang etnograf.

Bedanya, Earl memilih Malayunesians. Sedangkan Logan berpendapat, “I prefer the purely geographical term Indonesia,” sebagaimana dicuplik dari halaman 254 majalah tersebut.

Dengan ini jadilah Logan orang pertama yang mencipta-gunakan kata Indonesia.
Identitas Perlawanan
Gara-gara buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel yang ditulisnya, banyak orang mengira Adolf Bastian (1826-1905) guru besar etnologi Universitas Berlin, Jerman-lah yang pertama kali menciptakan nama Indonesia.

Padahal tidak. Bastian mencuplik kata Indonesia dari majalah ilmiah The Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia, volume IV, 1850, yang terbit di Singapura.
Pun demikian, tak bisa dipungkiri bahwa Bastian punya peran besar menyebarkan kata Indonesia. Berulang kali dia menyebut kata Indonesia dalam bukunya yang terbit pada 1884 tersebut.

Alhasil, kalangan akademisi di Eropa mulai akrab dengan kata Indonesia.
Sebagaimana mula terciptanya, kata Indonesia dipergunakan hanya dalam khasanah etnologi untuk menyebut Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu.
Pengaruh Bastian pulalah yang membuat Suwardi Suryaningrat alias Ki Hajar Dewantara memberi nama Indonesische Pers-bureau untuk biro pers yang didirikannya saat diasingkan di Belanda pada 1913.
Dan sampai sejauh itu, kata Indonesia belum beresonansi kebangsaaan, belum menjadi identitas sebuah bangsa.
Pun demikian, sebagai orang pergerakan, Ki Hajar Dewantara boleh dibilang jembatan beralihnya kata Indonesia dari sekadar nama wilayah menjadi identitas perjuangan.
Memasuki tahun 1920-an, kata Indonesia mulai menjadi simbol perjuangan. Dua organ yang paling berpengaruh dalam hal ini adalah Perhimpunan Indonesia (PI) dan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Dalam kongresnya yang ketujuh di Semarang, 23 Mei 1920, Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV)—sempalan Sarekat Islam merubah nama jadi Perserikatan Komunist di India (PKI).

Hari itu, Ketua Sarekat Islam (SI) Semarang, Semaoen terpilih menjadi ketua PKI. Darsono—juga aktivis SI—sebagai wakil ketua. Bergsma (guru Soekarno ketika mondok di rumah Tjokroaminoto) jadi sekretaris dan Dekker bendara.
Perserikatan Komunist di India berganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia--tetap dengan singkatan PKI--pada kongres kedua di Jakarta, Juni 1924.
Nah, merujuk keputusan itu, jadilah PKI partai politik pertama di muka bumi ini yang menggunakan nama Indonesia.

“Pelopor pemakaian kata ini (sebagai identitas kebangsaan--red) adalah Perhimpunan Indonesia di negeri Belanda pada tahun 1922,” tulis Busjarie Latif dalam Manuskrip Sejarah 45 Tahun PKI (1920-1965), terbitan Ultimus Bandung 2014.

Sebelum berganti PI, organisasi perkumpulan mahasiswa rantau di Belanda ini bernama Indische Vereeniging.
Tak hanya mengganti nama organisasi, PI juga merubah nama koran yang mereka terbitkan; Hindia Poetra menjadi Indonesia Merdeka.
Dalam PI, antara lain terdapat nama Mohammad Hatta dan Ahmad Soebardjo, dua orang yang kemudian hari ikut merumuskan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945.
Sebagai partai politik, “PKI memikul tugas2 sutji di atas pundaknya, jaitu harus berdiri di barisan depan dalam perdjuangan melawan setiap penindasan,” dicuplik dari bab Historis, buku Tesis 45 Tahun PKI, terbitan Jajasan Pembaruan Djakarta, 1965 .
“Karena itu,” lanjutannya, “PKI berdjuang bukan hanja untuk pembebasan nasion Indonesia dari penindasan imperialisme, tetapi akan terus memimpin perdjuangan Rakjat Indonesia guna membangun suatu masjarakat Indonesia Baru jang demokratis, bebas dari penghisapan atas manusia oleh manusia, adil dan makmur.”
Sering meluasnya basis Partai Komunis Indonesia, nama Indonesia pun ikut meluas. Dari istilah etnologi, Indonesia menjadi identitas sebuah bangsa.
PKI tak main-main dengan cita-cita politiknya. Berdasarkan kesepakatan para pemimpinnya di Prambanan, Yogyakarta, 25 Desember 1925, PKI memutuskan merebut kemerdekaan dari tangan Belanda.

Untuk mencapai Indonesia merdeka, mereka merencanakan pemberontakan serentak pada 12 November 1926.

Rencana dijalankan. Pemberontakan meletus di ranah Minang dan sebagian tanah Jawa. Namun apa hendak dikata, Belanda berhasil memadamkan api perlawanan.

Pemerintah kolonial membuang kaum nasionalis generasi awal itu ke Boven Digul, Papua.
Sejurus kemudian, sebagai pelanjut angkatan, Soekarno bersama Tjipto Mangunkusumo mendirikan Perserikatan Nasional Indonesia.
Organ yang berdiri pada 4 Juli 1927 itu pada 1928 menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI)--partai kedua setelah PKI yang menggunakan nama Indonesia.
Tahun itu juga Mohamad Yamin, WR Supratman dan kawan-kawan mengangkat sumpah di Jakarta.
Dalam momentum yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 tersebut, mereka berikrar berbangsa, bertanah air, berbahasa persatuan; bahasa Indonesia.
Indonesia pun tak lagi sekadar istilah etnologi. Ia menjadi simbol perlawanan dan identitas kebangsaan.
Dan Logan…mungkinkah dia menyadari, kata-kata yang diciptakannya, kini jadi nama sebuah negara; Indonesia! (*/WW LINGGA MAYA)

0 komentar:

Posting Komentar