Senin, 30 September 2013 | 10:15 WIB
Gregorius Soeharsojo Goenito. (74), mantan anggota Lembaga Kebudayaan
Rakyat (Lekra) berpose di depan karya lukisnya yang ada dirumahnya di
kawasan Trosobo, Sidoarjo, Jawa Timur, Minggu (22/9). TEMPO/Aris Novia
Hidayat
TEMPO.CO, Jakarta - DOMINASI acara yang digelar Lembaga Kebudayaan Rakyat di Balai Pemuda Surabaya pada 1963-1965, membuat banyak hati seniman terpikat. Pentas drama, musik, paduan suara, serta pameran seni rupa berjejalan dalam daftar pementasan mereka.
Beragam atraksi kesenian rakyat, seperti sendratari, ludruk, wayang kulit, dan reog, juga hampir selalu disesaki para pencinta seni. “Lekra sangat berpengaruh dan menguasai panggung kesenian waktu itu,” kata seniman pelukis Lekra, Gregorius Soeharsojo Goenito, saat ditemui di rumahnya di Trosobo, Sidoarjo, Jawa Timur, Sabtu tiga pekan lalu.
Ia mengatakan, begitu besarnya pengaruh Lekra, hingga tak ada lembaga kesenian lain yang mampu menyejajarkan diri dengannya. Greg yang kini berusia 77 tahun itu sebelumnya tinggal di Madiun. Namun, suguhan seni yang berkualitas dari para seniman Lekra kala itu menyeretnya merantau ke Surabaya.
Walhasil, setelah tiga tahun bergaul, ia akhirnya bergabung dengan lembaga kesenian yang banyak mengeksplorasi isu soal revolusi dan kondisi rakyat yang tertindas.
Pesona Lekra juga menjejak di Yogyakarta. Menurut Djoko Pekik, seniman sanggar seni Bumi Tarung –sanggar yang terinsipirasi dengan konsep berkesenian Lekra- banyak seniman muda Yogyakarta tertarik masuk Lekra lantaran kepincut ideologi kiri yang mengusung kredo kerakyatan.
Bumi Tarung yang awalnya beranggotakan hanya sepuluh orang itu, perlahan berkembang jumlah anggotanya menjadi 30 seniman. Semuanya masuk Lekra, begitu juga Pekik.
Sementara itu, bagi wartawan Amarzan Ismail Hamid, 72 tahun, ada dua alasan yang memikatnya masuk Lekra. Pertama, ia tertarik oleh keberpihakan Lekra pada rakyat. Kedua, Lekra menjadi tempat berkumpulnya tokoh seni terkemuka, dari pelukis Affandi dan Basuki Resobowo, aktor dan sutradara Basuki Effendy, hingga musikus Sudharnoto dan Amir Pasaribu.
Bahkan sastrawan Angkatan 45 yang ia idolakan, seperti Rivai Apin dan Utuy Tatang Sontani, juga bergabung di Lekra. “Puisi mereka, sewaktu saya di SMP, saya taruh di bawah bantal, dan setelah masuk Lekra, kami jadi teman,” katanya.
(Baca selengkap dalam edisi khusus Majalah Tempo edisi 30 September 2013)
http://m.tempo.co/read/news/2013/09/30/173517707/Banyak-Seniman-Terpikat-Lekra
0 komentar:
Posting Komentar