Selasa, 16 Mei 2017

Aktivis Desak Usut Tuntas Kasus Pembubaran Pameran Seni Wiji Thukul

Kontributor Yogyakarta, Teuku Muhammad Guci Syaifudin
Kompas.com - 16/05/2017, 11:58 WIB
 
 
Aktivis Masyarakat Anti Kekerasan Yogyakarta (Makaryo) melakukan aksi diam di depan kantor Gubernur DIY, Jalan Malioboro, Kota Yogyakarta, Selasa (16/5/2017)(KOMPAS.com/Teuku Muh Guci S)
 
YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Sebanyak tujuh pria dan tiga wanita berdiri di depan pintu masuk Kantor Gubernur DIY, Jalan Malioboro, Kota Yogyakarta, Selasa (16/5/2017).

Masing-masing terlihat memampangkan kertas karton di depan dadanya. Kertas tersebut masing-masing berisi tulisan "Dukung penuh Pusham UII kawal penuntasan kasus sampai pengadilan", "Makaryo minta gub DIY serahkan video pembubaran langsung ke Kapolda DIY", "Gubernur DIY jangan mau jadi pelindung aktor pro kekerasan".

Mereka pun melakukan aksi diam dengan menutup mulut pakai lakban hitam.

Aksi mereka pun menarik pengendara kendaraan bermotor yang melintasi Jalan Malioboro. Pengendara kendaraan bermotor mengurangi laju agar bisa membaca tulisan yang tertulis di kertas karton.

Tujuh pria dan tiga wanita ini yang melakukan aksi diam ini merupakan aktivis Masyarakat Anti Kekerasan Yogyakarta (Makaryo). Mereka meminta aparat kepolisian menuntaskan kasus pembubaran pameran seni Wiji Thukul di Pusat Studi Hak Asasi Manusia (Pusham) UII pada 8 Mei 2017.

"Kami datang dengan aksi diam agar kasus pembubaran tuntas. Kami juga akan menyerahkan video pembubaran pameran ke gubernur untuk diserahkan lagi ke Kapolda DIY," ujar Koordinator Umum Makaryo, Tri Wahyu, Selasa.

Selain itu, kata Tri, pihaknya meminta gubernur dan kapolda jangan menjadi pelindung aktor kekerasan yang beraksi di DIY. Kedua unsur pimpinan daerah itu harus menjadi pelindung hak asasi manusia dan mengawal tuntas kasus kekerasan yang terjadi di DIY.

"Penyidik Polda DIY harus menangkap pelaku dan memprosesnya sampai ke Pengadilan. Jangan sampai ada pernyataan (kekerasan) ini yang terakhir, tapi faktanya terulang terus. Jadi yang terbaik bantu dengan mengawal kasus kekerasan sampai pengadilan," kata Tri.
 
Tri menyebut, pembubaran pameran seni Wiji Thukul itu menambah jumlah aksi kekerasan yang terjadi di DIY. Setidaknya 20 kasus kekerasan yang terjadi di DIY sejak 1996 sampai saat ini berdasarkan laporan yang diterima Makaryo. Sayangnya, kasus kekerasan itu belum semuanya tuntas.

"Besok, merupakan hari kesembilan kami telah laporkan kasus ini. Ini menjadi penting karena kapolda punya prestasi baik sembilan hari dalam menuntaskan kasus hoax yang dilaporkan Gubernur DIY. Kami berharap prestasi ini dipakai kasus lain, termasuk pembubaran pameran," kata Tri.

Penulis: Kontributor Yogyakarta, Teuku Muhammad Guci Syaifudin
Editor: Farid Assifa

 
http://regional.kompas.com/read/2017/05/16/11584501/aktivis.desak.usut.tuntas.kasus.pembubaran.pameran.seni.wiji.thukul?source=graboards.com

0 komentar:

Posting Komentar