Rabu, 10 Mei 2017

Film dokumenter 'Song for my Children' untuk menghadirkan suara korban 1965


JESSICHA VALENTINA
THE JAKARTA POST
Jakarta  / Rabu, 10 Mei 2017  / 11:44 pagi

Sutradara / produser 'Song for My Children' Shalahuddin Siregar selama Good Pitch 2 Southeast Asia 2017 di Goethehaus, Jakarta, pada 4 Mei. (JP / Wienda Parwitasari)

Good Pitch 2 (Good Pitch Squared) Asia Tenggara 2017 diadakan di Goethehaus di Jakarta Pusat pada hari Kamis. Acara ini menampilkan empat film dokumenter dari seluruh wilayah, yaitu Song for My Children , Audio Perpetua , Intuition dan Sunday Beauty Queen .

Song for My Children adalah satu-satunya film dokumenter Indonesia yang ditampilkan dalam acara tersebut.
Film tersebut, yang dijadwalkan akan diproduksi pada bulan Oktober, mengikuti kelompok paduan suara perempuan bernama Dialita, yang anggotanya adalah korban selamat atau kerabat korban pembersihan dugaan komunis pada tahun 1965. Film ini bertujuan untuk berbagi cerita dan perspektif korban selamat dengan orang Indonesia. , khususnya generasi muda.
“Sampai hari ini, orang Indonesia masih melihat komunisme sebagai hantu,” direktur / produser film dokumenter Shalahuddin Siregar mengatakan kepada The Jakarta Post melalui email, menambahkan bahwa politisi masih menggunakan masalah ini untuk menciptakan ketakutan untuk mendapatkan kekuasaan.

Masih dari 'Song for my Children'. (in-docs.org/File)

Sebagian besar lagu Dialita ditulis di balik jeruji penjara. Namun, grup ini menyajikan lagu-lagu dalam optimisme dan irama yang gembira, menunjukkan cinta mereka kepada bangsa.

Dia menjelaskan bahwa Dialita tidak ingin mengangkat ide-ide komunis. 
"Mereka adalah sekelompok wanita yang ingin menceritakan sejarah kepada generasi muda, sehingga tragedi itu tidak akan terjadi lagi di Indonesia," katanya.
Song for My Children menerima umpan balik positif, di bidang keuangan dan lainnya, selama Good Pitch 2 Asia Tenggara 2017. Selama acara tersebut, Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) mengumumkan bahwa mereka akan mempromosikan film tersebut di Festival Film Cannes 2017 pada 17 Mei untuk 28 di Perancis.

Shalahuddin berharap film dokumenter itu akan menarik agen penjualan atau penyiar, yang akan memungkinkan tim pembuat film memiliki mitra produksi bersama.  
"Selain produksi bersama, [kami juga berharap] akan ada eksposur ke film, yang menambah nilai ekstra ketika film dirilis." (Asw)
Sumber: The Jakarta Post 

0 komentar:

Posting Komentar