Sabtu, 13 Juli 2013 | 23 53 wib
G30S/PKI , adalah salah satu fakta sejarah yang perlu kita nalar bersama
agar bisa diambil hikmahnya sebagai pembelajaran agar kita semua mampu
meletakkan fakta dan sejarah yang ada pada posisinya terutama untuk
menghapus dendam regenerasi agar tidak meracuni generasi muda indonesia
agar bangsa ini bisa semakin maju dan terjaga persatuan dan kesatuannya.
Siapa Dalang G30S/PKI?
Dalang PKI memang Amerika (CIA), sudah tidak diragukan lagi itu. Karena
perang dingin antara uni soviet dan amerika berdampak pada penghapusan
paham komunis dari indonesia oleh amerika dan sekutunya, dan?
kepentingan amerika dan sekutunya ingin pengaruh sistem ideologinya
masuk ke indonesia. Itulah politik dan taktik USA yg masih dipakai
sampai sekarang. Memfitnah dan mengadu domba sehingga timbul kekacauan.
Setelah timbul kekacauan dari dalam negeri tersebut, barulah mereka
muncul seperti pahlawan.
Sejarah G30S/PKI
Gerakan 30 September atau yang sering disingkat G 30 S PKI, G-30S/PKI,
Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh), Gestok (Gerakan Satu Oktober)
adalah sebuah peristiwa yang terjadi selewat malam tanggal 30 September
sampai di awal 1 Oktober 1965 di mana enam perwira tinggi militer
Indonesia beserta beberapa orang lainnya dibunuh dalam suatu usaha
percobaan kudeta yang kemudian dituduhkan kepada anggota Partai Komunis
Indonesia.
Latar belakang G30S/PKI
PKI merupakan partai komunis yang terbesar di seluruh dunia, di luar
Tiongkok dan Uni Soviet. Anggotanya berjumlah sekitar 3,5 juta, ditambah
3 juta dari pergerakan pemudanya. PKI juga mengontrol pergerakan
serikat buruh yang mempunyai 3,5 juta anggota dan pergerakan petani
Barisan Tani Indonesia yang mempunyai 9 juta anggota. Termasuk
pergerakan wanita (Gerwani), organisasi penulis dan artis dan pergerakan
sarjananya, PKI mempunyai lebih dari 20 juta anggota dan pendukung.
Pada bulan Juli 1959 parlemen dibubarkan dan Sukarno menetapkan
konstitusi di bawah dekrit presiden - sekali lagi dengan dukungan penuh
dari PKI. Ia memperkuat tangan angkatan bersenjata dengan mengangkat
para jendral militer ke posisi-posisi yang penting. Sukarno menjalankan
sistem "Demokrasi Terpimpin". PKI menyambut "Demokrasi Terpimpin"
Sukarno dengan hangat dan anggapan bahwa dia mempunyai mandat untuk
persekutuan Konsepsi yaitu antara Nasionalis, Agama dan Komunis yang
dinamakan NASAKOM.
Pada era "Demokrasi Terpimpin", kolaborasi antara kepemimpinan PKI dan
kaum burjuis nasional dalam menekan pergerakan-pergerakan independen
kaum buruh dan petani, gagal memecahkan masalah-masalah politis dan
ekonomi yang mendesak. Pendapatan ekspor menurun, foreign reserves
menurun, inflasi terus menaik dan korupsi birokrat dan militer menjadi
wabah.
Perayaan Milad PKI yang ke 45 di Jakarta pada awal tahun 1965
Pada kunjungan Menlu Subandrio ke Tiongkok, Perdana Menteri Zhou Enlai
memberikan 100.000 pucuk senjata chung. Penawaran ini gratis tanpa
syarat dan kemudian dilaporkan ke Bung Karno tetapi belum juga
menetapkan waktunya sampai meletusnya G30S. Pada bulan Juli 1959
parlemen dibubarkan dan Sukarno menetapkan konstitusi di bawah dekrit
presiden - sekali lagi dengan hasutan dari PKI. Ia memperkuat tangan
angkatan bersenjata dengan mengangkat para jendral militer ke
posisi-posisi yang penting. Sukarno menjalankan sistem "Demokrasi
Terpimpin". PKI menyambut "Demokrasi Terpimpin" Sukarno dengan hangat
dan anggapan bahwa dia mempunyai mandat untuk persekutuan Konsepsi yaitu
antara Nasionalis, Agama dan Komunis yang dinamakan NASAKOM.
Pada era "Demokrasi Terpimpin", kolaborasi antara kepemimpinan PKI dan
nasionalis dalam menekan pergerakan-pergerakan independen kaum buruh dan
petani, gagal memecahkan masalah-masalah politis dan ekonomi yang
mendesak. Pendapatan ekspor menurun, foreign reserves menurun, inflasi
terus menaik dan korupsi birokrat dan militer menjadi wabah.
Angkatan kelima
Pada kunjungan Menlu Subandrio ke Tiongkok, Perdana Menteri Zhou Enlai
menjanjikan 100.000 pucuk senjata jenis chung, penawaran ini gratis
tanpa syarat dan kemudian dilaporkan ke Bung Karno tetapi belum juga
menetapkan waktunya sampai meletusnya G30S.
Pada awal tahun 1965 Bung Karno atas saran dari PKI akibat dari tawaran
perdana mentri RRC, mempunyai ide tentang Angkatan Kelima yang berdiri
sendiri terlepas dari ABRI. Tetapi petinggi Angkatan Darat tidak setuju
dan hal ini lebih menimbulkan nuansa curiga-mencurigai antara militer
dan PKI.
DN. AIDIT |
Dari tahun 1963, kepemimpinan PKI makin lama makin berusaha memprovokasi
bentrokan-bentrokan antara aktivis massanya dan polisi dan militer.
Pemimpin-pemimpin PKI juga menginfiltrasi polisi dan tentara denga
slogan "kepentingan bersama" polisi dan "rakyat". Pemimpin PKI DN Aidit
mengilhami slogan "Untuk Ketentraman Umum Bantu Polisi". Di bulan
Agustus 1964, Aidit menganjurkan semua anggota PKI membersihkan diri
dari "sikap-sikap sektarian" kepada angkatan bersenjata, mengimbau semua
pengarang dan seniman sayap-kiri untuk membuat "massa tentara" subyek
karya-karya mereka.
Di akhir 1964 dan permulaan 1965 ribuan petani bergerak merampas tanah
yang bukan hak mereka atas hasutan PKI. Bentrokan-bentrokan besar
terjadi antara mereka dan polisi dan para pemilik tanah.
Bentrokan-bentrokan tersebut dipicu oleh propaganda PKI yang menyatakan
bahwa petani berhak atas setiap tanah, tidak peduli tanah siapa pun
(milik negara=milik bersama). Kemungkinan besar PKI meniru revolusi
Bolsevik di Rusia, di mana di sana rakyat dan partai komunis menyita
milik Tsar dan membagi-bagikannya kepada rakyat.
Pada permulaan 1965, para buruh mulai menyita perusahaan-perusahaan
karet dan minyak milik Amerika Serikat. Kepemimpinan PKI menjawab ini
dengan memasuki pemerintahan dengan resmi. Pada waktu yang sama,
jendral-jendral militer tingkat tinggi juga menjadi anggota kabinet.
Jendral-jendral tersebut masuk kabinet karena jabatannya di militer oleh
Sukarno disamakan dengan setingkat mentri. Hal ini dapat dibuktikan
dengan nama jabatannya (Menpangab, Menpangad, dan lain-lain).
Menteri-menteri PKI tidak hanya duduk di sebelah para petinggi militer
di dalam kabinet Sukarno ini, tetapi mereka terus mendorong ilusi yang
sangat berbahaya bahwa angkatan bersenjata adalah merupakan bagian dari
revolusi demokratis "rakyat".
Pengangkatan Jenazah di Lubang Buaya
Aidit memberikan ceramah kepada siswa-siswa sekolah angkatan bersenjata
di mana ia berbicara tentang "perasaan kebersamaan dan persatuan yang
bertambah kuat setiap hari antara tentara Republik Indonesia dan
unsur-unsur masyarakat Indonesia, termasuk para komunis".
Rezim Sukarno mengambil langkah terhadap para pekerja dengan melarang
aksi-aksi mogok di industri. Kepemimpinan PKI tidak berkeberatan karena
industri menurut mereka adalah milik pemerintahan NASAKOM.
Tidak lama PKI mengetahui dengan jelas persiapan-persiapan untuk
pembentukan rezim militer, menyatakan keperluan untuk pendirian
"angkatan kelima" di dalam angkatan bersenjata, yang terdiri dari
pekerja dan petani yang bersenjata. Bukannya memperjuangkan mobilisasi
massa yang berdiri sendiri untuk melawan ancaman militer yang sedang
berkembang itu, kepemimpinan PKI malah berusaha untuk membatasi
pergerakan massa yang makin mendalam ini dalam batas-batas hukum
kapitalis negara. Mereka, depan jendral-jendral militer, berusaha
menenangkan bahwa usul PKI akan memperkuat negara. Aidit menyatakan
dalam laporan ke Komite Sentral PKI bahwa "NASAKOMisasi" angkatan
bersenjata dapat dicapai dan mereka akan bekerjasama untuk menciptakan
"angkatan kelima". Kepemimpinan PKI tetap berusaha menekan aspirasi
revolusioner kaum buruh di Indonesia. Di bulan Mei 1965, Politbiro PKI
masih mendorong ilusi bahwa aparatus militer dan negara sedang diubah
untuk mengecilkan aspek anti-rakyat dalam alat-alat negara.
Isu sakitnya Bung Karno
Sejak tahun 1964 sampai menjelang meletusnya G30S telah beredar isu
sakit parahnya Bung Karno. Hal ini meningkatkan kasak-kusuk dan isu
perebutan kekuasaan apabila Bung Karno meninggal dunia. Namun menurut
Subandrio, Aidit tahu persis bahwa Bung Karno hanya sakit ringan saja,
jadi hal ini bukan merupakan alasan PKI melakukan tindakan tersebut.
Tahunya Aidit akan jenis sakitnya Sukarno membuktikan bahwa hal tersebut
sengaja dihembuskan PKI untuk memicu ketidakpastian di masyarakat.
Isu masalah tanah dan bagi hasil
Pada tahun 1960 keluarlah Undang-Undang Pokok Agraria (UU Pokok Agraria)
dan Undang-Undang Pokok Bagi Hasil (UU Bagi Hasil) yang sebenarnya
merupakan kelanjutan dari Panitia Agraria yang dibentuk pada tahun 1948.
Panitia Agraria yang menghasilkan UUPA terdiri dari wakil pemerintah
dan wakil berbagai ormas tani yang mencerminkan 10 kekuatan partai
politik pada masa itu. Walaupun undang-undangnya sudah ada namun
pelaksanaan di daerah tidak jalan sehingga menimbulkan gesekan antara
para petani penggarap dengan pihak pemilik tanah yang takut terkena
UUPA, melibatkan sebagian massa pengikutnya dengan melibatkan backing
aparat keamanan. Peristiwa yang menonjol dalam rangka ini antara lain
peristiwa Bandar Betsi di Sumatera Utara dan peristiwa di Klaten yang
disebut sebagai ‘aksi sepihak’ dan kemudian digunakan sebagai dalih oleh
militer untuk membersihkannya.
Keributan antara PKI dan Islam (tidak hanya NU, tapi juga dengan Persis
dan Muhammadiyah) itu pada dasarnya terjadi di hampir semua tempat di
Indonesia, di Jawa Barat, Jawa Timur, dan di propinsi-propinsi lain juga
terjadi hal demikian, PKI di beberapa tempat bahkan sudah mengancam
kyai-kyai bahwa mereka akan disembelih setelah tanggal 30 September 1965
(hal ini membuktikan bahwa seluruh elemen PKI mengetahui rencana kudeta
30 September tersebut).
Faktor malaysia
Negara federasi malaysia yang baru terbentuk pada tanggal 16 september
1963 adalah salah satu faktor penting dalam insiden ini. Konfrontasi
indonesia-malaysia merupakan salah satu penyebab kedekatan presiden
soekarno dengan pki, menjelaskan motivasi para tentara yang
menggabungkan diri dalam gerakan g30s/gestok (gerakan satu oktober), dan
juga pada akhirnya menyebabkan pki melakukan penculikan petinggi
angkatan darat.
“ sejak demonstrasi anti-indonesia di kuala lumpur, di mana para
demonstran menyerbu gedung kbri, merobek-robek foto soekarno, membawa
lambang negara garuda pancasila ke hadapan tunku abdul rahman—perdana
menteri malaysia saat itu—dan memaksanya untuk menginjak garuda, amarah
soekarno terhadap malaysia pun meledak. ”
soekarno yang murka karena hal itu mengutuk tindakan tunku yang
menginjak-injak lambang negara indonesia dan ingin melakukan balas
dendam dengan melancarkan gerakan yang terkenal dengan sebutan "ganyang
malaysia" kepada negara federasi malaysia yang telah sangat menghina
indonesia dan presiden indonesia. Perintah soekarno kepada angkatan
darat untuk meng"ganyang malaysia" ditanggapi dengan dingin oleh para
jenderal pada saat itu. Di satu pihak letjen ahmad yani tidak ingin
melawan malaysia yang dibantu oleh inggris dengan anggapan bahwa tentara
indonesia pada saat itu tidak memadai untuk peperangan dengan skala
tersebut, sedangkan di pihak lain kepala staf tni angkatan darat a.h.
Nasution setuju dengan usulan soekarno karena ia mengkhawatirkan isu
malaysia ini akan ditunggangi oleh pki untuk memperkuat posisinya di
percaturan politik di indonesia.
Posisi angkatan darat pada saat itu serba salah karena di satu pihak
mereka tidak yakin mereka dapat mengalahkan inggris, dan di lain pihak
mereka akan menghadapi soekarno yang mengamuk jika mereka tidak
berperang. Akhirnya para pemimpin angkatan darat memilih untuk berperang
setengah hati di kalimantan. Tak heran, brigadir jenderal suparjo,
komandan pasukan di kalimantan barat, mengeluh, konfrontasi tak
dilakukan sepenuh hati dan ia merasa operasinya disabotase dari
belakang[3]. Hal ini juga dapat dilihat dari kegagalan operasi gerilya
di malaysia, padahal tentara indonesia sebenarnya sangat mahir dalam
peperangan gerilya.
Mengetahui bahwa tentara indonesia tidak mendukungnya, soekarno merasa
kecewa dan berbalik mencari dukungan pki untuk melampiaskan amarahnya
kepada malaysia. Soekarno, seperti yang ditulis di otobiografinya,
mengakui bahwa ia adalah seorang yang memiliki harga diri yang sangat
tinggi, dan tidak ada yang dapat dilakukan untuk mengubah keinginannya
meng"ganyang malaysia".
“ soekarno adalah seorang individualis. Manusia jang tjongkak dengan
suara-batin yang menjala-njala, manusia jang mengakui bahwa ia
mentjintai dirinja sendiri tidak mungkin mendjadi satelit jang melekat
pada bangsa lain. Soekarno tidak mungkin menghambakan diri pada dominasi
kekuasaan manapun djuga. Dia tidak mungkin menjadi boneka. ”
di pihak pki, mereka menjadi pendukung terbesar gerakan "ganyang
malaysia" yang mereka anggap sebagai antek inggris, antek nekolim. Pki
juga memanfaatkan kesempatan itu untuk keuntungan mereka sendiri, jadi
motif pki untuk mendukung kebijakan soekarno tidak sepenuhnya idealis.
Pada saat pki memperoleh angin segar, justru para penentangnyalah yang
menghadapi keadaan yang buruk; mereka melihat posisi pki yang semakin
menguat sebagai suatu ancaman, ditambah hubungan internasional pki
dengan partai komunis sedunia, khususnya dengan adanya poros
jakarta-beijing-moskow-pyongyang-phnom penh. Soekarno juga mengetahui
hal ini, namun ia memutuskan untuk mendiamkannya karena ia masih ingin
meminjam kekuatan pki untuk konfrontasi yang sedang berlangsung, karena
posisi indonesia yang melemah di lingkungan internasional sejak
keluarnya indonesia dari pbb (20 januari 1965).
Dari sebuah dokumen rahasia badan intelejen amerika serikat (cia) yang
baru dibuka yang bertanggalkan 13 januari 1965 menyebutkan sebuah
percakapan santai soekarno dengan para pemimpin sayap kanan bahwa ia
masih membutuhkan dukungan pki untuk menghadapi malaysia dan oleh karena
itu ia tidak bisa menindak tegas mereka. Namun ia juga menegaskan bahwa
suatu waktu "giliran pki akan tiba. "soekarno berkata, "kamu bisa
menjadi teman atau musuh saya. Itu terserah kamu. ... Untukku, malaysia
itu musuh nomor satu. Suatu saat saya akan membereskan pki, tetapi tidak
sekarang."
Dari pihak angkatan darat, perpecahan internal yang terjadi mulai
mencuat ketika banyak tentara yang kebanyakan dari divisi diponegoro
yang kesal serta kecewa kepada sikap petinggi angkatan darat yang takut
kepada malaysia, berperang hanya dengan setengah hati, dan berkhianat
terhadap misi yang diberikan soekarno. Mereka memutuskan untuk
berhubungan dengan orang-orang dari pki untuk membersihkan tubuh
angkatan darat dari para jenderal ini.
Faktor Amerika Serikat
amerika serikat pada waktu itu sedang terlibat dalam perang vietnam dan
berusaha sekuat tenaga agar indonesia tidak jatuh ke tangan komunisme.
Peranan badan intelejen amerika serikat (cia) pada peristiwa ini sebatas
memberikan 50 juta rupiah (uang saat itu) kepada adam malik dan
walkie-talkie serta obat-obatan kepada tentara indonesia. Politisi
amerika pada bulan-bulan yang menentukan ini dihadapkan pada masalah
yang membingungkan karena mereka merasa ditarik oleh sukarno ke dalam
konfrontasi indonesia-malaysia ini.
Salah satu pandangan mengatakan bahwa peranan amerika serikat dalam hal
ini tidak besar, hal ini dapat dilihat dari telegram duta besar green ke
washington pada tanggal 8 agustus 1965 yang mengeluhkan bahwa usahanya
untuk melawan propaganda anti-amerika di indonesia tidak memberikan
hasil bahkan tidak berguna sama sekali. Dalam telegram kepada presiden
johnson tanggal 6 oktober, agen cia menyatakan ketidakpercayaan kepada
tindakan pki yang dirasa tidak masuk akal karena situasi politis
indonesia yang sangat menguntungkan mereka, dan hingga akhir oktober
masih terjadi kebingungan atas pembantaian di jawa tengah, jawa timur,
dan bali dilakukan oleh pki atau nu/pni.
Pandangan lain, terutama dari kalangan korban dari insiden ini,
menyebutkan bahwa amerika menjadi aktor di balik layar dan setelah
dekrit supersemar amerika memberikan daftar nama-nama anggota pki kepada
militer untuk dibunuh. Namun hingga saat ini kedua pandangan tersebut
tidak memiliki banyak bukti-bukti fisik.
Faktor ekonomi
ekonomi masyarakat indonesia pada waktu itu yang sangat rendah
mengakibatkan dukungan rakyat kepada soekarno (dan pki) meluntur. Mereka
tidak sepenuhnya menyetujui kebijakan "ganyang malaysia" yang dianggap
akan semakin memperparah keadaan indonesia.
Inflasi yang mencapai 650% membuat harga makanan melambung tinggi,
rakyat kelaparan dan terpaksa harus antri beras, minyak, gula, dan
barang-barang kebutuhan pokok lainnya. Beberapa faktor yang berperan
kenaikan harga ini adalah keputusan suharto-nasution untuk menaikkan
gaji para tentara 500% dan penganiayaan terhadap kaum pedagang tionghoa
yang menyebabkan mereka kabur. Sebagai akibat dari inflasi tersebut,
banyak rakyat indonesia yang sehari-hari hanya makan bonggol pisang,
umbi-umbian, gaplek, serta bahan makanan yang tidak layak dikonsumsi
lainnya; pun mereka menggunakan kain dari karung sebagai pakaian mereka.
Faktor ekonomi ini menjadi salah satu sebab kemarahan rakyat atas
pembunuhan keenam jenderal tersebut, yang berakibat adanya backlash
terhadap pki dan pembantaian orang-orang yang dituduh anggota pki di
jawa tengah, jawa timur, bali serta tempat-tempat lainnya.
Peristiwa G30S/PKI
pada 1 oktober 1965 dini hari, enam jenderal senior dan beberapa orang
lainnya dibunuh dalam upaya kudeta yang disalahkan kepada para pengawal
istana (cakrabirawa) yang dianggap loyal kepada pki dan pada saat itu
dipimpin oleh letkol. Untung. Panglima komando strategi angkatan darat
saat itu, mayjen soeharto kemudian mengadakan penumpasan terhadap
gerakan tersebut.
Isu dewan jenderal dalam sejarah G30S/PKI
pada saat-saat yang genting sekitar bulan september 1965 muncul isu
adanya dewan jenderal yang mengungkapkan adanya beberapa petinggi
angkatan darat yang tidak puas terhadap soekarno dan berniat untuk
menggulingkannya. Menanggapi isu ini, soekarno disebut-sebut
memerintahkan pasukan cakrabirawa untuk menangkap dan membawa mereka
untuk diadili oleh soekarno. Namun yang tidak diduga-duga, dalam operasi
penangkapan jenderal-jenderal tersebut, terjadi tindakan beberapa oknum
yang termakan emosi dan membunuh letjen ahmad yani, panjaitan, dan
harjono.
Isu dokumen gilchrist
dokumen gilchrist yang diambil dari nama duta besar inggris untuk
indonesia andrew gilchrist beredar hampir bersamaan waktunya dengan isu
dewan jenderal. Dokumen ini, yang oleh beberapa pihak disebut sebagai
pemalsuan oleh intelejen ceko di bawah pengawasan jenderal agayant dari
kgb rusia, menyebutkan adanya "teman tentara lokal kita" yang
mengesankan bahwa perwira-perwira angkatan darat telah dibeli oleh pihak
barat. Kedutaan amerika serikat juga dituduh memberikan daftar
nama-nama anggota pki kepada tentara untuk "ditindaklanjuti". Dinas
intelejen amerika serikat mendapat data-data tersebut dari berbagai
sumber, salah satunya seperti yang ditulis john hughes, wartawan the
nation yang menulis buku "indonesian upheaval", yang dijadikan basis
skenario film "the year of living dangerously", ia sering menukar
data-data apa yang ia kumpulkan untuk mendapatkan fasilitas teleks untuk
mengirimkan berita.
Isu keterlibatan soeharto di G30S/PKI
hingga saat ini tidak ada bukti keterlibatan/peran aktif soeharto dalam
aksi penculikan tersebut. Satu-satunya bukti yang bisa dielaborasi
adalah pertemuan soeharto yang saat itu menjabat sebagai pangkostrad
(pada zaman itu jabatan panglima komando strategis cadangan angkatan
darat tidak membawahi pasukan, berbeda dengan sekarang) dengan kolonel
abdul latief di rumah sakit angkatan darat.
Meski demikian, suharto merupakan pihak yang paling diuntungkan dari
peristiwa ini. Banyak penelitian ilmiah yang sudah dipublikasikan di
jurnal internasional mengungkap keterlibatan suharto dan cia. Beberapa
diantaranya adalah karya benedict r.o'g. Anderson and ruth t. Mcvey
(cornell university), ralph mcgehee (the indonesian massacres and the
cia), government printing office of the us (department of state, inr/il
historical files, indonesia, 1963-1965. Secret; priority; roger channel;
special handling), john roosa (pretext for mass murder: The september
30th movement and suharto's coup d'état in indonesia), prof. Dr. W.f.
Wertheim (serpihan sejarah th65 yang terlupakan).
Korban G30S/PKI
keenam pejabat tinggi yang dibunuh tersebut adalah:
1. Letjen tni ahmad yani (menteri/panglima angkatan darat/kepala staf komando operasi tertinggi)
2. Mayjen tni raden suprapto (deputi ii menteri/panglima ad bidang administrasi)
3. Mayjen tni mas tirtodarmo haryono (deputi iii menteri/panglima ad bidang perencanaan dan pembinaan)
4. Mayjen tni siswondo parman (asisten i menteri/panglima ad bidang intelijen)
5. Brigjen tni donald isaac panjaitan (asisten iv menteri/panglima ad bidang logistik)
6. Brigjen tni sutoyo siswomiharjo (inspektur kehakiman/oditur jenderal angkatan darat)
7. Jenderal tni abdul harris nasution yang menjadi sasaran utama,
selamat dari upaya pembunuhan tersebut. Sebaliknya, putrinya ade irma
suryani
8. Nasution dan ajudan beliau, lettu czi pierre andreas tendean tewas dalam usaha pembunuhan tersebut.
Selain itu beberapa orang lainnya juga turut menjadi korban:
1. Bripka karel satsuit tubun (pengawal kediaman resmi wakil perdana menteri ii dr.j. Leimena)
2. Kolonel katamso darmokusumo (komandan korem 072/pamungkas, yogyakarta)
3. Letkol sugiyono mangunwiyoto (kepala staf korem 072/pamungkas, yogyakarta)
para korban tersebut kemudian dibuang ke suatu lokasi di pondok gede,
jakarta yang dikenal sebagai lubang buaya. Mayat mereka ditemukan pada 3
oktober.
Pasca kejadian G30S/PKI
pasca pembunuhan beberapa perwira tni ad, pki mampu menguasai dua sarana
komunikasi vital, yaitu studio rri di jalan merdeka barat dan kantor
telekomunikasi yang terletak di jalan merdeka selatan. Melalui rri, pki
menyiarkan pengumuman tentang gerakan 30 september yang ditujukan kepada
para perwira tinggi anggota “dewan jenderal” yang akan mengadakan
kudeta terhadap pemerintah. Diumumkan pula terbentuknya “dewan revolusi”
yang diketuai oleh letkol untung sutopo.
Di jawa tengah dan di. Yogyakarta, pki melakukan pembunuhan terhadap
kolonel katamso (komandan korem 072/yogyakarta) dan letnan kolonel
sugiyono (kepala staf korem 072/yogyakarta). Mereka diculik pki pada
sore hari 1 oktober 1965. Kedua perwira ini dibunuh karena secara tegas
menolak berhubungan dengan dewan revolusi. Pada tanggal 1 oktober 1965
sukarno dan sekretaris jendral pki aidit menanggapi pembentukan dewan
revolusioner oleh para "pemberontak" dengan berpindah ke pangkalan
angkatan udara halim di jakarta untuk mencari perlindungan.
Pada tanggal 6 oktober sukarno mengimbau rakyat untuk menciptakan
"persatuan nasional", yaitu persatuan antara angkatan bersenjata dan
para korbannya, dan penghentian kekerasan. Biro politik dari komite
sentral pki segera menganjurkan semua anggota dan organisasi-organisasi
massa untuk mendukung "pemimpin revolusi indonesia" dan tidak melawan
angkatan bersenjata. Pernyataan ini dicetak ulang di koran cpa bernama
"tribune".
Pada tanggal 12 oktober 1965, pemimpin-pemimpin uni-sovyet brezhnev,
mikoyan dan kosygin mengirim pesan khusus untuk sukarno: "kita dan
rekan-rekan kita bergembira untuk mendengar bahwa kesehatan anda telah
membaik...kita mendengar dengan penuh minat tentang pidato anda di radio
kepada seluruh rakyat indonesia untuk tetap tenang dan menghindari
kekacauan...imbauan ini akan dimengerti secara mendalam."
pada tanggal 16 oktober 1965, sukarno melantik mayjen suharto menjadi
menteri/panglima angkatan darat di istana negara. Berikut kutipan amanat
presiden sukarno kepada suharto pada saat suharto disumpah:
“ saya perintahkan kepada jenderal mayor soeharto, sekarang angkatan
darat pimpinannya saya berikan kepadamu, buatlah angkatan darat ini satu
angkatan dari pada republik indonesia, angkatan bersenjata daripada
republik indonesia yang sama sekali menjalankan panca azimat revolusi,
yang sama sekali berdiri di atas trisakti, yang sama sekali berdiri di
atas nasakom, yang sama sekali berdiri di atas prinsip berdikari, yang
sama sekali berdiri atas prinsip manipol-usdek.
Manipol-usdek telah ditentukan oleh lembaga kita yang tertinggi sebagai
haluan negara republik indonesia. Dan oleh karena manipol-usdek ini
adalah haluan daripada negara republik indonesia, maka dia harus
dijunjung tinggi, dijalankan, dipupuk oleh semua kita. Oleh angkatan
darat, angkatan laut, angkatan udara, angkatan kepolisian negara. Hanya
jikalau kita berdiri benar-benar di atas panca azimat ini, kita
semuanya, maka barulah revousi kita bisa jaya.
Soeharto, sebagai panglima angkatan darat, dan sebagai menteri dalam
kabinetku, saya perintahkan engkau, kerjakan apa yang kuperintahkan
kepadamu dengan sebaik-baiknya. Saya doakan tuhan selalu beserta kita
dan beserta engkau!
”dalam sebuah konferensi tiga benua di havana di bulan februari 1966,
perwakilan uni-sovyet berusaha dengan segala kemampuan mereka untuk
menghindari pengutukan atas penangkapan dan pembunuhan orang-orang yang
dituduh sebagai pki, yang sedang terjadi terhadap rakyat indonesia.
Pendirian mereka mendapatkan pujian dari rejim suharto. Parlemen
indonesia mengesahkan resolusi pada tanggal 11 februari, menyatakan
"penghargaan penuh" atas usaha-usaha perwakilan-perwakilan dari nepal,
mongolia, uni-sovyet dan negara-negara lain di konperensi solidaritas
negara-negara afrika, asia dan amerika latin, yang berhasil menetralisir
usaha-usaha para kontra-revolusioner apa yang dinamakan pergerakan 30
september, dan para pemimpin dan pelindung mereka, untuk
bercampur-tangan di dalam urusan dalam negeri indonesia."
Penangkapan dan pembantaian pasca G30S/PKI
Dalam bulan-bulan setelah peristiwa ini, semua anggota dan pendukung
pki, atau mereka yang dianggap sebagai anggota dan simpatisan pki, semua
partai kelas buruh yang diketahui dan ratusan ribu pekerja dan petani
indonesia yang lain dibunuh atau dimasukkan ke kamp-kamp tahanan untuk
disiksa dan diinterogasi. Pembunuhan-pembunuhan ini terjadi di jawa
tengah (bulan oktober), jawa timur (bulan november) dan bali (bulan
desember). Berapa jumlah orang yang dibantai tidak diketahui dengan
persis - perkiraan yang konservatif menyebutkan 500.000 orang, sementara
perkiraan lain menyebut dua sampai tiga juta orang. Namun diduga
setidak-tidaknya satu juta orang menjadi korban dalam bencana enam bulan
yang mengikuti kudeta itu.
Dihasut dan dibantu oleh tentara, kelompok-kelompok pemuda dari
organisasi-organisasi muslim sayap-kanan seperti barisan ansor nu dan
tameng marhaenis pni melakukan pembunuhan-pembunuhan massal, terutama di
jawa tengah dan jawa timur. Ada laporan-laporan bahwa sungai brantas di
dekat surabaya menjadi penuh mayat-mayat sampai di tempat-tempat
tertentu sungai itu "terbendung mayat".
Pada akhir 1965, antara 500.000 dan satu juta anggota-anggota dan
pendukung-pendukung pki telah menjadi korban pembunuhan dan ratusan ribu
lainnya dipenjarakan di kamp-kamp konsentrasi, tanpa adanya perlawanan
sama sekali. Sewaktu regu-regu militer yang didukung dana cia menangkapi
semua anggota dan pendukung pki yang terketahui dan melakukan
pembantaian keji terhadap mereka, majalah "time" memberitakan:
"pembunuhan-pembunuhan itu dilakukan dalam skala yang sedemikian
sehingga pembuangan mayat menyebabkan persoalan sanitasi yang serius di
sumatera utara, di mana udara yang lembap membawa bau mayat membusuk.
Orang-orang dari daerah-daerah ini bercerita kepada kita tentang
sungai-sungai kecil yang benar-benar terbendung oleh mayat-mayat.
Transportasi sungai menjadi terhambat secara serius."
di pulau bali, yang sebelum itu dianggap sebagai kubu pki, paling
sedikit 35.000 orang menjadi korban di permulaan 1966. Di sana para
tamin, pasukan komando elite partai nasional indonesia, adalah pelaku
pembunuhan-pembunuhan ini. Koresponden khusus dari frankfurter
allgemeine zeitung bercerita tentang mayat-mayat di pinggir jalan atau
dibuang ke dalam galian-galian dan tentang desa-desa yang separuh
dibakar di mana para petani tidak berani meninggalkan kerangka-kerangka
rumah mereka yang sudah hangus.
Di daerah-daerah lain, para terdakwa dipaksa untuk membunuh teman-teman
mereka untuk membuktikan kesetiaan mereka. Di kota-kota besar
pemburuan-pemburuan rasialis "anti-tionghoa" terjadi. Pekerja-pekerja
dan pegawai-pegawai pemerintah yang mengadakan aksi mogok sebagai protes
atas kejadian-kejadian kontra-revolusioner ini dipecat.
Paling sedikit 250,000 orang pekerja dan petani dipenjarakan di
kamp-kamp konsentrasi. Diperkirakan sekitar 110,000 orang masih
dipenjarakan sebagai tahanan politik pada akhir 1969. Eksekusi-eksekusi
masih dilakukan sampai sekarang, termasuk belasan orang sejak tahun
1980-an. Empat tapol, johannes surono hadiwiyino, safar suryanto, simon
petrus sulaeman dan nobertus rohayan, dihukum mati hampir 25 tahun sejak
kudeta itu.
Supersemar
lima bulan setelah itu, pada tanggal 11 maret 1966, sukarno memberi
suharto kekuasaan tak terbatas melalui surat perintah sebelas maret. Ia
memerintah suharto untuk mengambil "langkah-langkah yang sesuai" untuk
mengembalikan ketenangan dan untuk melindungi keamanan pribadi dan
wibawanya. Kekuatan tak terbatas ini pertama kali digunakan oleh suharto
untuk melarang pki. Sebagai penghargaan atas jasa-jasanya, sukarno
dipertahankan sebagai presiden tituler diktatur militer itu sampai maret
1967.
Kepemimpinan pki terus mengimbau massa agar menuruti kewenangan rejim
sukarno-suharto. Aidit, yang telah melarikan diri, ditangkap dan dibunuh
oleh tni pada tanggal 24 november, tetapi pekerjaannya diteruskan oleh
sekretaris kedua pki nyoto.
Pertemuan Jenewa, Swiss
menyusul peralihan tampuk kekuasaan ke tangan suharto, diselenggarakan
pertemuan antara para ekonom orde baru dengan para ceo korporasi
multinasional di swiss, pada bulan nopember 1967. Korporasi
multinasional diantaranya diwakili perusahaan-perusahaan minyak dan
bank, general motors, imperial chemical industries, british leyland,
british american tobacco, american express, siemens, goodyear, the
international paper corporation, us steel, ici, leman brothers, asian
development bank, dan chase manhattan. Tim ekonomi indonesia menawarkan:
Tenaga buruh yang banyak dan murah, cadangan dan sumber daya alam yang
melimpah, dan pasar yang besar.
Hal ini didokumentasikan oleh jhon pilger dalam film the new rulers of
world (tersedia di situs video google) yang menggambarkan bagaimana
kekayaan alam indonesia dibagi-bagi bagaikan rampasan perang oleh
perusahaan asing pasca jatuhnya soekarno. Freeport mendapat emas di
papua barat, caltex mendapatkan ladang minyak di riau, mobil oil
mendapatkan ladang gas di natuna, perusahaan lain mendapat hutan tropis.
Kebijakan ekonomi pro liberal sejak saat itu diterapkan.
Peringatan G30S/PKI
Sesudah kejadian tersebut, 30 september diperingati sebagai hari
peringatan gerakan 30 september. Hari berikutnya, 1 oktober, ditetapkan
sebagai hari kesaktian pancasila. Pada masa pemerintahan soeharto,
biasanya sebuah film mengenai kejadian tersebut juga ditayangkan di
seluruh stasiun televisi di indonesia setiap tahun pada tanggal 30
september. Selain itu pada masa soeharto biasanya dilakukan upacara
bendera di monumen pancasila sakti di lubang buaya dan dilanjutkan
dengan tabur bunga di makam para pahlawan revolusi di tmp kalibata.
Namun sejak era reformasi bergulir, film itu sudah tidak ditayangkan
lagi dan hanya tradisi tabur bunga yang dilanjutkan.
Pada 29 september - 4 oktober 2006, diadakan rangkaian acara peringatan
untuk mengenang peristiwa pembunuhan terhadap ratusan ribu hingga jutaan
jiwa di berbagai pelosok indonesia. Acara yang bertajuk "pekan seni
budaya dalam rangka memperingati 40 tahun tragedi kemanusiaan 1965" ini
berlangsung di fakultas ilmu budaya universitas indonesia, depok. Selain
civitas academica universitas indonesia, acara itu juga dihadiri para
korban tragedi kemanusiaan 1965, antara lain setiadi, murad aidit, haryo
sasongko, dan putmainah. Sumber:Wiki
http://blonk.blogspot.co.id/2013/07/perspektif-dan-sejarah-g30spki.html
0 komentar:
Posting Komentar