YPKP 65-66 Kebumen

WeBlog Dokumentatif Terkait Genosida 1965-66 Indonesia

  • Home
  • Berita
    • Nasional
    • Daerah
    • Hukum
    • Politik
  • Artikel
    • Opini
    • Interview
  • Editorial
  • Galeri
    • Photo
    • Video
  • Uncategorized

Jumat, 02 Oktober 2015

Kisah Para Gubernur yang Dituding PKI

06.13  Anti Orba, Kisah, Kliping #65, Tragedi  No comments


Berita Satu, 2 Oktober 2015


“Mengungsi”, karya Henk Ngantung Gubernur DKI  yang dituding PKI

Pemerintah Joko Widodo dan Jusuf Kalla diminta mengembalikan hak para pengikuti setia Presiden Soekarno atau “Para Soekarnois” yang mengalami praktik kriminalisasi politik.
Salah satu di antaranya adalah Gubernur Bali yang pertama Anak Agung Bagus Sutedja yang diculik dan tidak diketahui keberadaan sampai sekarang. Gubernur Sutedja dituding Partai Komunis Indonesia (PKI) dan penculikannya dipicu oleh konflik politik di internal Partai Nasional Indonesia (PNI) Provinsi Bali, antara Gubernur Anak Agung Bagus Sutedja melawan I Nyoman Mantik dan Wedastera.
Hal ini disampaikan oleh penulis buku “Nasib Para Soekarnois: Kisah Penculikan Gubernur Bali, Sutedja, 1966” Aju dalam acara diskusi dan peluncuran buku tersebut di kantor Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, Jakarta, Kamis (01/10).
Dalam acara peluncuran tersebut hadir sejumlah narasumber, antara lain Komisioner Komnas HAM Imdadun Rahmat, Putra Gubernur Sutedja Anak Agung Gde Agung Benny Sutedja, IPT 1965 Nursjahbani Katjasungkana dan I Gusti Anom Astika dari Majalah Prisma.
“Persoalan Gubernur Bali Sutedja, pada dasarnya ujian bagi Pemerintahan Presiden Joko Widodo, Wakil Presiden Jusuf Kalla, Pemerintah Provinsi Bali dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Bali, untuk mau atau tidak menempuh sebuah langkah politik, memulihkan nama gubernur pertama Pulau Dewata,” ujar Aju dalam diskusi tersebut.
Wartawan senior Sinar Harapan ini juga mendesak Gubernur Bali dan Ketua DPRD Provinsi Bali untuk mengirim surat permohonan kepada Jokowi-JK agar menerbitkan surat keputusan pemulihan nama baik Anak Agung Bagus Sutedja. Menurutnya, jika Pemerintah sungguh-sungguh ingin melakukan rekonsiliasi pasca Gerakan 30 September (G30S) 1965 di Jakarta, maka langkah pertama mutlak dilakukan, pulihkan nama baik dan bayar hak gaji dan uang pensiun Gubernur Anak Agung Bagus Sutedja yang tidak pernah dibayar Pemerintah semenjak diculik tanggal 29 Juli 1966 di Jakarta.
“Selain Anak Agung Bagus Sutedja, ada 6 gubernur lainnya diberhentikan di tengah jalan. Proses pemberhentian diawali berbagai aksi unjuk rasa segenap komponen masyarakat dengan tudingan para gubernur itu terlibat Partai Komunis Indonesia (PKI), setelah Presiden Soekarno diturunkan dari jabatan melalui kudeta merangkak Presiden Soeharto,” tandas Aju.
Keenam gubernur lain yang dituding PKI adalah Gubernur Kalimantan Tengah Tjilik Riwut, Gubernur Kalimantan Barat Johanes Chrisostomus Oevaang Oeray, Gubernur Sumatera Utara Brigjen TNI Oeloeng Sitepu, Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Henk Ngantung, Gubernur Sumatera Selatan Pagar Alam dan Gubernur Jawa Tengah Mochtar.
Tujuh Gubernur Soekarnois, kata Aju memang pendukung setia ideologi Pancasila besutan Presiden Soekarno sebagai implementasi ideologi sosialis yang diterapkan sesuai alam dan budaya Indonesia. Sebuah ideologi yang berbenturan keras dengan ideologi liberalis kapitalis barat dimotori Amerika Serikat hingga tahun 1991.
“Tapi sosialis bukan otomatis komunis, karena implementasinya di Indonesia di dalam sila pertama Pancasila mengakui Tuhan, yakni Ketuhanan Yang Masa Esa,” tandasnya.
Lebih lanjut, dia menilai proses pemberhentian para gubernur Soekarnois, beraneka ragam, termasuk di antaranya pihak luar berpihak kepada salah satu kelompok. Dalam melakukan praktik kriminalisasi terhadap Brigjen TNI Oeloeng Sitepu, misalnya, hampir tidak ada kelompok yang menaruh simpati. Gerakan massa begitu cepat bergerak, menciduk Oeloeng Sitepu dari kediamannya dan dijebloskan ke penjara.
“Proses selanjutnya, menjadi serba misteri, karena Oeloeng Sitepu, dinyatakan meninggal dunia dalam tahanan. Banyak spekulasi muncul, termasuk diantaranya dugaan penyiksaan dan penganiayaan selama dalam tahanan, sehingga Oloeng Sitepu, meninggal dunia,” ceritanya.
Sementara terkait Gubernur Bali, sebagaimana dikisahkan dalam buku Aju, diungkapkan pasca-Gerakan 30 September 1965 di Jakarta meledak, kemudian menjalar ke Provinsi Bali yang dikenal dengan ‘Banjir Darah’. Bali, menjadi salah satu daerah dengan ‘penyembelihan’ terganas terhadap pihak yang dituduh simpatisan dan anggota PKI. Jumlah korban tewas di Bali perkirakan sekitar 80.000 hingga 10.000 orang.
Gubernur Bali, diculik empat pria berseragam Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI-AD) dari kediamannya di Kompleks senayan No 261/262, Jakarta pada tanggal 29 Juli 1966, pukul 09.00. Hingga sekarang tidak diketahui nasibnya. Gubernur Sutedja berada di Jakarta dalam rangka tugas khusus berdasarkan Surat Keputusan Presiden Soekarno, nomor 380 tanggal 18 Desember 196 yang sampai sekarng belum dicabut.
Selama tiga dasawarsa, keluarga besar puri Agung Negara Djembrana ‘dipaksa’ menanggung stigma terlibat PKI. Ini akibatnya pada tahun 1982, dinas Sejarah TNI AD menerbitkan buku berjudul. Pemberontakan gerakan 30 september 1965/Partai Komunis Indonesia (PKI) dan penuntasannya. Di mana, secara sepihak menuding Gubernur Bali, Anak Agung Bagus Sutedja, terlibat PKI
“Tidak ditemukan fakta hukum yang membuktikan keterlibatan Gubernur Bali, Anak Agung Bagus Sutedha di dalam PKI,” tegas Aju.
Sementara Anak Agung Gde Agung Benny Sutedja, putra Gubernur Sutedja yang menghadiri peluncuran buku, turut menampilkan dokumen-dokumen penting sebelum diculik seperti surat penugasan ke Jakarta, dan undangan-undangan pertemuan di Jakarta sebelum penculikan.
Benny Sutedja berharap kisah penculikan ayahnya melahirkan doa dari masyarakat agar hak-hak keluarga Sutedja dipulihkan oleh pemerintah saat ini.
“Selama keluarga kami hidup, kami hanya ingin didoakan masyarakat supaya perjuangan keluarga yang menjadi korban berhasil dan hak-hak beliau sebagai manusia dikembalikan,” kata Benny Sutedja.
“Saya tidak akan jemu untuk memberitahu pemerintah tentang keadaan yang sebenarnnya. Saya mungkin akan mengirimkan kopi surat yang pernah dikirimkan kepada presiden sebelumnya kepada pemerintah yang sekarang,” tambahnya.
Sementara Komisioner Komnas HAM Imdadun Rahmat menganjurkan Presiden perlu mengungkapkan rasa penyesalan atas tragedi pelanggaran HAM G-30-S/PKI sehingga Indonesia bisa bebas dari beban sejaarah. Rasa penyesalan ini, kata Imdadun, bukanlah minta maaf kepada korban.
“Jika tidak ada penyesalan dari Presiden, maka isu yang terus-menerus muncul akan menjadi alat reproduksi kebencian sosial. Korban semakin membenci pelaku, sementara pelaku ketakutan untuk diungkap sehingga muncul kebencian baru yang mestinya bisa diakhiri jika presiden bersikap,” pungkas Imdadun.
Sumber: Berita Satu, 2 Oktober 2015

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke Facebook
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Langganan: Posting Komentar (Atom)

Social Profiles

TwitterFacebookGoogle PlusLinkedInRSS FeedEmail
  • Popular
  • Tags
  • Blog Archives

Mengenai Saya

YPKP 65 Kebumen
Lihat profil lengkapku

Entri Populer

  • Program Re-Ra (Rekonstruksi & Rasionalisasi) TNI Kabinet Hatta
    25 Desember 2015   Sebelum diadakannya program “reorganisasi dan rasionalisasi” (Re-ra) oleh Perdana Menteri Hatta,...
  • Tragedi 1965 dan Peristiwa Madiun 1948
    Oleh: Yunantyo Adi Pengantar Redaksi: Wacana rekonsiliasi dalam Simposium Nasional "Bedah Tragedi 1965, Pendekatan Kesejarahan...
  • Pembrontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) Madiun, 18 September 1948
    18 September 2015   illustrasi: Gambar ini adalah kekerasan yang terjadi di Vietnam, yang penah dimanipulasi untuk melegitimasi k...
  • Siapakah Letkol Untung ?
    Friday, December 12, 2014 S oeharto- U ntung: Hubungan spesial [jitunews]   Siapakah Letkol U ntung dan apa hubunganya dengan peristi...
  • Siapakah Letkol Untung Itu ? Sejauh Mana Keterlibatannya dalam Gerakan G-30-S
    Kamis, 22 April 2010 Letkol Untung [Foto : Kaskus ]  Tahun 1960-an dunia diwarnai dengan ketegan...
  • Tjilik Riwut Tokoh Intelijen Pembubaran RIS di Kalimantan
    June 19, 2017 Tjilik Riwut nomor tiga dari kanan tanpa topi / ist SHNet, PALANGKA RAYA  – Tjilik Riwut, Gubernur Kalimantan Tengah, 1...
  • Sejarah Kelam G30S 1965 di Bali
    Senin, 10 September 2018 | 10:30 WITA 1. Siswa SMP Sudah Ikut Berpolitik di GSNI atau IPPI Gerakan 30 September 1965 atau dike...
  • Max Lane: Pram Sejarawan Terbaik Indonesia
      Tuesday, 25 December 2012 PENERJEMAH enam karya Pramoedya Ananta Toer asal Australia, Max Lane, menjadi dosen tamu selama lima perte...
  • "MESUJI BERDARAH " PEMBANTAYAN SADIS YANG MENEWAS KAN "SATU KAMPUNG" INI LAH KRONOLoGIS NYA..!!!
    16 Nov 2011 illustrasi: Korban pembantaian politik di Filipina Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) memaparkan penyebabnya insiden pemba...
  • Pemerintah Bahas RUU Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi
    Kamis, 12 Maret 2020 RUU KKR sebagai payung hukum untuk menyelesaikan pelanggaran HAM berat pada masa lalu melalui jalur nonyudisial. ...
Diberdayakan oleh Blogger.

Categories

  • Kliping #65
  • Tragedi
  • Anti Orba
  • Sejarah
  • News
  • Article
  • Kliping
  • Impunity
  • Kisah
  • Militerism
  • IPT65
  • PKI
  • Genosida 65
  • Documentary
  • Sejarah #Gerwani
  • hoax ala orba
  • Persekusi
  • Mass-Graves
  • Press-Release
  • Statement
  • Kejahatan HAM
  • Komnas HAM
  • Stigma PKI
  • Internasional
  • Materi
  • Surat
  • Buku
  • G30S
  • Lekra
  • Film
  • Sastra
  • Interview
  • arsip rahasia
  • Pembantaian Massal
  • Kejakgung
  • YPKP 65
  • Kamisan
  • KontraS
  • Konspirasi
  • Pramoedya Ananta Toer
  • Pulau Buru
  • Jokowi
  • BTI
  • Bedjo Untung
  • Genosida Politik
  • Pemuda Rakyat
  • Genosida
  • Rekonsiliasi
  • CIA
  • PKI 1948
  • KKR
  • IPT'65
  • Amnesty International
  • Aceh
  • DN Aidit
  • Konflik Agraria
  • Plantungan
  • investigasi
  • Dialita
  • LBH
  • Tjakrabirawa
  • Menko Polhukam
  • Simposium
  • Orba Soeharto
  • PBB
  • Tokoh
  • Testimoni
  • Baperki
  • DKN
  • Purwodadi
  • Cilacap
  • Eksil
  • Kanigoro
  • Tan Malaka
  • Bali
  • Foto
  • Muhidin M Dahlan
  • Seni Rupa
  • Gusdurian
  • Moncongloe
  • Tumiso
  • Jeju
  • Musik
  • Pendidikan
  • SOBSI
  • HRWG
  • Hersri Setiawan
  • Koesalah S Toer
  • NTT
  • Oey Hay Djoen
  • Trikoyo Ramidjo
  • Genjer-genjer
  • Harsutejo
  • Holocaust
  • Kalimantan
  • Karl Marx
  • Memorialisasi
  • Soemarsono
  • Tapol Yogya
  • HAM
  • Hendra Gunawan
  • Heru Atmojo
  • Luweng
  • Mia Bustam
  • Putmu'inah
  • SKP-HAM
  • Sudarno
  • Arsip
  • Gandrung
  • Keppres 28/1975
  • Keppres 28/2975
  • LPSK
  • Lubang Buaya
  • Obituari
  • Sexual Violence
  • Sulami
  • Supersemar
  • Tapol
  • Tapol Bali
  • Wonogiri
  • Ahmad Tohari
  • Asset
  • Brebes
  • Haji Misbach
  • Insureksi
  • JC Princen
  • Jess Melvin
  • Munir
  • Museum
  • Operasi Trisula
  • Papua
  • Purbalingga
  • Purwokerto
  • Red Drive Proposal
  • Tapol Jakarta
  • Tapol Jawa Timur
  • Banten
  • Banyuwangi
  • Basoeki Abdullah
  • Blitar
  • CHTH
  • Demonisasi
  • English
  • JPIT
  • Kebumen
  • Klaten
  • Lengger
  • Magetan
  • Nasionalisasi
  • Nazi
  • Novel
  • Nyoto
  • Poncke Princen
  • Putu Oka Sukanta
  • Referensi
  • Sarbupri
  • Sei Ular
  • Svetlana
  • Tapol Ambarawa
  • Tapol Jawa Tengah
  • Tapol Kalimantan Timur
  • Teater
  • ipt 65
  • komune paris
  • Aris Panji
  • Biennale
  • Blitar Selatan
  • Cerpen
  • Communist Manifesto
  • Data Virtual
  • Digul
  • Gubernur Sutedja
  • Hilmar Farid
  • KSP
  • Kuli Kontrak
  • Kulo Kontrak
  • MK
  • Made Supriatma
  • Mark Curtis
  • Mars Nursmono
  • Mattew Woolgar
  • Nasakom
  • Nusakambangan
  • Nyai Ontosoroh
  • Oei Hiem Hwie
  • PGRI Non Vaksentral
  • PKI 1026
  • Perampasan Asset
  • Petrus
  • Riset
  • Semaun
  • Sragen
  • Sudisman
  • Sudjojono
  • TMP Kalibata
  • Tangerang
  • Tapol Gunung Kidul
  • Tapol Jawa Barat
  • Tapol Lampung
  • Tapol Palu
  • Tapol Purworejo
  • Tom Udall
  • Tritura
  • Umi Sardjono
  • Vanessa Hearman
  • emko Polhukam
  • enosida 65

Arsip Blog

  • ►  2020 (31)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (22)
    • ►  Januari (5)
  • ►  2019 (404)
    • ►  Desember (46)
    • ►  November (44)
    • ►  Oktober (64)
    • ►  September (34)
    • ►  Agustus (35)
    • ►  Juli (16)
    • ►  Juni (12)
    • ►  Mei (33)
    • ►  April (32)
    • ►  Maret (35)
    • ►  Februari (20)
    • ►  Januari (33)
  • ►  2018 (628)
    • ►  Desember (27)
    • ►  November (26)
    • ►  Oktober (82)
    • ►  September (65)
    • ►  Agustus (32)
    • ►  Juli (39)
    • ►  Juni (78)
    • ►  Mei (53)
    • ►  April (60)
    • ►  Maret (50)
    • ►  Februari (76)
    • ►  Januari (40)
  • ►  2017 (745)
    • ►  Desember (42)
    • ►  November (50)
    • ►  Oktober (153)
    • ►  September (179)
    • ►  Agustus (32)
    • ►  Juli (42)
    • ►  Juni (30)
    • ►  Mei (53)
    • ►  April (30)
    • ►  Maret (46)
    • ►  Februari (40)
    • ►  Januari (48)
  • ►  2016 (1284)
    • ►  Desember (26)
    • ►  November (24)
    • ►  Oktober (85)
    • ►  September (83)
    • ►  Agustus (51)
    • ►  Juli (138)
    • ►  Juni (164)
    • ►  Mei (346)
    • ►  April (244)
    • ►  Maret (76)
    • ►  Februari (25)
    • ►  Januari (22)
  • ▼  2015 (438)
    • ►  Desember (32)
    • ►  November (85)
    • ▼  Oktober (116)
      • Dialita Berjuang Mengais Lagu-Lagu Tapol 65
      • Korban Perempuan yang Selamat Bicara Soal Pembunuh...
      • Saksi Pembantaian PKI: Mereka Dibariskan dan Dibun...
      • Yang Terusir dari Tanah Air
      • 11 Jasad diduga korban PKI ditemukan saat penggali...
      • Makam Dibongkar, Tulang Belulang Anggota PKI di Ba...
      • Bebas dan Panas! Menengok Diskusi Seputar Tragedi ...
      • Kuburan Massal Anggota PKI di Jembrana Bali Dibongkar
      • Isu Tragedi '65 di Tahun 2015: Dari Frankfurt ke U...
      • Kerap lihat kejadian aneh, alasan warga bongkar ma...
      • Ubud Writers Membuka Kotak Pandora Sastra Indonesia
      • Keterlibatan Jerman dalam kudeta militer 1965 di I...
      • Tak Ada Lagi Diskusi tentang 1965 di UWRF
      • Konferensi Nasional Pemulihan: “Memastikan Tanggun...
      • 60 Penulis Kecam Pembatalan Isu 1965 di Ubud Write...
      • Konflik Vertikal dan Horizontal Terjadi Pada Kasus...
      • NEGARA WAJIB MENJAMIN RASA AMAN BAGI WARGA YANG BI...
      • Pemerintah Myanmar Terbukti Lakukan Genosida terha...
      • Genosida* 1965: Tragedi Kemanusiaan dan Serangan a...
      • Dualisme Jepang Terhadap Indonesia
      • Politik Bukan Alasan UWRF 2015 Angkat Isu 1965
      • Diskusi Isu 1965 Dibatalkan di Ubud Writers and Re...
      • Ubud Writers & Readers Festival Dilarang Bahas G30...
      • Pertumpahan darah orang Indonesia, Bagian 2
      • INDONESIA 1965: Pelajaran dari kekalahan besar - B...
      • Sjam Kamaruzzaman dan Kerja Rahasia Biro Khusus PKI
      • LSM adukan pemberedelan majalah Lentera ke Komnas HAM
      • 'Gestapu pemberontakan setengah hati'
      • Utati, Penulis Lirik Selirih Karya Pramoedya Anant...
      • Liputan | Re(i)novasi Memori KKPK: Anak Muda dan HAM
      • Usia Senja, Adik Pramoedya Ananta Toer Tetap Seman...
      • Tentang jejak PKI di Aceh
      • Adik Pramoedya Ananta Toer Raih Penghargaan dari R...
      • Menonton Film Terakhir Lekra di Dunia
      • Ekslusif : Wawancara KBR Bersama Tom Iljas
      • Pembantaian Massal 1965 Sebagai Gerakan Kontra-Rev...
      • Pasca penangkapan, rombongan Tom Iljas akui diinti...
      • Diskusi Panas Tema 1965 di Frankfurt Book Fair 2015
      • Kesaksian Elite PKI tentang Sepak Terjang Aidit
      • Seorang kakek ditangkap saat ziarah ke kuburan mas...
      • Konferensi Pembantaian 1965 di Indonesia dan Holoc...
      • Rekonsiliasi Nasional Peristiwa Pasca Gestapu Ala ...
      • Akar Historis dan Ideologis Kejatuhan PKI
      • Lubang Buaya
      • Peran Amerika Serikat dan Penggulingan Soekarno 19...
      • Mencari Desa Hilang di Padang Halaban
      • Soekarno Minta Seniman Tak Dibunuh Pasca-G30S, Ini...
      • Koalisi Keadilan dan Pengungkapan Kebenaran
      • Genosida* 1965: Tragedi Kemanusiaan dan Serangan a...
      • Gestok dan Pendidikan
      • 2 Rumah Bersejarah di Menteng dengan Tragedi Berdarah
      • Kisah Eks-Tapol yang Kini Jadi Pendeta
      • Di mana anak muda mencari kebenaran sejarah G30S?
      • Membuka Tabir di balik Buku Pelajaran Kita
      • Mengenang yang Tewas di Musim Gugur
      • G30S 1965: Inggris Sudah Lama Ingin Singkirkan Soe...
      • G30S 1965: Rupanya Soeharto yang Tempatkan Letkol ...
      • G30S 1965: Misteri Letkol Untung, Masih Hidupkah Dia?
      • Kisah Eks Tapol Dibui 12 Tahun di Penjara Kalisosok
      • Ketika Warga Kampung PKI Adakan Tahlilan dan Slametan
      • 50 tahun berlalu, korban pembantaian massal di Ind...
      • Senator AS Ajukan Resolusi Baru Ungkap Kasus G 30S...
      • Pelenyapan Kaum Kiri Banyuwangi
      • Membuka Tabir G30S dari Dokumen KGB
      • Menelusuri Jejak Letkol Untung di Kebumen
      • G30S:Kisah Diplomat AS yang Bikin Daftar Nama Targ...
      • Jembatan Bacem: 50 Tahun Setelah Tragedi Pembantaian
      • Penangkapan dan Pembunuhan Tan Malaka
      • Kisah Apel Akbar 5 Oktober 1965 dan Pengganyang PKI
      • G30S 1965, NU Meminta Maaf ?
      • Kisah Kolonel TNI Tembak Leher Ketua CC PKI Aidit
      • G30S 1965: Lima Jejak Keterlibatan Amerika
      • Amerika Serikat Didesak Membantu Indonesia Menying...
      • Membaca Kembali Kegamangan Sejarah G30S
      • Spanduk anti-PKI dari TNI AD bertebaran di Jakarta
      • Maklumat Mohammad Yamin dan Kudeta Pertama di Indo...
      • G30S, Politikus PKI Anak Haji Penghafal Quran dan ...
      • Korban 1965: 'Saya bertemu algojo yang menembak ma...
      • Martono: Aku si tukang listrik, korban salah tangk...
      • Dalam Kelemahan Manusiawi, 50 Tahun Memelihara Sis...
      • Kenapa pembunuhan massal usai G30S paling banyak t...
      • Misteri Kelam & Konspirasi di Balik G30S PKI
      • Kisah Persahabatan Bung Karno dan Musso Sang Tokoh...
      • EKSKLUSIF G30S: Sebelum Didor Aidit Minta Rokok ke...
      • Wijaya Herlambang: G/30/S/PKI dan teror dalam kebu...
      • Pemerintah Tegaskan Tak Ada Permohonan Maaf Bagi K...
      • Ulung Sitepu, GUBSU Loyalis Sukarno dan Pancasilai...
      • Jaksa Agung: Bukan Minta Maaf ke PKI, Tapi Penyesa...
      • G30S 1965 dan Pasukan Sipil Serba Hitam Membasmi PKI
      • Kakek Andi Noya Dibunuh Massa Anti-PKI
      • Bertahan di Pulau Buru -bekas tempat tahanan mereka
      • Cerita Lain Prahara 1965
      • Titik Awal
      • Kembalikan Semua Hak Para Soekarnois
      • Nasib tragis Ketua PKI Aidit dieksekusi AK-47 di s...
      • Gerwani dan Pembunuhan Identitas
      • G30S 1965, Lolos Eksekusi Mati Ditolong Tokoh Muha...
      • Kisah Para Gubernur yang Dituding PKI
      • Tan Malaka Duri dalam Daging Perundingan Indonesia...
      • Tertahan pulang karena G30S, Florensia jadi dokter...
    • ►  September (98)
    • ►  Agustus (24)
    • ►  Juli (10)
    • ►  Juni (21)
    • ►  Mei (9)
    • ►  April (11)
    • ►  Maret (19)
    • ►  Februari (9)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2014 (94)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (16)
    • ►  September (15)
    • ►  Juli (10)
    • ►  Juni (7)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (18)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (6)
    • ►  Januari (6)
  • ►  2013 (113)
    • ►  Desember (8)
    • ►  November (7)
    • ►  Oktober (19)
    • ►  September (20)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (13)
    • ►  Juni (11)
    • ►  Mei (15)
    • ►  April (6)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2012 (85)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (8)
    • ►  Oktober (16)
    • ►  September (21)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (10)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (5)
    • ►  Februari (6)
    • ►  Januari (6)
  • ►  2011 (71)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (16)
    • ►  September (9)
    • ►  Agustus (11)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (1)
    • ►  April (10)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (10)
  • ►  2010 (65)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (11)
    • ►  September (26)
    • ►  Agustus (8)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (5)
  • ►  2009 (30)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (8)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (4)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2008 (23)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  September (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2007 (24)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (12)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2006 (3)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (2)
  • ►  2005 (3)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2004 (2)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
  • ►  2003 (6)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (3)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
  • ►  2002 (2)
    • ►  Juli (2)
  • ►  2001 (4)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Mei (1)
  • ►  2000 (5)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (2)
    • ►  Juli (2)
  • ►  1999 (1)
    • ►  Juli (1)
  • ►  1998 (2)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Oktober (1)
  • ►  1996 (1)
    • ►  Oktober (1)
  • ►  1981 (1)
    • ►  Juli (1)

Recent Posts

Recent Posts Widget

 
Copyright © 2014 YPKP 65-66 Kebumen | Powered by Blogger
Distributed By Blogger Templates | Design By NewWpThemes