Sabtu, 06 Februari 2016

Kilas Balik: Jawaban Muso pada Sukarno: Muso selamanya setia menghamba kepada rakyat Indonesia


Muso (1897-1948) 

niadilova | 06/02/2016

Sukarno – Hatta budak-budak Jepang dan Amerika
MEMANG CIRI WANCI LALI GINOWO MATI

Pada tgl. 18 September 1948, rakyat daerah Madiun telah memegang kekuasaan Negara dalam tangannya sendiri. Dengan begitu Rakyat Madiun telah melaksanakan kewajiban Revolusi Nasional kita ini, bahwa ia seharusnya dipimpin oleh Rakyat sendiri dan bukan oleh kelas lain.

Sudah tiga tahun Revolusi Nasional kita berjalan di bawah pimpinan kaum borjuis-nasional yang bersifat goyang menghadapi imperialis seumumnya dan terhadap Amerika khususnya. Inilah sebab yang terakhir, bahwa keadaan ekonomi dan politik dalam Republik semuanya menjadi terus-menerus buruk.

Dengan begitu Rakyat semuanya, kaum buruh dan tani khususnya, sama sekali tak dapat membedakan keadaan sekarang ini daripada keadaan selama zaman Belanda dan Jepang.

Sebaliknya, anasir-anasir yang memerintah telah memakai Revolusi kita sebagai kuda-kudaan untuk menguntungkan diri [sendiri]. Mereka sewaktu pendudukan Jepang telah menjadi Quisling-quisling, budak-budak Jepang tukang jual romusha dan propagandis-propagandis Heiho. Lebih dari dua milyun wanita Indonesia telah menjadi janda, lantaran laki-lakinya menjadi romusha. 
SEKARANG MEREKA AKAN MENJUAL INDONESIA DAN RAKYATNYA SEKALI PADA IMPERIALISME AMERIKA!

Sukarno memakai alasan-alasan palsu telah menuduh FDR dan PKI Muso sebagai tukang pengacau dan lain-lain.

Lupakah Sukarno, bahwa ia di Solo telah memakai kaum pengkhianat Trotskis untuk melakukan penculikan-penculikan dan teror terhadap orang-orang komunis??

Lupakah Sukarno cs, bahwa ia telah membantu dan mengesahkan kejahatan-kejahatan Siliwangi dan kaum teroris itu????

Apakah maksud Sukarno cs, ex-pedagang romusha, telah melepaskan penjahat-penjahat trotskis Malaka cs. yang telah mencoba merobohkan ke-Presidenannya.

Dalam tiga tahun ini teranglah pula bahwa Sukarno-Hatta ex-romusha verkopers, Quislings telah menjalankan POLITIK KAPITULASI terhadap Belanda, Inggris dan sekarang juga menjual Indonesia dan Rakyat pada Imperialis Amerika.

Bolehkah orang-orang semacam itu bilang bahwa mereka mempunyai hak yang sah untuk memerintah Republik kita?

Rakyat Indonesia tidak butuh.

Rakyat belum lupa semboyan-semboyan Sukarno.

Mereka mengerti bahwa kaum dagang romusha tak becus memerintah negara. Oleh karena [itu], Rakyat Madiun dan juga di daerah-daerah lain sekarang akan melepaskan diri dari budak-budak imperialis itu. Sukarno selama membudak Jepang telah bilang: “Untuk Inggris: linggis, untuk Amerika: setrika! Rakyat belum lupa ini.

Bukan Sukarno, bukan Hatta yang melawan Belanda, Inggris dan Amerika sekarang [i]ni, tetapi rakyat Indonesia sendiri!!!!

Berhubung dengan itu, kejadian di Madiun dll. tempat untuk rakyat selu-{11}ruh Indonesia adalah sinyal untuk merebut kekuasaan negara dalam tangannya sendiri. Inilah jaminan satu-satunya, bahwa Republik kita akan berdaulat benar-benar, dan akan cakap menghadapi serangan-serangan dari luar dan untuk selama-lamanya melepaskan diri dari bujang-bujang imperialisme itu.

Rakyat Indonesia oleh Sukarno disuruh memilih: “Sukarno atau Muso!”
Rakyat seharusnya menjawab: “Sukarno-Hatta budak-budak Jepang dan Amerika! Memang ciri wanci lali ginowo mati!”
Pasti Rakyat akan menjawab: “Muso selamanya menghamba rakyat Indonesia!”

Hidup Merdeka!
Menang Perang!

Madiun, 19/9 –’48 {12}

***
* Sumber: Aliran Islam. Suara Kaum Progresif Berhaluan Radikal No. 52, Tahun Ke VII, Agustus 1953 [Nomor Madiun Affair]: 11-12. Ejaan disesuaikan. Angka dalam tanda “{ }” merujuk pada halaman asli majalahnya. Kata-kata dalam tanda “[ ]” merupakan tambahan dari penyalin. Ilustrasi ditambahkan oleh penyalin (diambil dari: pedulifakta.blogspot.com).

Catatan: Ini adalah teks pidato radio Muso, menjawab pid
ato radio Sukarno yang sudah disiarkan sehari sebelumnya.
Penyalin: Dr. Suryadi, MA., Leiden University, Belanda
 
https://niadilova.wordpress.com/2016/02/06/kilas-balik-jawaban-muso-pada-sukarno-muso-selamanya-setia-menghamba-kepada-rakyat-indonesia/

0 komentar:

Posting Komentar