Sabtu, 24 Februari 2018

PKI Di Seberang Logika, Tampak. Klan Cendana Di Pelupuk Mata, Tak Tampak !!

Erika Ebener | 24 Februari 2018

Pilpres 2014, isu PKI begitu ramai digaungkan. Siapa yang menjadi korban??? Siapa lagi kalau bukan Pak Jokowi. Koran merah Obor Rakyat tiba-tiba mengalami kelebihan oplah. Penampakan ibunda Jokowi yang awet muda dijadikan bulan-bulanan untuk dasar tuduhan bahwa Jokowi bukanlah anak kandung beliau. Mereka ngotot mengklaim bahwa Jokowi harus menjadi anak seorang wanita Gerwani!
Lalu viral juga sebuah foto laki-laki dewasa yang berdiri di depan podium saat Partai Komunis Indonesia mengadakan pertemuan entah di tahun berapa yang pasti sebelum tahún 1965. Lagi-lagi mereka ngotot bahwa itu adalah Jokowi atau kalau bukan Jokowi, mereka bilang, "Itu pasti bapaknya Jokowi soalnya wajahnya mirip sekali!"
Saya bingung, orang-orang ini tolol atau pura-pura tolol yah....???
Isu PKI paska Pilpres 2014 mereda untuk sesaat. Munkin sekitar satu tahun. Lalu geger lagi dengan munculnya buku "Jokowi Undercover" yang ditulis ngasal oleh seorang laki-laki yang sedang ngigau.
Si laki-laki yang akhirnya disinyalir gila itu pun tertangkap. Indonesia agak lumayan bisa bernapas sebentar.
Dan sekarang menghadapi PIlpres 2019, lagi-lagi isu PKI dilambungkan, Siapa yang menjadi korban kali ini? Yang menjadi korban adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan alias PDI-P.
Dua orang yang berstatus sebagai pengajar alias guru ditangkap karena telah menebarkan hoax tentang tuduhan-tuduhan yang ditujukan pada Ketua Umum PDI-P, Ibu Megawati Soekarno Putri.
Tapi ya memang itu fitnah, bukti keberadaan PKI pun tidak ada yang bisa menunjukkan, termasuk sang jendral. Kivlen Zen. Apalagi cuma orang abal-abal. Semuanya hanya nampak di dalam bayangan dan lamunan mereka.
Dunia maya diramaikan. Meme-meme tentang adanya atau bangkitnya kembali Partai Komunis Indonesia bertebaran di dalam rumah Mbah Google.
Ada beberapa meme yang menggelitik saya. Misalnya meme yang bertuliskan, "FPI teriak PKI tapi FPI yang bikin bendera PKI". Atau berita tentang seorang laki-laki yang katanya, dia orangnya Anies Baswedan, terlihat mengenakan kaos PKI, tapi dia juga yang terteriak PKI.
Memang jadi lucu akhirnya. Isu PKI rupanya memiliki jargon yang sama dengan demokrasi. Kalau demokrasi jargonnya "Dari Rakyat-Untuk Rakyat-Oleh Rakyat", kalau PKI jargonnya, "Dari Gue - Untuk Gue - Oleh Gue itu baju PKI".
Sekarang kalau kita bertanya, mana yang lebih berbahaya? PKI atau Klan Cendana? Apa jawaban kalian?
Seperti yang kita ketahui, Mengjelang Pilpres 2019, 3 partai dari 14 partai yang lolos verifikasi peseta pemilu 2019 adalah milik anak-anak Pemimpin jaman Orde Baru.
Gerindra, milik mantan menantu Soeharto, Partai Berkarya milik Tommy Soeharto dan Partai Garuda milik Siti Hardiyanti anak tertua Soeharto.
Bayangkan jika Indonesia dikuasai lagi oleh anak-anak Cendana, apa yang akan terjadi? Tidak ada jaminan Indonesia akan siap menghadapi era tinggal landas di tahúr 2030.
Pilkada Jakarta adalah satu bukti bagaimana Gerindra membiarkan agama, ayat dan mayat dipolitisir yang mengakibatkan perpecahan warga Jakarta dan bahkan rakyat Indonesia. Kekalahan dirinya di Pilpres 2014 menyisakan begitu banyak masalah. Dan Prabowo sebagai boss Gerindra seperti tidak tergerak untuk andil mendamaikan keadaan.
Lalu Tommy Soeharto. Belum juga apa-apa, dia sudah mulai berani menyebarkan tulisan-tulisan yang menyindir pemerintahan. Sementara Partai Garuda, saya masih belum mendengar apa yang menjadi aksi mereka.
Bayangan rakyat Indonesia yang selalu merasa terancam jika berani membuka suara bernada kritikan di jaman orba, masih belum hilang dari ingatan. Dulu di jaman Orde Baru, mana berani masyarakat menghina kepala negara atau keluarga Cendana. Berbicara pun selalu bisik-bisik takut terdengar aparat.
Soeharto terkenal sebagai presiden yang sangat anti pada kritikan.
Sampai saat Soeharto dilengserkan tahun 1998, harta kekayaannya tercatat mencapai antara USD 15 - USD 35 miliar dan dia dinobatkan sebagai pemimpin terkorup nomor wahid di dunia. Ini menurut Transparency International Global Corruption Report yang dilansir pada tahun 2004.
Sekarang, pernahkah kalian mendengar gossip tentang seorang Indonesia yang memiliki uang sebanyak Rp 600 triliun? Saya yakin gossip ini ramai dibicarakan di group-group whatsapp.
Saya sendiri tidak tahu pasti siapa pemilik uang tersebut. Hanya saja uang sebanyak itu cukup, malah lebih dari cukup untuk menggoncang keamanan nasional Indonesia. Misalnya untuk membayar para cukong pemasok orang gila yang sekarang disebar untuk mengancam para pemuka agama. Atau untuk membayar mereka yang menviralkan fitnah-fitnah guna menyerang pemerintahan yang sah.
Dan kalau melihat efek dari budaya yang ditumbuh-kembangkan oleh rezim orba, yaitu budaya KNN, jujur saja, klan cendana lebih menakutkan ketibang PKI. Ini bukan berarti saya pro PKI. Yang telas di Indonesia, PKI adalah partai yang terlarang karena mereka jelas-jelas memiliki idelogi lain selain Pancasila.
Jadi buat apa meributkan kemunculan PKI?? Sementara klan Cendana yang jelas-jelas ingin kembali berlaga di Indonesia, kok dicu'ekkan malah didukung oleh sebagian orang. Mereka harus dihentikan karena kita tidak mau Indonesia kembali ke jaman keterbelakang.
Bener kata pepatah, "Semut diseberang lautan terlihat, gajah di depan mata tidak terlihat"
Sumber: Seword.Com

0 komentar:

Posting Komentar