YPKP 65-66 Kebumen
WeBlog Dokumentatif Terkait Genosida 1965-66 Indonesia
Home
Berita
Nasional
Daerah
Hukum
Politik
Artikel
Opini
Interview
Editorial
Galeri
Photo
Video
Uncategorized
Jumat, 21 Agustus 2015
Berakhirnya Penyamaran Tan Malaka setelah Seperempat Abad
05.10
Anti Orba
,
Kisah
,
Kliping
,
Kliping #65
,
Sejarah
,
Tragedi
No comments
Hasan Kurniawan
| Jum'at, 21 Agustus 2015 − 05:05 WIB
Tan Malaka dan Sukarni (foto:Istimewa)
HARI sudah mulai gelap saat azan magrib berkumandang. Tiba-tiba, pintu rumah Sukarni, tokoh pemuda gerakan bawah tanah, di Jalan Fort de Kock, diketuk oleh seorang tua bercelana hitam pendek dengan kaus lusuh, dan memegang topi.
Orang tua itu memperkenalkan dirinya sebagai Ilyas Hussien, perwakilan pemuda dari kawasan tambang di wilayah Bayah-Banten Kosha. Hussien adalah nama samaran Tan Malaka. Saat itu, Sukarni belum mengetahui siapa sebenarnya Hussien.
Ketidak tahuan Sukarni yang sangat disesalinya kemudian hari itu terjadi pada tanggal 14-15 Agustus 1945. Inilah awal keterlibatan Tan Malaka dalam Proklamasi Kemerdekaan, pada 17 Agustus 1945.
Dalam pertemuan itu, Sukarni dan Hussien banyak membicarakan soal-soal politik dan arah perjuangan kemerdekaan. Analisis Hussien yang dialektis-materialis sangat memikat dan sejalan dengan pemikiran Sukarni.
Saat pembicaraan sedang panas-panasnya, Sukarni teringat dengan agenda rapat kelompok pemuda pergerakan bawah tanah yang akan membahas berita menyerahnya Jepang dan merumuskan persiapan proklamasi.
Rapat itu awalnya akan dilangsungkan di rumah Sukarni. Karena saat itu Sukarni belum mengetahui sosok Hussien yang datang ke rumahnya, dia tidak memberitahu rencana rapat itu kepada Hussien.
Sikap Sukarni yang sangat hati-hati saat itu cukup beralasan. Apalagi setelah kalah perang, Jepang bertugas sebagai polisi keamanan yang menjaga status quo. Rapat rahasia akhirnya dipindah ke rumah M Nitimiharjo, di Jalan Bogor Lama.
Pada awalnya, Hussien ingin pamit pulang saat Sukarni akan menggelar rapat, di Jalan Bogor Lama. Tetapi Sukarni menahannya dengan alasan ingin melanjutkan pembicaraan yang terputus. Hussien diminta menginap di rumah Sukarni.
Dalam rapat itu, Sukarni mengingat analisis Hussien. Dengan nada berapi-api, Sukarni mendorong pembicaraan dalam rapat agar proklamasi kemerdekaan segera dilakukan dan diatur taktik strateginya selanjutnya.
Sukarni juga menceritakan dalam rapat itu usul Hussien yang meminta diadakannya persiapan seluruh murba untuk menghadapi kemungkinan timbulnya peperangan setelah dilangsungkannya proklamasi.
Setelah rapat, Sukarni kembali pulang. Namun dia tidak melanjutkan pembicaraannya yang terputus dengan Hussien. Bahkan dia tidak memberi tahu jika waktu itu Jepang telah kalah perang. Sukarni malah sibuk dengan pikirannya sendiri.
Besoknya, saat Hussien pamit untuk pulang, Sukarni berpesan kepada Hussien menyiapkan para pemuda di Bayah jika sewaktu-waktu terjadi proklamasi kemerdekaan. Dia mengatakan akan menyiapkan segala sesuatunya.
Akhirnya, Hussien pamit pulang. Namun, dia tidak kembali ke Banten. Melainkan melanjutkan perjalanan ke rumah Khairul Saleh, di Jalan Pengangsaan Barat No 30. Dengan berjalan kaki, Hussien pergi ke rumah Khairul Saleh.
Nahas, saat tiba di rumah itu, Khairul Saleh sedang tidak berada di rumah. Dengan perasaan kecewa, Hussien melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki mencari alamat orang-orang yang dikenalnya.
Saat tengah berjalan kaki itulah, Hussien mendengar pembicaraan orang-orang tentang menyerahnya Jepang. Besoknya, pada 16 Agustus 1945, Hussien kembali ke rumah Sukarni di Jalan Fort de Kock. Tetapi Sukarni tidak ada.
Dia lalu menuju ke rumah Khairul Saleh, di Jalan Pengangsaan Barat No 30, dan orang yang dicarinya juga tidak ada. Saat itu, Hussien sempat berputus asa kalau-kalau pemuda tidak mengambil tindakan apa-apa.
Namun, kekhawatiran Hussien sirna setelah pada 17 Agustus 1945, dia mendengar proklamasi kemerdekaan Indonesia telah dikumandangkan oleh Ir Soekarno dan Drs Mohammad Hatta atas nama rakyat Indonesia.
Tidak ada satu orang pun di Indonesia yang paling bahagia saat itu selain Hussien. Setelah hampir seperempat abad berjuang dalam perantauan di luar negeri, akhirnya Hussien dapat menyaksikan kemerdekaan bangsa yang sangat dicintainya.
Besoknya, pada 18 Agustus 1945, Hussien menemui Dr Subardjo, orang yang dikenalnya 26 tahun lalu, di Negeri Belanda. Setelah lama tidak bertemu, Subardjo kaget saat melihat Hussien masih hidup dan langsung mengenalinya.
"Wah, kau Tan Malaka? Saya kira kau sudah mati. Sebab saya baca di surat kabar kau disebut menjadi korban kerusuhan Birma. Ada kabar kau di Yerussalem, dan dikatakan mati dalam kerusuhan di Israel," terang Subardjo.
Mendengar cerita-cerita mengenai dirinya, Tan Malaka menjawab dengan bahasa Belanda, "
Onkruid vergaat toch niet
(Alang-alang tidak dapat musnah kalau tidak dicabut dengan akar-akarnya)."
"Sampai sekarang saya hidup
incigno
(tidak resmi), di bawah tanah. Sekarang Indonesia sudah merdeka, saya ingin hidup dan bergerak di atas tanah. Saya ingin menemui dan mengenal pemimpin-pemimpin Indonesia," tambahnya.
Sejak pertemuan dengan Subardjo, penyamaran Tan Malaka berakhir. Tan Malaka dibuang ke luar negeri sejak tahun 1922. Setelah seperempat abad hidup sebagai orang buangan dengan nama palsu, Tan Malaka kembali sebagai dirinya sendiri.
Dari Subardjo, Tan Malaka kemudian lalu dikenalkan dengan para pemimpin Indonesia, seperti Mr Iwa Koesoema Soemantri, Gatot Taroenamihardjo, dan Boentaran Martoatmodjo. Para pemimpin ini pernah aktif di Perhimpunan Indonesia (PI).
Dari rumah Subardjo, Tan Malaka lalu pindah ke Bogor. Namun begitu, perhubungan para tokoh itu dengan Tan Malaka terus berlanjut, bahkan semakin erat saja. Berbagai rencana aksi pun mulai melibatkan Tan Malaka.
Seperti dalam perencanaan kegiatan Kabinet Pertama Pemerintah Indonesia. Subardjo yang saat itu menjabat sebagai Menteri Luar Negeri meminta nasihat Tan Malaka tentang langkah-langkah yang pertama harus dikerjakan.
Tan Malaka lalu membuat propaganda dalam bentuk semboyan-semboyan yang kemudian ditulis oleh para pemuda di tembok-tembok, mobil, kereta api, dan seluruh tempat di Jakarta untuk menarik perhatian dunia.
Saat para pemuda berencana membuat rapat raksasa dan aksi demonstrasi di Lapangan Ikada, pada 19 September 1945, Tan Malaka juga dilibatkan. Dia mengusulkan demonstrasi dibuat dengan melibatkan massa yang sangat besar.
Dengan melibatkan massa yang sangat besar, Tan Malaka dan para pemuda radikal yang tergabung dalam Menteng 31 ingin mengukur seberapa jauh rakyat Indonesia mendukung proklamasi 17 Agustus 1945.
Seruan itu mendapatkan respon positif dari massa rakyat. Berpuluh-puluh gerbong kereta api dari Cikampek, Bogor, Tangerang, dan lain-lain daerah membawa massa rakyat ke lapangan Ikada.
Rakyat dari luar daerah, seperti Cirebon, Tegal, Banten, Bandung, dan lainnya juga hadir dalam rapat itu. Massa rakyat yang datang tidak bisa dibendung lagi, bagaikan air bah yang bergulung-gulung sejak pagi.
Sore harinya, saat rapat akan dimulai, Jepang mengeluarkan tank-tank dan pasukannya bersiap-siap di jalan-jalan sekitar lapangan Ikada. Mitraliur dipasang, dan bayonet dihunus. Suasana berubah menjadi tegang.
Di antara massa, terdapat pemuda Pramoedya Ananta Toer. Saat situasi sedang panas, DN Aidit naik ke atas mimbar untuk mengobarkan semangat rakyat dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Darah Rakyat.
Baru pada sore harinyalah Presiden Soekarno datang. Saat Soekarno berjalan di tengah lautan massa, tampak di sampingnya berjalan Tan Malaka dengan menggunakan topi dan celana pendek.
"Massa menjadi liar ketika melihatku. Meski dilengkapi dengan senapan mesin dan tank-tank, tentara Jepang tidak berani melaksanakan perintah atasannya untuk melarangku berpidato," kata Soekarno.
Di atas mimbar, Soekarno hanya berpidato selama lima menit. Dengan pelan, dalam pidatonya Soekarno meminta massa rakyat untuk membubarkan diri meninggalkan lapangan Ikada setelah menunggu berjam-jam.
"Apabila engkau masih setia dan percaya kepada Presidenmu, patuhilah perintahnya yang pertama. Pulanglah dengan tenang. Tinggalkan rapat ini sekarang juga dengan tertib dan teratur," demikian Soekarno.
Dengan ulasan singkat peran Tan Malaka dalam proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 ini diakhiri. Tulisan ini menyambut Peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-70.
Sumber Tulisan
Adam Malik, Riwayat Proklamasi Agustus 1945, Widjaya Jakarta, cetakan ketujuh 1982.
Sidik Kertapati, Sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945, Pustaka Pena, Juli 2000.
Cindy Adams, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, Yayasan Bung Karno-Media Pressindo, cetakan kedua 2011.
Hendri F Isnaeni, Penyamaran Terakhir Tan Malaka di Banten 1943-1945, Mas Media Alam Semesta, cetakan pertama 2009.
(
san
)
http://daerah.sindonews.com/read/1035286/29/berakhirnya-penyamaran-tan-malaka-setelah-seperempat-abad-1440105167
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Posting Lebih Baru
Posting Lama
Beranda
0 komentar:
Posting Komentar
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Social Profiles
Popular
Tags
Blog Archives
Mengenai Saya
YPKP 65 Kebumen
Lihat profil lengkapku
Entri Populer
Program Re-Ra (Rekonstruksi & Rasionalisasi) TNI Kabinet Hatta
25 Desember 2015 Sebelum diadakannya program “reorganisasi dan rasionalisasi” (Re-ra) oleh Perdana Menteri Hatta,...
Tragedi 1965 dan Peristiwa Madiun 1948
Oleh: Yunantyo Adi Pengantar Redaksi: Wacana rekonsiliasi dalam Simposium Nasional "Bedah Tragedi 1965, Pendekatan Kesejarahan&quo...
Pembrontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) Madiun, 18 September 1948
18 September 2015 illustrasi: Gambar ini adalah kekerasan yang terjadi di Vietnam, yang penah dimanipulasi untuk melegitimasi k...
Siapakah Letkol Untung ?
Friday, December 12, 2014 S oeharto- U ntung: Hubungan spesial [jitunews] Siapakah Letkol U ntung dan apa hubunganya dengan peristi...
Siapakah Letkol Untung Itu ? Sejauh Mana Keterlibatannya dalam Gerakan G-30-S
Kamis, 22 April 2010 Letkol Untung [Foto : Kaskus ] Tahun 1960-an dunia diwarnai dengan ketegan...
Tjilik Riwut Tokoh Intelijen Pembubaran RIS di Kalimantan
June 19, 2017 Tjilik Riwut nomor tiga dari kanan tanpa topi / ist SHNet, PALANGKA RAYA – Tjilik Riwut, Gubernur Kalimantan Tengah, 1...
Sejarah Kelam G30S 1965 di Bali
Senin, 10 September 2018 | 10:30 WITA 1. Siswa SMP Sudah Ikut Berpolitik di GSNI atau IPPI Gerakan 30 September 1965 atau dike...
Max Lane: Pram Sejarawan Terbaik Indonesia
Tuesday, 25 December 2012 PENERJEMAH enam karya Pramoedya Ananta Toer asal Australia, Max Lane, menjadi dosen tamu selama lima perte...
"MESUJI BERDARAH " PEMBANTAYAN SADIS YANG MENEWAS KAN "SATU KAMPUNG" INI LAH KRONOLoGIS NYA..!!!
16 Nov 2011 illustrasi: Korban pembantaian politik di Filipina Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) memaparkan penyebabnya insiden pemba...
Pemerintah Bahas RUU Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi
Kamis, 12 Maret 2020 RUU KKR sebagai payung hukum untuk menyelesaikan pelanggaran HAM berat pada masa lalu melalui jalur nonyudisial. ...
Diberdayakan oleh
Blogger
.
Categories
Kliping #65
Tragedi
Anti Orba
Sejarah
News
Article
Kliping
Impunity
Kisah
Militerism
IPT65
PKI
Genosida 65
Documentary
Sejarah #Gerwani
hoax ala orba
Persekusi
Mass-Graves
Press-Release
Statement
Kejahatan HAM
Komnas HAM
Stigma PKI
Internasional
Materi
Surat
Buku
G30S
Lekra
Film
Sastra
Interview
arsip rahasia
Pembantaian Massal
Kejakgung
YPKP 65
Kamisan
KontraS
Konspirasi
Pramoedya Ananta Toer
Pulau Buru
Jokowi
BTI
Bedjo Untung
Genosida Politik
Pemuda Rakyat
Genosida
Rekonsiliasi
CIA
PKI 1948
KKR
IPT'65
Amnesty International
Aceh
DN Aidit
Konflik Agraria
Plantungan
investigasi
Dialita
LBH
Tjakrabirawa
Menko Polhukam
Simposium
Orba Soeharto
PBB
Tokoh
Testimoni
Baperki
DKN
Purwodadi
Cilacap
Eksil
Kanigoro
Tan Malaka
Bali
Foto
Muhidin M Dahlan
Seni Rupa
Gusdurian
Moncongloe
Tumiso
Jeju
Musik
Pendidikan
SOBSI
HRWG
Hersri Setiawan
Koesalah S Toer
NTT
Oey Hay Djoen
Trikoyo Ramidjo
Genjer-genjer
Harsutejo
Holocaust
Kalimantan
Karl Marx
Memorialisasi
Soemarsono
Tapol Yogya
HAM
Hendra Gunawan
Heru Atmojo
Luweng
Mia Bustam
Putmu'inah
SKP-HAM
Sudarno
Arsip
Gandrung
Keppres 28/1975
Keppres 28/2975
LPSK
Lubang Buaya
Obituari
Sexual Violence
Sulami
Supersemar
Tapol
Tapol Bali
Wonogiri
Ahmad Tohari
Asset
Brebes
Haji Misbach
Insureksi
JC Princen
Jess Melvin
Munir
Museum
Operasi Trisula
Papua
Purbalingga
Purwokerto
Red Drive Proposal
Tapol Jakarta
Tapol Jawa Timur
Banten
Banyuwangi
Basoeki Abdullah
Blitar
CHTH
Demonisasi
English
JPIT
Kebumen
Klaten
Lengger
Magetan
Nasionalisasi
Nazi
Novel
Nyoto
Poncke Princen
Putu Oka Sukanta
Referensi
Sarbupri
Sei Ular
Svetlana
Tapol Ambarawa
Tapol Jawa Tengah
Tapol Kalimantan Timur
Teater
ipt 65
komune paris
Aris Panji
Biennale
Blitar Selatan
Cerpen
Communist Manifesto
Data Virtual
Digul
Gubernur Sutedja
Hilmar Farid
KSP
Kuli Kontrak
Kulo Kontrak
MK
Made Supriatma
Mark Curtis
Mars Nursmono
Mattew Woolgar
Nasakom
Nusakambangan
Nyai Ontosoroh
Oei Hiem Hwie
PGRI Non Vaksentral
PKI 1026
Perampasan Asset
Petrus
Riset
Semaun
Sragen
Sudisman
Sudjojono
TMP Kalibata
Tangerang
Tapol Gunung Kidul
Tapol Jawa Barat
Tapol Lampung
Tapol Palu
Tapol Purworejo
Tom Udall
Tritura
Umi Sardjono
Vanessa Hearman
emko Polhukam
enosida 65
Arsip Blog
►
2020
(31)
►
Maret
(4)
►
Februari
(22)
►
Januari
(5)
►
2019
(404)
►
Desember
(46)
►
November
(44)
►
Oktober
(64)
►
September
(34)
►
Agustus
(35)
►
Juli
(16)
►
Juni
(12)
►
Mei
(33)
►
April
(32)
►
Maret
(35)
►
Februari
(20)
►
Januari
(33)
►
2018
(628)
►
Desember
(27)
►
November
(26)
►
Oktober
(82)
►
September
(65)
►
Agustus
(32)
►
Juli
(39)
►
Juni
(78)
►
Mei
(53)
►
April
(60)
►
Maret
(50)
►
Februari
(76)
►
Januari
(40)
►
2017
(745)
►
Desember
(42)
►
November
(50)
►
Oktober
(153)
►
September
(179)
►
Agustus
(32)
►
Juli
(42)
►
Juni
(30)
►
Mei
(53)
►
April
(30)
►
Maret
(46)
►
Februari
(40)
►
Januari
(48)
►
2016
(1284)
►
Desember
(26)
►
November
(24)
►
Oktober
(85)
►
September
(83)
►
Agustus
(51)
►
Juli
(138)
►
Juni
(164)
►
Mei
(346)
►
April
(244)
►
Maret
(76)
►
Februari
(25)
►
Januari
(22)
▼
2015
(438)
►
Desember
(32)
►
November
(85)
►
Oktober
(116)
►
September
(98)
▼
Agustus
(24)
Bukti Terbaru G30S/PKI : Soeharto Dalang Pembunuha...
Jaksa Agung akan rekonsiliasi kasus 13 aktivis 199...
Muhammad Al-Fayyadl: “Pada Level Aksiologis, Islam...
Riwayat Masuknya Modal Asing Ke Indonesia
Tak Ada Jalan Tunggal Penyelesaian Kasus HAM
Kontras: Selesaikan Kasus HAM Masa Lalu, Tak Hanya...
Upaya meminta maaf kepada korban HAM 1965 'masih p...
Mantan Wantimpres: Penyelesaian Kasus HAM Masa Lal...
Berakhirnya Penyamaran Tan Malaka setelah Seperemp...
Asing Diminta Tak Campuri Rekonsiliasi Keluarga Ek...
Menhan Minta Keluarga Eks PKI Lupakan Dosa Masa Lalu
Pemerintah Bahas Permohonan Maaf ke Korban G 30S/P...
Luhut Sebut Kemunculan Simbol Palu Arit Bukan Hal ...
Tommy Soeharto Berkicau Soal Palu Arit di Pamekasan
Selurik Sejarah Dan Kehangatan Dari Plantungan
Ancaman Disintegrasi Bangsa [note]
Hasan Raid: Perjuangan seorang Komunis Muslim
Gua indah ini tempat penumpasan PKI, ditemukan 3 t...
KontraS: Belum ada Titik Terang Ihwal Nasib Korban...
Diintimidasi, Seminar Tentang Kasus 1965 Dibatalkan
Yayasan Korban '65 Lapor Kapolri Soal Gagalnya Sem...
Dapat Ancaman FPI, Temu Nasional Korban 65 Dibatalkan
Ramai di Sosmed, YPKP: Bendera Palu Arit itu Provo...
NU dan Rekonsiliasi 65
►
Juli
(10)
►
Juni
(21)
►
Mei
(9)
►
April
(11)
►
Maret
(19)
►
Februari
(9)
►
Januari
(4)
►
2014
(94)
►
Desember
(7)
►
November
(4)
►
Oktober
(16)
►
September
(15)
►
Juli
(10)
►
Juni
(7)
►
Mei
(2)
►
April
(18)
►
Maret
(3)
►
Februari
(6)
►
Januari
(6)
►
2013
(113)
►
Desember
(8)
►
November
(7)
►
Oktober
(19)
►
September
(20)
►
Agustus
(6)
►
Juli
(13)
►
Juni
(11)
►
Mei
(15)
►
April
(6)
►
Maret
(2)
►
Februari
(5)
►
Januari
(1)
►
2012
(85)
►
Desember
(6)
►
November
(8)
►
Oktober
(16)
►
September
(21)
►
Agustus
(3)
►
Juli
(10)
►
Juni
(1)
►
Mei
(3)
►
April
(5)
►
Februari
(6)
►
Januari
(6)
►
2011
(71)
►
Desember
(2)
►
November
(5)
►
Oktober
(16)
►
September
(9)
►
Agustus
(11)
►
Juli
(2)
►
Juni
(1)
►
April
(10)
►
Maret
(3)
►
Februari
(2)
►
Januari
(10)
►
2010
(65)
►
Desember
(6)
►
November
(1)
►
Oktober
(11)
►
September
(26)
►
Agustus
(8)
►
Juni
(4)
►
Mei
(2)
►
April
(1)
►
Februari
(1)
►
Januari
(5)
►
2009
(30)
►
Desember
(2)
►
November
(1)
►
Oktober
(8)
►
September
(3)
►
Agustus
(5)
►
Juli
(4)
►
April
(1)
►
Maret
(1)
►
Februari
(4)
►
Januari
(1)
►
2008
(23)
►
Desember
(1)
►
November
(6)
►
Oktober
(4)
►
September
(1)
►
Juni
(1)
►
Mei
(2)
►
April
(2)
►
Maret
(3)
►
Februari
(2)
►
Januari
(1)
►
2007
(24)
►
Desember
(1)
►
November
(2)
►
Oktober
(5)
►
September
(12)
►
Agustus
(1)
►
Juli
(1)
►
April
(1)
►
Februari
(1)
►
2006
(3)
►
Desember
(1)
►
November
(2)
►
2005
(3)
►
Oktober
(1)
►
September
(1)
►
April
(1)
►
2004
(2)
►
Oktober
(1)
►
September
(1)
►
2003
(6)
►
Oktober
(1)
►
September
(3)
►
Juli
(1)
►
Juni
(1)
►
2002
(2)
►
Juli
(2)
►
2001
(4)
►
November
(1)
►
Oktober
(1)
►
Juli
(1)
►
Mei
(1)
►
2000
(5)
►
Oktober
(1)
►
September
(2)
►
Juli
(2)
►
1999
(1)
►
Juli
(1)
►
1998
(2)
►
Desember
(1)
►
Oktober
(1)
►
1996
(1)
►
Oktober
(1)
►
1981
(1)
►
Juli
(1)
Recent Posts
Recent Posts Widget
Your browser does not support JavaScript!
0 komentar:
Posting Komentar