Sabtu, 23 September 2017

Misteri Kelam Penumpasan PKI di Palembang. Ternyata Begini Sejarahnya Bikin Merinding


 Reporter: Irsan Humam Listisni
Sabtu, 23 September 2017

Foto Misteri Kelam Penumpasan PKI di Palembang. Ternyata Begini Sejarahnya Bikin Merinding

Beberapa pekan terakhir, mengenang pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) tahun 1948  dan penumpasan PKI 1965 menjadi topik hangat dibicarakan banyak orang. 
Ditambah dengan hebohnya pro kontra nonton bareng film G30SPKI yang diintruksikan langsung PanglimaTNI Gatot Nurmantyo. 

Seperti diketahui, dilansir dari Wikipedia pembantaian di Indonesia 1965–1966 (terkadang disebut sebagai Genosida di Indonesia) adalah peristiwa pembantaian terhadap orang-orang yang dituduh komunis di Indonesia.
Pada masa setelah terjadinya Gerakan 30 September (G30S/PKI) di Indonesia.

Bejo Untung dari Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan (YPKP) 1965 memberikan keterangan terkait peristiwa pembubaran pertemuan penyintas kekerasan 1965 dari seluruh Indonesia, pada Jumat (15/4/2016) di kantor LBH Jakarta. Rencananya lokakarya tersebut akan diadakan pada 14 april-16 april 2016 di kawasan Cisarua.(Kristian Erdianto)

Diperkirakan lebih dari setengah juta orang dibantai dan lebih dari satu juta orang dipenjara dalam peristiwa tersebut.
Pembersihan ini merupakan peristiwa penting dalam masa transisi ke Orde Baru.

Partai Komunis Indonesia (PKI) dihancurkan, pergolakan mengakibatkan jatuhnya presiden Soekarno, dan kekuasaan selanjutnya diserahkan kepada Soeharto.
Mendagri Minta Kivlan Zein Jelaskan Pernyataannya Soal Kebangkitan PKI kepada Masyarakat

Misteri Kelam di Penumpasan di Palembang

Palembang sebagai salah satu kota besar di Indonesia ternyata menyimpan cerita bagaimana PKI ditumpas. 

Bejo Untung selaku Ketua Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan 1965, dilansir Kompas.com mengatakan bahwa dirinya memiliki data valid mengenai lokasi kuburan massal korban kekerasan Tragedi 1965.

Berdasarkan data yang berhasil dia himpun, terungkap adanya peristiwa pembunuhan hampir di seluruh Indonesia terhadap tahanan politik PKI ataupun orang-orang yang dituduh memiliki paham komunis.
“Kami punya data valid mengenai lokasi kuburan massal 1965 dari semua daerah di Indonesia,” ujar Bejo
“Data tersebut diteliti oleh teman-teman bekas tahanan politik yang tinggal di daerah,” kata dia.
Menurut Bejo, ada tiga pulau yang diidentifikasi terdapat titik kuburan massal terbesar, yakni Pulau Sumatera, Pulau Jawa, dan Pulau Bali.

Di Pulau Sumatera, kuburan massal telah teridentifikasi di beberapa titik, seperti di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Padang Pariaman, Solok, Riau, dan Palembang.
Adapun yang terbesar di antaranya terdapat di Sumatera Utara dan Palembang.
“Dari hasil wawancara dan penelitian di lapangan, diperkirakan korban mencapai angka puluhan hingga ratusan,” kata Bejo.
Bejo menuturkan, di daerah Sumatera Utara terdapat sebuah sungai yang bernama Sungai Ular, yang pernah dijadikan lokasi pembantaian tahanan politik ataupun warga yang dituduh anggota PKI.

Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan (YPKP) 1965 berhasil mendokumentasikan wawancara dengan pelaku dari warga masyarakat biasa yang mengakui adanya peristiwa pembantaian di sungai tersebut.
Salah satu pelaku, kata Bejo, ketika diwawacarai, mengaku ditakuti dan dipaksa oleh militer untuk menjadi algojo.


Sementara itu, Pulau Kemarau, Palembang, tercatat pernah menjadi kamp konsentrasi tapol PKI.

Orang-orang yang berhasil ditahan oleh aparat keamanan mengalami penyiksaan selama masa penahanan sebelum akhirnya dibunuh dan dihanyutkan ke laut. 
“Ada juga yang ditenggelamkan hidup-hidup ke laut dengan cara diikatkan dengan pemberat, seperti besi,” tutur Bejo.

Pulau Kemaro Saksi Pembantaian PKI

Sampai saat ini bukti sejarah Pulau Kemaro dijadikan penjara dan pembantaian PKI di Palembang masih terlihat jelas. 

Ada beberapa puing-puing bekas bangunan yang memperlihatkan pulau kecil di tengah Sungai Musi ini memang benar dijadikan tempat eksekusi. 
Menara-menara penjagaan setinggi lima meter berdiri di setiap sisi penjara, kapal dan perahu juga tidak boleh sembarang mendekat.


Permukaan tanah di lokasi bekas penjara ini banyak berlubang.
Berdiameter satu sampai dua meter dengan kedalaman 20-50 centimeter.
Puing bangunan setinggi satu meter, menyerupai pos jaga masih terlihat jelas setiap orang memutari pulau menggunakan perahu motor (ketek).

Menurut sumber Sripo bernama Dolah, dikatakan jika Pulau Kemaro diperuntukkan bagi anggota PKI kelas A yang kebanyakan berasal dari Bangka.


Asal Palembang memang ada, tapi yang benar-benar “komandannya”, bukan anggota biasa.

Masa itu menurut dia sudah biasa melihat darah mengalir di sungai.
Bahkan, mayat mengapung di sungai sudah bukan hal yang aneh.
Bahkan suara tembakan eksekusi anggota PKI juga dianggap hal yang biasa.
“Kami dulu tidak boleh mendekati penjara itu. Ada batasnya. Seratus meter dari penjara tidak boleh mendekati, kalau masih ngeyel ditembak. Begitu juga ketika ada mayat yang mengapung tidak boleh diurusi, kalau berani coba-coba ya dihajar benar,” katanya yang mengaku tinggal lama di lokasi
Eksekusi yang dilakukan tidak selalu malam. Kata dia, tahanan disuruh memajat pohon kemudian ditembak dari bawah. Ketika sudah demikian langsung dimasukkan dalam karung berukuran besar dan dibuang ke sungai.
“Setiap karung itu ada sekitar 10 sampai 15 orang. Kadang ada yang belum mati dimasukkan disitu. Kan karungnya dikasih pemberat besi, dibuang ke sungai. Beberapa hari mayatnya mengambang, timbul dan makanya banyak yang balik ke sungai kami sini lagi,” kenangnya. 
“Jadi ndak ada mayat yang dieksekusi itu di kubur. Mayatnya dibuang ke sungai semua, ditenggelamin,” tambah dia.
Penjara di Pulau Kemaro akhirnya tidak digunakan lagi ketika pemberontakan PKI sudah reda.

Hingga akhirnya tidak terurus dan kini tinggal puing-puingnya saja. (uri/rsan/umam/istisni/IHL)

Sumber: Palembang.Uri.Co 

0 komentar:

Posting Komentar