Jumat, 30 September 2016

Cerita Mistis Kuburan Korban G30S PKI di Banjar Masean


30 Sep 2016 10:41:10

Lokasi perkiraan kuburan sembilan jenazah korban G30S tahun 1965 di seberang SDN 3 Batuagung.

Krama Banjar Masean, Desa Batuagung, Kecamatan Jembrana, merencanakan ngangkid watang (mengangkat jenazah) para korban G30S/PKI yang dikuburkan di seberang SDN 3 Batuagung pada Wraspati Umanis Ugu, Kamis (29/10) mendatang.

Dihantui Penampakan Korban hingga Tingginya Kasus Ulah Pati

Setelah diangkat, jenazah para korban akan langsung diaben. Ragkaian yadnya ini dipungkasi dengan pacaruan di lokasi pada Wraspati Wage Wayang, Minggu (1/11).

Prosesi ngangkid watang sekaligus pengabenan ini bertujuan menyucikan roh kesembilan korban keganasan G30S/PKI agar mendapat tempat yang layak. Selain itu juga bertujuan membersihkan wewidangan (wilayah) banjar adat dari leteh atau kekotoran secara niskala. 
Ketua Panitia pembongkaran kuburan, Ida Bagus Ketut Mariana, 37, meyakini kesembilan arwah korban G30S/PKI itu masih gentayangan. Keyakinan ini berdasar dari sejumlah kejadian mistis yang dialami sejumlah krama setempat. 

Menurut penuturan krama, ada yang sering didatangai melalui mimpi bahkan melihat penampakan korban di lokasi kuburan. 
 “Banyak warga yang melihat penampakan di malam dan dini hari. Pokoknya lihat yang aneh-aneh. Belum lama ini, cucu dari salah satu korban G30S/PKI melihat sosok kakeknya di lokasi,” ungkap Mariana, Selasa (20/10).
Selain itu, ada alasan tingginya kasus ulah pati berupa gantung diri di Banjar Adat Masean. Dari tahun 1965 hingga 2015 atau selama 50 tahun ada 50 kasus gantung diri. Jika dirata-ratakan, setiap tahun ada 1 krama yang mati gantung diri. Beberapa korban gantung diri ada dari keluarga sembilan korban G30S/PKI. 
 “Di kuburan iini dikatakan ada 11 jenazah yang ditanam pada enam lubang. Namun satu lubang yang ditempati kakak adik telah dibongkar dan diupacarai pihak keluarga pada tahun 1984,” imbuhnya. 
Sehingga saat ini masih ada 9 korban yang terkubur dan diyakini tertanam di lima lubang lainnya. Posisi kelima lubang berdekatan, memajang sekitar 20 meter. Setiap lubang telah ditandai patok kayu sesuai petunjuk lokasi yang didapatkan dari panglingsir banjar. 
 “Kami mengajak salah satu saksi pembantaian G30S/PKI yang masih hidup, Ida Bagus Krenda alias Kakiang Krenda untuk mengetahui para korban dikubur. Kami juga sudah kumpulkan data-data korban,” ungkap Mariana.
Dari penelusuran dengan meminta keterangan saksi hidup pembantaian itu, dua korban belum diketemukan keluarganya. 
 “Dua ini yang masih belum kita ketahui keluarganya. Dari penuturan para panglingsir, Pak Pugig katanya berasal dari Desa Pandak (Kecamatan Kediri, Tabanan). Sedangkan Wayan Gandra dari Kelurahan Lelateng Kecamatan Negara. Dulu keluarganya dikatakan tinggal di Banjar Panceseming, tapi sudah tidak ada. Kita masih berusaha mencari keluarga mereka,” tambah Mariana
Sementara Pelaksana Tugas Kelian Banjar Adat Masean, Ida Bagus Ketut Siwa, 46, mengamini penyampaian ketua panitia. Siwa yang tinggal berdekatan dengan kuburan korban G30S/PKI itu mengaku pernah merasakan ada gangguan mistis. Ia melihat penampakan kuda hitam berkuran besar yang melompat di lokasi. Kuburan ini berada di seberang SDN 3 Batuagung dekat pertigaan perbatasan antara Banjar Masean dengan Banjar Munduk Kemoning, Desa Dangin Tukadaya, Kecamatan Jembrana. 
 “Kalau saya hanya sempat lihat kuda besar itu saja,” akunya.
Warga lainnya juga mengaku ada melihat penampakan sesosok pria tanpa kepala menjinjing kepala dan mondar-mandir di dekat kuburan. Ada pula yang melihat penampakan lelaki yang kepalanya berlumuran darah. Tak hanya itu, ada juga yang melihat tempurung kepala berisi gigi menggelinding di seputaran lokasi. 
 “Kami yakini ini arwah para korban keganasan G30S/PKI. Penampakan itu hanya di sekitar lokasi, tidak pernah sampai menyentuh jalan aspal. Pergerakan penampakan itu hanya sampai perbatasan Banjar Petanahan, Desa Batuagung. Konon katanya, setelah dibunuh, jenazah-jenazah ini tidak diizinkan lewat ke selatan, sehingga dikubur begitu saja di lokasi ini,” imbuh Siwa. 

0 komentar:

Posting Komentar