Senin, 26 September 2016

Daftar Maut CIA dan Pembantaian Massal PKI 1965-1966






Sementara menurut dokumen rahasia AS yang ditandatangai Green, terungkap bahwa merekalah pihak yang bertanggung jawab dalam memberikan daftar maut CIA tersebut kepada intelijen Indonesia dalam bulan-bulan Desember 1965.

Menurut pengakuan mantan pejabat CIA Ralph McGehee, pengumpulan daftar maut CIA dilakukan sejak 1963. Dimulai dari melatih sejumlah aktivis buruh dalam Sentral Organisasi Seluruh Karyawan Indonesia (SOKSI) bentukan militer.

Para aktivis buruh ini yang menyusun daftar nama dan simpatisan penting Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI) yang dekat dengan PKI. Hal yang sama dilakukan kepolisian RI terhadap anggota dan simpatisan penting PKI.

Cara mengumpulkan daftar pengurus PKI dan simpatisannya ini telah dilakukan AS di Vietnam Selatan, Guatemala dan Irak. Di Indonesia, daftar ini dibuat hingga tahun 1965 dan sangat membantu militer dalam menghancurkan PKI.

Dalam praktiknya, perburuan dan pembantaian anggota PKI dan yang disangka PKI, serta seluruh organisasi kiri, tidak hanya dilakukan oleh militer. Tetapi juga oleh kelompok-kelompok agama, dan partai politik, serta pendukungnya.

Kelompok-kelompok itu kemudian disatukan ke dalam sebuah badan Gerakan Kontra Revolusi 30 September (KAP-Gestapu) yang di dalamnya ada NU, PSII, Partai Katolik, IPKI, dan organisasi-organisasi massa mereka masing-masing.

Selain kelompok yang tergabung dalam KAP-Gestapu, ada juga kelompok lain dari Perti, PNI, Muhammadiyah, dan mereka yang dikontrol oleh IPKI seperti pemuda Protestan, dan Pemuda Pancasila. Sisa-sisa PSI dan Masyumi pun termasuk.

Dalam otobiografinya, Soeharto mengakui bahwa pihaknya lah yang telah memberikan bantuan senjata kepada rakyat untuk melindungi dirinya sendiri dan membersihkan daerahnya masing-masing dari apa yang disebut benih-benih jahat.

"Saya tidak mau melibatkan AD secara langsung dalam pertentangan-pertentangan itu, kecuali pada saat-saat yang tepat dan terpaksa," jelasnya, seperti dikutip dalam buku Soeharto, Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya, halaman 136.

Aksi-aksi kekerasan terhadap PKI dimulai di Aceh. Di daerah ini, pembunuhan berlangsung sangat sadis. Semua kepala korban dipenggal, ditancapkan pada bambu, dan dipajang di sepanjang jalan. Sedang tubuh-tubuh korban dibuang ke sungai. 


Pembunuhan di Aceh bukan hanya dilakukan terhadap anggota PKI, tetapi juga pihak keluarga korban, termasuk para pembantu rumah tangga mereka. Warga keturunan China di daerah ini juga banyak yang menjadi korban pembunuhan massal.

Dari Aceh, pembunuhan massal menyebar ke wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di dua daerah ini, pembunuhan massal tidak kalah sadisnya. Para pelaku pembunuhan adalah tentara, golongan nasionalis, dan Islam (Ansor dengan Bansernya).

Menurut pengakuan Kolonel Sarwo Edhi, para pembunuh itu mendapat pelatihan militer dari tentara. Pembunuhan di kawasan ini berlangsung sangat brutal. Kepala, organ-organ seksualnya, dan tubuh korban dipotong-potong dan dibiarkan di jalan.

Pada beberapa kasus, para pembunuhan bahkan menjilati darah para korban. Meski tindakan ini mendapat larangan dari para kiai, tetapi mereka tetap saja melakukannya. Bagaikan orang yang telah kerasukan iblis, banjir darah di mana-mana.

Padahal, banyak dari para korban juga beragama Islam dan menjalankan salat lima waktu seperti para pembunuhnya. Namun, hal itu tidak berarti bagi mereka. Selama korban anggota PKI, keluarga PKI, dan pendukung gerakan kiri, mereka akan dibunuh.

Seorang insinyur berkebangsaan Inggris Ross Taylor menyatakan, tentara dan kelompok-kelompok sipilnya menggunakan daftar maut CIA untuk melakukan penangkapan dan pembunuhan terhadap anggota PKI, SOBSI, dan yang terkait dengan PKI.

Dia juga melaporkan telah terjadi pembantaian massal oleh tentara dan kelompok-kelompok sipilnya di dekat pabrik tekstil Nebritex. Hingga November 1965, dia mencatat sedikitnya telah ada 2.000 orang yang dibunuh di daerah pabrik itu.

Di Bali, pembunuhan massal juga berlangsung sangat brutal. Para pembunuh menganggap PKI sebagai jelmaan setan, sehingga korbannya sangat layak dibunuh. Para pelaku pembunuhan di kawasan ini adalah tentara RPKAD dan kalangan nasionalis. 

Selain di daerah-daerah yang telah disebutkan, pembunuhan massal juga terjadi diberbagai daerah lainnya. Selain tokoh-tokoh PKI dari puncak pimpinan hingga akar rumput, sasaran pembunuhan juga aktivis dan seluruh organisasi massanya.

Di samping itu, ada juga target khusus yang terdiri dari kaum intelektual, pejabat pemerintahan dan para tokoh masyarakat seperti wali kota, bupati, guru, seniman, kepala desa, dan lainnya yang dianggap komunis maupun simpatisannya.


Sasaran pembunuhan ini diduga banyak diungkap dalam daftar muat CIA, sehingga seluruh lapisan dalam gerakan komunis dan kiri lainnya habis dibisanakan. Pemilihan target ini telah direncanakan dengan matang jauh hari sebelumnya.

Sampai di sini ulasan singkat Cerita Pagi mengenai daftar maut CIA dalam pembantaian massal PKI tahun 1965-1966. Semoga memberikan manfaat.

Sumber Bacaan:
*Bradley R Simpson, Amerika Serikat dan Dimensi Internasional dari Pembunuhan Massal di Indonesia, diambil dari Bern Schaefer dan Baskara T Wardaya, 1965 Indonesia dan Dunia, Kompas Gramedia, Cetakan Pertama, September 2013. 
*Bradley R Simpson, Economist With Guns, Amerika Serikat, CIA dan Munculnya Pembangunan Otoriter Rezim Orde Baru, Kompas Gramedia, Cetakan Pertama, Jakarta 2010.
*ULF Sundhaussen, Politik Militer Indonesia 1945-1967 Menuju Dwi Fungsi ABRI, LP3ES, Cetakan Kedua, November 1988.
*G Dwipayana dan Ramadhan KH, Soeharto, Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya, PT Citra Lamtoro Gung Persada, Cetakan Kedua 1989.
*Harsutejo, G30S, Sejarah yang Digelapkan, Tangan Berdarah CIA dan Rejim Suharto, Hasta Mitra, Jakarta, Agustus 2003.
*Hermawan Sulistyo, Palu Arit di Ladang Tebu: Sejarah Pembantaian Massal yang Terlupakan 1965-1966, Kepustakaan Populer Gramedia, Cetakan Pertama, 2000.  


(san


0 komentar:

Posting Komentar