Jumat, 17 Juni 2016

Cerita Lucu Tapi Pahit Tapol Buru

|


YOSEP Sali lahir di Yogyakarta pada 1944. Umurnya 21 tahun dan baru lulus SMP Taman Dewasa di Bintaran ketika terjadi peristiwa Gerakan 30 September 1965. Pada Desember 1965, dia ditangkap karena menjadi anggota Pemuda Rakyat (PR), organisasi terkait PKI.

“Aku ikut organisasi Pemuda Rakyat sebagai salah satu kegiatan di Sekolah Taman Dewasa. Aktivitasnya, seingatku, hanyalah latihan kesenian, pramuka, dan study club, bukan latihan perang untuk menggulingkan pemerintahan dan membunuh Dewan Jenderal,” kata Yosep dalam Menyeberangi Sungai Air Mata: Kisah Tragis Tapol ‘65 dan Upaya Rekonsiliasi karya Antonius Sumarwan.

“Bagaimana mungkin, aku dicap PKI karena ikut Pemuda Rakyat. Aku ini justru pengagum Soekarno dan punya cita-cita menjadi polisi negara,” lanjut Yosep.

Tak lama ditahan di benteng Vredeburg, Yosep dipindahkan ke penjara Wirogunan. Setelah mendekam selama tiga tahun, dia dipindahkan ke Nusa Kambangan pada Juli 1969. Terakhir, dia kemudian diasingkan ke Pulau Buru, Maluku, pada 26 September 1969.

Ada tiga batalion yang menjaga Pulau Buru, yaitu Yon 731, Yon 732, dan Yon 733 yang perlakuannya paling tak manusiawi. Setiap hari, Yosep dan tahanan lain membersihkan kompleks penjara. Mereka terkadang mencari makan sendiri. Karena tak bisa mengolah sagu, mereka diserang diare yang parah.

Selain itu, mereka juga disuruh membuka ladang. Bila hasil ladang menurun, mereka disuruh menyulapnya menjadi sawah. Mereka mengalami kejadian lucu tapi pahit. Sawah membutuhkan pematang, yang fungsinya menahan air. Cara membuat pematang adalah dengan menumpukkan tanah lalu diinjak-injak.

“Ketika mengerjakan itu, tentara-tentara Ambon mengira, aku dan kawan-kawan main-main dan bermalas-malasan,” kata Yosep. Lantas mereka ditonjoki dengan senapan disertai makian: “Cuki mai, kamu orang Jawa, pemalas, main-main dengan tanah!”

Kejadian lucu lainnya, suatu ketika Yosep membuat tape singkong. Lagi-lagi makian dan gagang senjata mendarat di punggung mereka. “Cuki mai, kamu orang Jawa beri kami makan singkong busuk. Kamu mau meracuni kami!”
“Apa boleh buat, tahanan tetaplah tahanan dan terus ditekan. Aku kehilangan harapan dan inginnya mati saja. Tapi bagaimana ya, itu semua tergantung pada Yang di Atas,” kata Yosep yang akhirnya bebas pada 1979.

1 komentar: