21 Oktober 2003
Beberapa hari yang lalu aku membaca di KOMPAS entah tulisan siapa aku kurang memperhatikan, yang nada isinya adalah begitu takutnya DIA kepada komunis. Seakan-akan komunis itu suatu momok yang sangat menakutkan. Aku sungguh merasa kasihan kepada DIA penulis tersebut. Seseorang yang tulisannya bisa dimuat si Koran KOMPAS sudah dapat diduga, bahwa DIA adalah orang pintar dan orang terkemuka di dalam masyarakat. Sebab Koran KOMPAS adalah Koran yang mendunia, bukan hanya dibaca oleh masyarakat Indonesia tapi juga dibaca oleh orang-orang asing dan bisa dibaca melalui internet.
Sejak zaman penjajahan Belanda, lebih-lebih lagi setelah pemberontakan rakyat Indonesia pada tahun 1926 (12 November 1926) melawan penjajah Belanda, Belanda makin gencar menggembar-gemborkan, bahwa komunis adalah sangat berbahaya - pemberontak, pembunuh, pembuat keonaran dsb.-
Bukan itu saja yang dipropagandakan oleh Belanda yang lebih sadis lagi adalah yang menyatakan bahwa komunis anti agama.
Mengapa Belanda membesar-besarkan propagandanya, bahwa komunis anti agama? Sebab 90% lebih rakyat Indonesia adalah penganut agama Islam. Belanda memakai VAN DER PLAS orang yang sangat ahli soal Islam dan digembar-gemborkanlah oleh Belanda, bahwa semua yang terjadi di alam raya ini adalah kehendak Tuhan.
Digembar-gemborkanlah filsafat TAQDIR. Sudah menjadi taqdir, bahwa ada gelap ada terang, ada kaya ada miskin, ada susah ada senang, ada yang dijajah ada yang menjajajah.
Orang yang di dunia ini susah setelah mati nanti akan masuk surga. Dan hidup di surga lebih lama daripada di dunia ini. Ditambahkan lagi oleh Belanda, bahwa siapa saja yang mengikuti ajaran komunis, di akhirat nanti pasti akan masuk neraka.
Belanda tidak mau membeberkan, bahwa pemberontakan rakyat Indonesia tahun 1926 yang dipimpin oleh PKI itu, sebagian besar pemimpinnya adalah terdiri dari kiyahi-kiyahi pemuka agama Islam, misalnya Kiyahi Haji Misbach, Kiyahi Haji Muchlas (ayah dari Wakil Ketua CC PKI, M.H.Lukman), Kiyahi Haji Ishak (kakak dari K.H.Muchlas), Kiyahi Haji Achmad Chatib (Residen Banten - yang di zaman revolusi menerbitkan ORI - uang Republik Indonesia untuk daerah Banten), Haji Datuk Batuah dan banyak lagi pemuka-pemuka Islam lainnya.
Orang yang membaca dan mempelajari sejarah tentu bisa mengingat deretan nama-nama pemuka agama Islam yang dibuang olen Belanda ke Boven Digul..
Belanda tentu saja tidak mau menjelaskan arti kata "komunis" yang sebenarnya. Sebab Belanda sangat takut kalau rakyat tahu apa sesungguhnya komunis itu.
Di zaman orde baru ketika rezim fasis SUHARTO berkuasa anti komunis ini makin digencarkan. Selama lebih dari 30 tahun berkuasa, ORBA menjejali rakyat dengan propaganda2 vulgair, memutar balikkan sejarah. Film G30S berperan aktif dalam mencekoki generasi muda kita untuk menjadi manusia2 yang benar-benar anti komunis.
Sekarang di alam reformasi ini masih juga ada yang menjadi terompet imperialis, menggembar-gemborkan anti komunis tanpa mau melihat apa sebabnya ada pertentangan. Apa sebabnya di dalam masyarakat ini ada yang menindas dan ada yang tertindas.
Tapi baiklah, saya tidak akan menulis tentang pertentangan klas dalam masyarakat.
Saya hanya mau menulis apa itu arti kata KOMUNIS.
Kata atau istilah KOMUNIS dalam bahasa Jepang disebut KYOOSAN yang terdiri dari dua huruf -kanji KYOO dan SAN. KYOO artinya BERSAMA dan SAN artinya berproduksi. Jadi KOMUNIS artinya bersama-sama berproduksi, bersama-sama bekerja. Dan dari hasil kerja itu dinikmati bersama-sama. Yang dalam istilah bahasa Indonesia yang paling popular adalah GOTONG ROYONG
Apakah ada di antara kita yang anti GOTONG ROYONG?
Tentu saja ada yang anti, yaitu mereka-mereka kaum kapitalis, orang-orang yang memiliki modal berupa pabrik2, bank2, tanah-tanah perkebunan dan pertanian yang sangat luas.
Mereka memakai tenaga kerja yaitu kaum pekerja atau kaum buruh dengan upah yang kecil tetapi memetik keuntungan sebesar-besarnya. Memang, mereka juga mengucurkan keringat, tapi mengucurkan keringat waktu berolah raga GOLF, TENIS atau lainnya. Bukan mengucurkan keringat untuk mencari nafkah bagi keluarganya.
Mereka ini takut KOMUNIS dan takut GOTONG ROYONG, sebab menghisap hasil keringat atau hasil kerja orang lain lebih enak daripada harus bersusah payah mandi keringat untuk sesuap nasi.
Mereka lupa, bahwa ketika lahir tidak terus bangun, mencari gunting dan memotong sendiri pusarnya. Mereka lupa, bahwa nasi-putih-rojo-lele yang disantapnya setiap hari itu adalah hasil kerja kaum tani yang bergulat dengan lumpur di terik matahari. Jas, dasi, sepatu dsb. alat-alat keperluan hidup sehari-hari yang mereka gunakan adalah hasil kerja kaum buruh.
Tentu mereka akan berkata : "saya beli dengan uang". Mereka lupa uang itu sebenarnya apa? Apakah sejak manusia purba dulu sudah ada uang? Lihat saja bagaimana cara hidup orang2 di pedalaman Papua atau pedalaman Kalimantan. Mereka hidup bergotong-royong, dan belum mengenal uang.
Marilah kita belajar sejarah lebih baik. Ke mana masyarakat manusia ini menuju. Sudah sampai ke tingkat masyarakat yang mana sebenarnya kita sekarang ini. Masyarakat purba (oer-komunis), masyarkat perbudakan, masyarakat feodal, masyarakat kapitalis, masyarakat sosialis?
Cepat atau lambat masyarakat adil-makmur atau masyarakat GOTONG ROYONG pasti tercapai. Di mana di negeri yang kaya raya ini tidak ada lagi orang yang menindas orang lain. Semua bekerja bersama-sama menurut bidangnya masing2 dan hasilnya dinikmati bersama-sama.
Mari kita sadari KOMUNIS bukanlah momok yang menakutkan bagi rakyat. Tapi sangat menakutkan bagi kaum kapitalis dan penindas2 rakyat.
Jakarta, 21 Oktober 2003