SELASA, 26 APRIL 2011, 09:20 WIB | LAPORAN: TEGUH SANTOSA
letkol untung/ist
RMOL. Tuduhan bahwa Letkol Heru Atmodjo pernah
terlibat dalam peristiwa penculikan enam perwira tinggi dan seorang perwira muda
TNI Angkatan Darat pada 1965 silam hanya salah sangka, kalau bukan fiksi
belaka. Nama Heru Atmodjo memang dicantumkan dalam daftar pimpinan Dewan
Revolusi yang dimumkan Letkol Untung pada pagi hari 1 Oktober 1965.
Beberapa jam sebelumnya ketujuh perwira TNI AD diculik
dan dibunuh oleh kelompok Detasemen Kawal Pribadi Presiden Cakrabirawa pimpinan
Untung yang juga merupakan perwira TNI AD.
Kehadiran Heru Atmodjo di Istana Negara pada 30 September
malam atas perintah Panglima AURI Marsdya Oemar Dhani adalah untuk
menginformasikan perkembangan konstelasi politik dan melindungi Presiden
Sukarno. Namun menurut catatan sejarah konvensional Heru ke Istana karena
diperintahkan menculik Sukarno.
Menurut Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan 1965/1966,
Heru Atmodjo sama sekali tidak sadar bahwa namanya dicatut oleh kelompok Untung
pada keesokan pagi. YPKP merasa perlu menjelaskan hal ini menyusul berkembangnya
kabar mengenai pemindahan makam Heru Atmodjo dari TMP Kalibata.
“Beliau merasa dijebak oleh skenario operasi intelejen yang didukung oleh Amerika Serikat dengan CIA dan Angkatan Darat faksi Soeharto. Mereka ingin menjatuhkan kepemimpinan Sukarno yang anti imperialis secara tidak langsung. Penghancuran Sukarno tanpa penghancuran dukungan rakyat, terlebih dukungan penuh dari massa Partai Komunis Indonesia, sama artinya tidak mungkin. Oleh karena itu, rekayasa G30S menjadi dalih atas pembunuhan dan penangkapan seluruh kekuatan gerakan revolusioner saat itu. Alm. Heru Atmodjo berada di barisan revolusioner itu,” tulis YPKP 65/66 dalam keterangan yang ditandatangani Ketua YPKP 65/66, Heru Suprapto, dan Sekretaris, Bedjo Untung.
YPKP juga mengingatkan bahwa Heru Atmodjo adalah seorang
pejuang yang telah membuktikan kecintaannya pada republik sejak masa revolusi
kemerdekaan menghadapi kolonial Belanda. Sebagai pilot pesawat tempur Heru
Atmodjo juga pernah ditugaskan dalam operasi pembebasan Irian Barat serta
penumpasan pemberontakan PRRI/Permesta dan DI TII yang diduga memperoleh
dukungan dari kaum nekolim.
Sedianya Presiden Sukarno menyematkan bintang Bintang
Gerilya kepada Heru Atmodjo. Tetapi, karena kisruh politik menyusul peristiwa
G30S, pemberian bintang itu tertunda hingga beberapa lama. Bintang Gerilya
inilah, menurut hemat YPKP, yang membuat Heru Atmodjo pantas dimakamkan di TMP
Kalibata.
“Pada acara pemakaman (29 Januari), wakil pemerintah dan AURI mengucapkan penghargaan atas jasa Alm. Heru Atmodjo. Upacara kemiliteran AURI dengan salvo senjata, pengheningan cipta, iringan musik untuk penghormatan terakhir, dan penutupan peti jenasah dengan Bendera Merah Putih menunjukan Alm. Heru Atmodjo layak untuk dihormati sebagai anak bangsa yang berjasa di dalam revolusi kemerdekaan Indonesia,” demikian YPKP. [guh]
Sumber: RMOL.Co
0 komentar:
Posting Komentar