Jumat, 29 April 2016

Soal 3 Kuburan Massal 1965 di Blitar, Ini Kata Banser

Jum'at, 29 April 2016 | 15:48 WIB

Barisan Ansor Serbaguna Nahdlatul Ulama (Banser NU). TEMPO/Rully Kesuma
 
TEMPO.CO, Kediri -Barisan Serbaguna (Banser) Kabupaten Blitar menyebut simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI) lebih dulu merencanakan pembunuhan. Pernyataan ini disampaikan merespons tiga kuburan massal yang dikabarkan berada di Blitar Selatan.

Ketua Banser Kabupaten Blitar Imron Rosadi mengatakan, pernyataan bekas aktivis Lekra Sukiman soal tiga kuburan massal korban tragedi 1965 di Blitar Selatan tak boleh dipercaya begitu saja. Sebab bisa jadi hal itu merupakan klaim mereka untuk mencari simpati publik. “Itu kan kebenaran versi mereka,” kata Imron kepada Tempo, Jumat 29 April 2016.

Informasi yang diterima Imron dari para senior Ansor di Blitar adalah simpatisan PKI-lah yang lebih dulu merencanakan pembunuhan terhadap anggota Ansor. Sejumlah saksi mata mengatakan para anggota PKI telah menyiapkan lubang-lubang di belakang rumah mereka untuk mengubur jasad anggota Ansor. Hanya saja kisah yang mengemuka akhir-akhir ini justru simpatisan PKI yang menjadi korban pembantaian.

Situasi kala itu, menurut Imron, sangat kacau dan tidak bisa ditebak. Bahkan dia menduga pasukan Ansor dan PKI saling menyiapkan serangan untuk menghabisi lebih dulu. “Semacam adu cepat.” Namun demikian dia menolak larut dalam mencari benar-salah pada tragedi itu, dan meminta masing-masing pihak menyerahkannya ke lembaga peradilan.

Proses peradilan dianggap paling fair dan layak memutuskan siapa yang benar dan salah tanpa beradu klaim. Karena itu Imron meminta kepada masyarakat untuk tidak terpancing situasi politik yang tak jelas dan bisa mengancam proses rekonsiliasi kultural yang telah terjadi di masyarakat.

Sebelumnya Sukiman, bekas aktivis Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra), organisasi seni yang berafiliasi pada Partai Komunis Indonesia menyebut tiga lokasi pemakaman massal di Blitar Selatan. Lokasi pertama berada di Desa Kembangan, Kecamatan Lodoyo yang menjadi tempat pembantaian anggota PKI yang ditahan tentara. Mereka dikirim ke tempat itu menggunakan truk untuk dihabisi dan dikubur sekalian. Selanjutnya bekas urukan tanah itu dilindas dengan truk untuk menyamarkan menjadi jalan biasa.

Lokasi kedua berada di Dukuh Sidorejo, Desa Tambakrejo, Kecamatan Wonotirto. Lokasi yang berada di kaki bukit ini menjadi tempat penembakan massal anggota TNI kepada orang-orang yang dicurigai terlibat PKI. Dengan tangan diikat, mereka diminta berdiri berjajar untuk dieksekusi dengan senapan. “Salah satu korban ada yang masih hidup dengan peluru di kaki. Dia berpura-pura mati di rendaman darah teman-temannya,”kata Sukiman.

Sedangkan lokasi terakhir berada di Dukuh Bokolan, Desa Lorejo, Kecamatan Bakung yang berupa goa bawah tanah. Warga yang menyebutnya “luweng tikus” bersaksi ada 100 lebih kerangka manusia di dalamnya. Mereka dieksekusi dengan cara dipukul dan diterjunkan ke dalam luweng sedalam puluhan meter di tengah hutan.

Menurut Sukiman, seorang peneliti dari Jakarta pernah mengambil gambar di dalam luweng dan menemukan tulang belulang manusia.

HARI TRI WASONO
 
https://nasional.tempo.co/read/news/2016/04/29/078767095/soal-3-kuburan-massal-1965-di-blitar-ini-kata-banser

0 komentar:

Posting Komentar