January 18, 2010 | Teguh Timur
Ilustrasi: Herman Sarens Sudiro [Foto: Teguh Santosa]
Herman Sarens Sudiro adalah tokoh yang eksentrik.
Setelah meninggalkan korps baju loreng, pensiunan jenderal bintang tiga ini mengurusi berbagai hal. Mulai dari olahraga menembak, berkuda dan tinju, sampai organisasi pemilik skuter. Dia juga mengelola hotel dan resor di sejumlah kota.
Nama Herman Sarens Sudiro mendadak jadi buah bibir setelah sejak dinihari tadi (Senin, 18/1) rumahnya di kawasan Serpong, Tangerang, dikepung anggota Pomdam Jaya yang hendak membawanya secara paksa menghadap Oditur Militer Tinggi Jakarta. Herman Sarens tersangkut kasus penggelapan aset berupa tanah. Sudah beberapa kali dipanggil, tetapi ia selalu menolak datang.
Banyak kisah yang meluncur dari mulut Herman Sarens. Salah satunya adalah kisah tentang keterlibatannya menggulung simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI) menyusul peristiwa 30 September – 1 Oktober 1965.
Ketika peristiwa itu terjadi, Herman Sarens adalah Assiten Kastaf Koti.
Dengan bangga dia pernah bercerita dirinya menggiling 100 anggota PKI dengan tank.
“Seperti dulu, baru 7 orang PKI menculik dan mau mengubah Pancasila, seratus orang saya giling dengan tank. Saya dilindungi undang-undang untuk kelangsungan dari kedaulatan negara dan melindungi rakyat. Kenapa mesti takut. Kalau saya nggak peduli,” ceritanya seperti dimuat Tabloid AKSI, Oktober 1998.
Herman juga menyatakan keberatan atas penutupan penjara politik di Pulau Buru. Dia menyalahkan Jenderal Sudomo atas penutupan itu.
Sumber: TeguhTimur.Com
0 komentar:
Posting Komentar