Senin, 24 September 2012 06:30Reporter
: Ramadhian Fadillah
Gerwani. ©2012 Merdeka.com
Wanita-wanita itu menari setengah
telanjang di depan para jenderal. Sementara para komunis pria menyiksa para
jenderal, para wanita menyayat kemaluan para pimpinan TNI AD. Malam
kelam 1 Oktober itu pun dihabiskan dengan pesta seks.
Itulah propaganda Orde Baru soal Gerwani. Pemerintahan
Soeharto menyebut mereka adalah penyiksa para jenderal dan pelaku seks bebas.
Untuk mengabadikan itu, Soeharto membuat relief di Monumen Lubang Buaya. Gambar
wanita-wanita yang menari dengan berkalung bunga.
Karena itu tarian ini dinamakan tarian Harum Bunga.
Gencarnya propaganda Soeharto membuat masyarakat anti-Partai Komunis Indonesia (PKI) murka luar biasa. Mereka kemudian melakukan aksi balasan bagi para anggota PKI dan organisasi underbouwnya, termasuk Gerwani.
Gencarnya propaganda Soeharto membuat masyarakat anti-Partai Komunis Indonesia (PKI) murka luar biasa. Mereka kemudian melakukan aksi balasan bagi para anggota PKI dan organisasi underbouwnya, termasuk Gerwani.
Ratusan ribu anggota PKI dibantai dengan kejam. Begitu
pula dengan anggota Gerwani, yang diperkosa dan terus mengalami kekerasan
seksual. Tentara dan masyarakat merasa apa yang mereka lakukan sah untuk
membalas dendam karena menganggap PKI dan Gerwani juga memperkosa
jenderal-jenderal.
"Ibu Puji, Ketua Gerwani Kotapraja Surabaya itu ditangkap. Sengaja diberikan pada hansip untuk diperkosa. Dia diperkosa tujuh orang sekaligus," ujar Lestari (81), salah satu pengurus Gerwani Jawa Timur saat berbincang dengan merdeka.com, pekan lalu di Panti Waluya Sejati Abadi, JakartaDalam buku Suara Perempuan Korban Tragedi '65 terbitan Galang Press Yogyakarta, Yanti, salah seorang tahanan politik menceritakan kisahnya. Yanti mengaku disiksa dan diperkosa agar mau mengaku telah menari Harum Bunga dan bermain seks bersama para jenderal dan anggota PKI di Lubang Buaya. Padahal dia sama sekali tidak melakukan hal itu.
Ucapan Yanti itu lalu dimuat di koran-koran. Beberapa waktu kemudian, terbit juga berita di Harian Angkatan Bersenjata dan Berita Yudha kalau anggota Gerwani dan PKI yang cantik-cantik sengaja melacur untuk membiayai partai. Makin hancurlah citra Gerwani di mata masyarakat.
Ribuan anggota Gerwani lalu diperkosa dan dibunuh. Para eksekutor belum puas jika tidak merusak kemaluan anggota Gerwani. Kadang mereka dimutilasi dan potongan tubuhnya sengaja dipamerkan. Tak tergambar kesadisan saat itu.
Sri Sulistyowati (72), seorang wartawan yang pernah menjadi pengurus Gerwani DKI Jakarta membantah semua propaganda itu. Sri menyebut anggota Gerwani bukanlah pelacur, tetapi wanita yang berpendidikan. Ada yang menjadi guru, dosen, dokter, bidan dan berbagai profesi lainnya. Dia tidak mengerti dari mana semua tuduhan Orde Baru itu berasal.
"Kami jelas marah. Disebut-sebut menyayat-nyayat kemaluan para jenderal. Itu semua tidak benar," kata Sri kepada merdeka.com.Tapi bantahan Sri dan Lestari, dan ribuan anggota Gerwani lain tak terdengar puluhan tahun. Tersembunyi dari tebal tembok rumah tahanan. Pedih dan pilu. [ian]
0 komentar:
Posting Komentar