Monday, 1 October 2012
Takengon | Lintas Gayo – Negara diminta melakukan rekonsiliasi dan minta ma’af terhadap keluarga korban pembantaian yang dituduh sebagai anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) Aceh Tengah karena diduga kuat dan kebanyakan korban pembantaian yang terjadi di Aceh Tengah (saat itu termasuk Bener Meriah) selama 10 hari setelah 5 Oktober 1965 itu salah tangan.
Pernyataan ini dilontarkan seorang aktivis Hak Azasi Manusia (HAM) Aceh, Mustawalad di Takengon, Senin 1 Oktober 2012.
Pengakuan Mustawalad, dirinya sejak lama melakukan investigasi terkait tragedi kemanusiaan di tanoh Gayo tersebut. Bahkan hingga ke Blitar Jawa Timur pada tahun 2004 silam.
Alasan Mustawalad meminta Negara meminta ma’af, selain banyaknya korban yang salah tangan juga karena gerakan PKI di Gayo sangat berbeda dengan di pulau Jawa.
“Ditinjau dari agama dan politik, Gerakan PKI di Gayo lebih ke aliran Tan Malaka. Sosialis, dekat ke agama Islam dan tetap melakukan shalat. Mereka tidak layak dibunuh,” tegas Mustawalad.
Pemicu terjadinya pembantaian massal saat itu, menurut Mustawalad adalah salah menafsirkan perintah dari penguasa meliter saat itu, Ishak Juarsyah yang memerintahkan “Hancurkan PKI sampai keakar-akarnya”.
Dilapangan, perintah ini salah ditafsirkan. Dan parahnya, menurut analisa saya, oleh pihak-pihak tertentu kondisi ini dimanfaatkan untuk menghabisi nyawa orang lain yang antara lain bermotif dendam pribadi. Kata Mustawalad.
Seperti diberitakan sebelumnya, sekitar 2500 orang dibunuh di Aceh Tengah termasuk Bener Meriah saat itu karena dituduh sebagai anggota PKI. Namun dari data dan fakta yang diperoleh Mustawalad, sebagian besar diantaranya salah orang. (Tim LG)
Sumber: LintasGayo
0 komentar:
Posting Komentar