08 February 2019, 10:27am
Sutradara AS ini membahas dua filmnya "The Art of
Killing" dan "The Look of Silence", yang berani menampilkan
sejarah kelabu pembantaian orang yang dicap komunis selepas G30S.
Joshua Oppenheimer. Arsip VICE
Karya dokumenter sutradara Joshua Oppenheimer tidak
sekadar mengguncang penonton, baik di Indonesia maupun di luar negeri, mengenai
realitas kelabu pembantaian 1965.
Filmnya berhasil membantu keluarga penyintas menemukan di mana
lokasi pembunuhan salah satu anak lelaki mereka, sekaligus menjelaskan siapa
pelakunya.
Anak bungsu keluarga yang dituduh simpatisan Partai
Komunis Indonesia itu, bertekad memecah kebuntuan. Dia ingin kasus pembunuhan
kakak lelakinya bisa dituntaskan. Dialah Adi Rukun, yang sosoknya memandu kita
sepanjang durasi Senyap/The Look of Silence (2014), film dokumenter
Oppenheimer lanjutan dari Jagal/The Act of Killing yang tayang dua
tahun sebelumnya.
Kita diajak Adi untuk mengkonfrontasi terduga pelaku
pembantaian di masa lalu tersebut, yang sekarang merasakan efek impunitas dan
menjadi sosok-sosok penting yang memegang kekuasaan di Indonesia. Karena
terlibat dalam film yang ditakuti tentara dan ormas sayap kanan nasionalis itu,
Adi Rukun terpaksa sering berpindah domisili karena
banyak ancaman diarahkan padanya. "Seperti judul film ini, hidup saya
senyap. Saya harus pindah-pindah," ujarnya kepada media.
Dalam episode VICE Talks FIlm kali ini, kami
ngobrol bareng Oppenheimer, membahas dua filmnya tentang trauma kolektif bangsa
Indonesia yang berulangkali hendak dikubur oleh penguasa itu.
Tonton wawancara kami di tautan awal artikel ini
Sumber: Vice.Com
0 komentar:
Posting Komentar