https://medium.com/ingat-65/percakapan-tentang-ateis-komunis-dan-ingat-65-67968cde0841#.6b9y8wl9x
WeBlog Dokumentatif Terkait Genosida 1965-66 Indonesia
‘aku tinggal bersama Nabi saw selama dua puluh hari dan beliau sangatlah kasih sayang dan bersahabat. Ketika beliau melihat kerinduan kami kepada keluarga kami, beliau bersabda: ‘Kembalilah dan tinggallah bersama mereka, ajarilah mereka, dan shalatlah. Apabila telah datang waktu shalat hendaklah salah seorang di antara kalian adzan dan yang paling tua mengimami kalian’[2].Sebagaimana pertanyaan sebelumnya, mengapa orang yang rajin shalat jamaah di masjid dan mushalla tidak mendorongnya menjadi manusia yang baik? Karena sejauh ini shalat jamaah hanya dilihat sebagai sesuatu yang berorientasi ukhrawi, individualistik dan sekedar menjadi ruang akumulasi atau pelipatgandaan pahala yang dipahami secara material.
“Dan mereka mengutamakan orang lain atas diri mereka sendiri sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran, mereka itulah orang-orang yang sejahtera” (QS. Al-Hasr 59:9).Dari ayat di atas kita menjadi mengerti bahwa yang disebut Allah sebagai orang yang sejahtera bukanlah mereka yang bisa mengakumulasi kapital sebanyak-banyaknya, melainkan seseorang yang memiliki solidaritas pada sesamanya. Mereka yang sanggup berkorban demi kebaikan sesamanya.
“Dari Abu Hurairah dilaporkan bahwa seorang laki-laki dari kaum Anshar mendapatkan tamu yang menginap semalam dan ia tidak memiliki apapun kecuali makanan yang hanya cukup untuk dirinya dan anak-anaknya. Ia berkata pada istrinya: tidurkanlah anak-anak, dan matikan lampu, dan layanilah tamu dengan apa yang kamu miliki”. [5]Ketika kaum reaksioner menuduh komunisme, mereka pura-pura tak tahu bahwa sistem kapitalisme dengan moral individualisnya jauh lebih mematikan ketimbang revolusi manapun yang pernah terjadi di dunia ini. Di dalam sistem kapitalisme, ketimpangan melanda seluruh penjuru dunia. Di Indonesia, sebagaimana dirilis oleh World Bank pada Desember 2015, menunjukkan bahwa 1 persen orang terkaya Indonesia menguasai sekitar 50,4 persen asset, dan 10 persen orang terkaya Indonesia menguasai 70,3 persen total kekayaan di Indonesia. Padahal Allah telah mengingatkan dalam QS. Al-Hasyr:7 bahwa “Janganlah harta itu berputar-putar di antara orang-orang kaya saja di antara kalian”. Melalui jalan komunis atau berjamaah inilah kita hendak mengubah sistem kapitalisme yang penuh dengan ketimpangan, kekerasan dan ketidakadilan menuju dunia yang lebih berkeadilan dan damai bagi semua umat manusia.
“PKI bertindak kontradiktif dalam menjalankan starteginya untuk memenangkan pertarungan politik. PKI sangat agresif dalam slogan-slogan… Namun partai yang mengaku Marxis-Leninis ini, sebetulnya tidak menyiapkan diri untuk menghadapi konflik. Mudahnya, PKI tak menyiapkan kekuatan bersenjata untuk menandingi AD. Semboyannya konflik, tapi persiapannya untuk mengambil alih kekuasaan dilakukan secara damai, lewat parlemen.”[7]Alhasil, menolak komunisme sama artinya dengan menolak jamaah, menolak kolektivisme, menolak gotong royong, menolak persaudaraan dan solidaritas sebagai ciri utama kemanusiaan. Dari sini, kita bisa melihat komunisme sebagai salah satu gesture untuk mengaktualisasikan dan menyegarkan makna shalat berjamaah bagi kaum muslim, lebih dari sekedar kalkulasi dan akumulasi pahala kelak di akhirat maupun sebagai sekedar mode beragama.
“Di dalam sistem kapitalis… semua alat untuk pengembangan produk berubah menjadi alat dominasi dan eksploitasi para produser; mereka menghancurkan pekerja menjadi pecahan manusia, menurunkannya setingkat tambahan sebuah mesin, menghancurkan setiap sisa pesona kerjanya dan mengubahnya menjadi sebuah tenaga kerja yang dibenci; mereka menjauhkannya dari kemampuan proses kerja secara intelektual… mereka mengubah kondisi tempat kerja dia bekerja, selama proses kerja tunduk kepada suatu industri, kebencian lebih lanjut pada keburukan proses kerja itu; mereka mengubah waktu hidupnya menjadi waktu kerja, dan menyeret istri dan anak-anaknya ke bawah roda kapital Juggernaut.[8]Maka, suatu keniscayaan mendesak diperlukan suatu upaya berjamaah, suatu sikap moral komunis untuk mengembalikan solidaritas, persaudaraan, yang melihat manusia sebagai sepenuhnya manusia, yang berarti membebaskan jutaan manusia yang sekadar ditempatkan sebatas sekrup-sekrup mesin penghisap kapitalisme, yang menimbulkan kemalangan dan kemiskinan.