Andreas Harsono
Indonesia ResearcherPenyelidikan Forensik Resmi atas Jenazah Korban Pembantaian 1965-66 Tak Kunjung Terlaksana
Dua orang sedang berdoa di sebuah kuburan di Jakarta, Indonesia, 26 Juni 2017.
©2017 Agoes Rudianto/Reuters
Sebuah organisasi di Indonesia yang
mewakili para korban pembunuhan
massal 1965-66 telah
menandai 16 situs terduga kuburan massal di Jawa Tengah yang mungkin menampung jenazah hingga
lima ribu korban.
Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan 1965/1966 (YPKP
65), sebuah lembaga advokasi nonpemerintah yang telah menemukan 122 situs
terduga kuburan massal lainnya, pada Rabu lalu menyerahkan koordinat situs-situs di sekitar kota Purwodadi, Jawa
Tengah, kepada Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) dan meminta
dimulainya penyelidikan.
Pada 1965-66, militer Indonesia, berbagai kelompok
paramiliter, dan milisi-milisi muslim diizinkan
membantai "kaum komunis." Dalam beberapa bulan,
sekurangnya 500 ribu –boleh jadi sampai sejuta–manusia terbantai.
Para korban termasuk anggota Partai Komunis Indonesia, warga keturunan
Tionghoa, para anggota serikat-serikat buruh, guru, aktivis, dan seniman. Pada
bulan lalu pemerintah Amerika Serikat menerbitkan dokumen yang
telah dideklasifikasi tentang pembunuhan massal tersebut,
membuktikan bahwa para staf diplomatik Amerika Serikat sepenuhnya mengetahui
skala dan kebiadaban pembunuhan tersebut.
Pada April 2016, Presiden Joko Widodo memerintahkan para
bawahannya mencatat lokasi situs-situs terduga kuburan massal. Sebulan kemudian
pemerintah Indonesia mengumumkan akan membentuk tim buat menyelidiki122 terduga kuburan massal korban 1965-66 yang
dikumpulkan lembaga-lembaga advokasi korban. Namun, hingga saat ini, pemerintah
belum berhasil bertindak.
Sementara upaya akuntabilitas resmi tertunda, ada
peningkatan usaha dari militer
Indonesia, kelompok-kelompok paramiliter, dan para milisi Islamis
untuk menebar paranoia "antikomunis" sebagai tanggapan atas tuntutan
akuntabilitas pembunuhan massal tersebut. Sejumlah unsur dari kelompok-kelompok
itu menggelar unjuk rasa
"antikomunis" penuh kekerasan di Jakarta pada September
silam dan militer Indonesia
meluncurkan propaganda guna memperkuat narasi resmi bahwa
pembunuhan itu adalah tindakan yang tepat dalam menghadapi usaha kup kalangan
komunis.
Presiden Joko Widodo dapat menangkal taktik intimidasi
tersebut dan mendukung usaha-usaha menuju akuntabilitas kejahatan terhadap
pembunuhan itu. Ia dapat melakukan itu dengan memerintahkan penggalian
hati-hati di situs-situs terduga kuburan masal oleh para pakar forensik, yang
mempunyai kemampuan dan pengalaman memadai untuk memastikan bahwa penggalian
itu dapat menyelamatkan bukti-bukti krusial serta memungkinkan identifikasi
jenazah.
Dengan memulai proses identifikasi para korban
pembantaian 1965-66, Joko Widodo dapat mengambil langkah pertama yang bermakna
buat menangani warisan beracun pembunuhan massal itu.
Source: HumanRightsWatch
0 komentar:
Posting Komentar