Kamis, 17 November 2016 | 16:10 WIB
Tan Malaka. id.wikipedia.org
TEMPO.CO, Kediri - Wakil Bupati Limapuluh Koto, Sumatera Barat, Ferizal Ridwan, mendatangi makam Tan Malaka di Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri. Pemerintah Kabupaten Limapuluh Koto berencana membawa pulang jasad Tan Malaka untuk dikebumikan di kampung halamannya.
“Kami datang untuk menjemput datuk kami yang hilang,” kata Ferizal di kediaman pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo KH Abdul Muid setelah mengunjungi makam Tan Malaka di Kediri, Kamis, 17 November 2016.
Setelah sekian lama makam tokoh sosialis yang mendapat gelar pahlawan nasional ini terbengkalai di lereng Gunung Wilis, Kabupaten Kediri, pemerintah akhirnya turun tangan. Bukan Kementerian Sosial ataupun Pemerintah Kabupaten Kediri, melainkan Pemerintah Kabupaten Limapuluh Koto yang tergerak untuk merawat dan memperlakukan jasad Tan Malaka sebagai orang terhormat.
Kedatangan Ferizal yang didampingi perwakilan keluarga Tan Malaka serta sejumlah pegiat Tan Malaka Institut ini mengejutkan masyarakat di sekitar makam. Mereka tak menduga adanya kunjungan pemerintah ke makam itu. Bahkan Pemerintah Kabupaten Kediri pun tak pernah mengakui bahwa jasad di dalam makam itu sebagai Tan Malaka.
Pemerintah Kabupaten Limapuluh Koto juga telah membicarakannya dengan Kementerian Sosial mengenai rencana pemindahan serta berencana berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Kediri sebagai pemegang otoritas wilayah. “Mudah-mudahan Pemerintah Kediri mau bekerja sama dengan kami,” kata Ferizal.
Proses pelepasan jasad dari Pemerintah Kabupaten Kediri ditargetkan tuntas pada 21 Februari 2017. Selanjutnya, Pemerintah Kabupaten Limapuluh Koto akan membawa pulang jasad Tan Malaka melalui perjalanan darat melintasi kota-kota menuju kampung kelahirannya di Sumatera Barat.
Upacara adat juga telah dipersiapkan untuk menyambut kedatangan jasad sebelum dikebumikan di kompleks rumah kelahirannya, Nagari Pandam Gadang, Suliki. Upacara adat ini dilakukan untuk menghormati Tan Malaka sebagai pemangku adat Minangkabau.
Salah seorang penggagas Tan Malaka Institute yang turut mendampingi Ferizal Ridwan mengaku sedih melihat kondisi makam di Desa Selopanggung itu. Dia melihat negara sengaja mengisolasi Desa Selopanggung, lokasi makam Tan Malaka, agar tak diketahui oleh masyarakat luas. Hal ini tampak dari sulitnya akses jalan menuju makam yang nyaris tak tersentuh pembangunan.
Sebagai warga Minangkabau yang juga pelestari ajaran Tan Malaka, Habib berharap semua pihak, khususnya masyarakat Kediri, ikhlas melepaskan jasad Tan Malaka dibawa pulang ke Sumatera Barat. Dia juga menyampaikan rasa hormat kepada masyarakat Desa Selopanggung yang selama ini merawat dan mendoakan makam itu sebagaimana leluhur mereka.
HARI TRI WASONO
https://m.tempo.co/read/news/2016/11/17/078821069/jasad-tan-malaka-akan-dipindahkan-ke-sumatera-barat
0 komentar:
Posting Komentar