4.11
Supandriaman - Yogyakarta, 4 Oktober 2000
Supandriaman dilahirkan di Yogyakarta, 11 Mei 1942. Ia sempat bersekolah hingga tingkat dua di Universitas Gajah Mada jurusan Geografi. Selama masa sekolah ia tidak tertarik dengan kegiatan berorganisasi. Ketertarikannya justru datang setelah mendengarkan pidato Bung Karno yang menyampaikan gagasan Nasakom. Ia kemudian masuk dalam organisasi CGMI. Di CGMI ia mengurus bidang keolahragaan, bidang yang selama ini ia gandrungi.
Setelah terjadi Peristiwa G-30-S, di kampungnya terjadi penangkapan terhadap anggota dan simpatisan PKI. Kakak Supandriaman pun tidak luput dari aksi penangkapan.
Supandriaman sendiri berusaha menghindari penangkapan dengan cara bersembunyi. Oleh temannya ia disarankan untuk membuat surat keterangan surat “Bersih G 30 S” agar dapat melanjutkan kuliah kembali. Namun ia ditangkap justru ketika sedang mengurus surat tersebut. Ia dibawa ke kamp Beteng. Kemudian dipindahkan ke Penjara Wirogunan. Jatah makan yang diberikan kepada para tapol sangat tidak manusiawi. Jagung hanya sekitar 16 butir atau bulgur.
Pada 1970 ia dipindahkan ke Nusakambangan. Setelah empat bulan di Nusakambangan, Supandriaman dan ratusan tapol lainnya dibuang ke Pulau Buru. Di Pulau Buru ia sempat dianiaya hingga beberapa giginya tanggal. Selama di Pulau Buru ia lebih sering memilih dipekerjakan di hutan untuk menebang pohon dan menggergaji kayu.
Bulan Oktober 1979, ia dinyakan bebas dan kembali ke Yogyakarta. Ia berkumpul kembali dengan keluarga dan kakaknya yang juga ditahan. Pada Desember 1979, kakaknya meninggal di usia 88 tahun. Pada 1985 Supandriaman menikah. Kepada anak-anaknya ia belum berani bercerita terlalu banyak mengenai sejarah hidupnya. Sebab ia tidak ingin anaknya justru memiliki watak pendendam setelah mendengar sejarah pahit orangtuanya. Ia ingin bercerita tentang masa lalu jika saatnya sudah tepat dan anak-anaknya sudah dewasa.
0 komentar:
Posting Komentar