Senin, 19 Juni 2017 - 11:04 WIB
Reporter: Putri Jambidi
Editor: Muhammad Iqwa Mu'tashim Billah
JAKARTA, biem.co — 15 Juni lalu, Harian Kompas mengadakan Malam Jamuan Cerpen Kompas 2017, yakni memberikan penghargaan bagi cerpen terbaik pilihan Kompas, yang pada 2016 lalu karyanya telah terbit di halaman Harian Kompas. Acara berlangsung di Bentara Budaya Jakarta, selama dua jam mulai pukul 19.00 WIB.
20 cerpen yang masuk dalam cerpen terbaik 2016, diantaranya: Tanah Air, karya Martin Aleida; Perempuan Pencemburu, karya Gde Aryantha Soethama; Nelayan yang Malas Melepas Jala, karya Damhuri Muhammad; Terumbu Tulang Istri, karya Made Adnyana Ole; Tukang Cukur, karya Budi Darma; Senjata, karya Sori Siregar; Celurit Warisan, karya Muna Masyari; Gulai Kam-bhing dan Ibu Rapilus, karya Ahmad Tohari; Istana Tembok Bolong, karya Seno Gumira Ajidarma; Sejarah, karya Putu Wijaya; Nalea, karya Sungging Raga; Roh Meratus, karya Zaidinoor; Anjing Bahagia yang Mati Bunuh Diri, karya Agus Noor; Setelah 16.200 Hari, karya Triyanto Triwikromo; Jaket Kenangan, karya Gerson Poyk; Penglihatan, karya Mashdar Zainal; Mengapa Mereka Berdoa kepada Pohon?, karya Faisal Oddang; Sepasang Merpati dalam Sebuah Cerita, karya Supartika;Belis Si Mas Kawin, karya Fanny J Poyk; dan Wayang Potehi: Cinta yang Pupus, karya Han Gagas.
Cerpen berjudul Tanah Air karya Martin Aleida menjadi cerpen terbaik pilihan Kompas 2016, cerpen ini lahir ketika Martin mengadakan riset mengenai eksil Indonesia yang kelayapan di sejumlah kota di Eropa, seperti Amsterdam, Den Haag, Berlin, Paris, Praha, dan Sofia selama tiga bulan (Maret, April, Mei 2016). Hasil riset tersebut sudah ditulis dalam bentuk jurnalistik dengan judul Tanah Air yang Hilang, dan sedang menunggu sebuah penerbit terpandang yang sedang memproses penerbitannya. Martin sendiri adalah anak Tanjung Balai, Asahan, Sumatera Utara, yang menghabiskan setengah abad usianya di Jakarta sebagai mahasiswa, wartawan, dan penulis.
“Hanya satu yang saya ingin katakan dalam kaitannya dengan cerpen ini, bahwa sastra pada umumnya, secara khusus cerita pendek, dia membebaskan,” ujarnya di atas panggung.
Tidak hanya penghargaan cerpen terbaik oleh Martin Aleida, namun Triyanto Triwikromo juga mendapatkan Penghargaan Kesetiaan Berkarya yang diberikan oleh Wakil Pemimpin Redaksi Harian Kompas, Ninuk Mardiana Pambudy.
Acara ditutup oleh komposer Ananda Sukarlan yang juga memberikan jamuan kepada penonton berupa penampilan pianonya yang lihai bersama Mariska Setiawan, seorang penyanyi sopran Indonesia. Mereka membawakan cerpen Tanah Air milik Martin Aleida, yang telah digubah menjadi musik sepanjang 25 menit. [uti]
Cerpen "Tanah Air" Martin Aleida [Tanah Air]
http://www.biem.co/read/2017/06/19/2586/cerpen-tanah-air-karya-martin-aleida-meraih-cerpen-terbaik-pilihan-kompas-2016
Cerpen "Tanah Air" Martin Aleida [Tanah Air]
0 komentar:
Posting Komentar