Oleh : Bigardo Sinaga
Sunday, June 11, 2017 - 09:45
Belakangan ini ada satu isu menjadi perbincangan publik yaitu bangkitnya PKI. Isu ini tiba tiba muncul begitu kencang. Lini massa dan pemberitaan media penuh dengan isu bangkitnya PKI. Kivlan Zen pensiunan jenderal gaek adalah orang yang paling getol meniupkan isu PKI bangkit.
Tiada hari kita membaca ocehan Kivlan yang berusaha meyakinkan publik atas bangkitnya arwah pentolan pentolan PKI seperti Aidit, Untung dan Nyono.
Kivlan mencoba meyakinkan kita bahwa sosok hantu PKI itu sedang membangun kekuatan. Ada 15 juta pengikut PKI sedang menyiapkan barisan. Belum lagi kantor megah mereka yang berada di Kramat Raya katanya sedang dalam renovasi. Begitulah Kivlan berkoar koar setiap hari.
Kivlan sepertinya penganut setia teori Goebel ahli propaganda Hitler yang bilang jika kebohongan terus menerus diucapkan maka kebohongan itu akan menjadi kebenaran. Tebarkan cerita teror dan horor agar mereka takut. Ketika takut engkau akan mudah menguasai mereka. Itu teorinya.
Pada awalnya saya tidak begitu "ngeh" dengan ocehan PKI bangkit. Saya anggap itu siulan kejepit pintu saja. Paling matahari terbenam siulan itu akan berhenti. Bukankah saat pilpres lalu isu Jokowi antek PKI juga terdengar kencang?
Itu hanya cari perhatian dari pensiunan jenderal gaek yang sedang post power syndrom. Tidak punya kerjaan lagi, ujungnya buat kasak kusuk, mainkan isu nakut nakuti, lalu dapat perhatian publik. Ibarat anak kecil merengek guling-guling agar dibelikan permen karet.
Belakangan isu PKI bangkit ternyata makin kentara tujuannya. Lama-kelamaan isu ini bermetaformosis bukan lagi tentang munculnya hantu tokoh PKI Aidit yang sedang membangun barisan 15 juta anggota. Tapi isu bangkitnya PKI ini diarahkan kepada sosok Presiden Jokowi sebagai tokoh PKI itu sendiri.
Mulailah dibangun jahitan benang hitam sambung menyambung menjadi satu bahwa Jokowi itu PKI. Satu tujuan bahwa targetnya jelas, Jokowi antek PKI.
Buktinya dicocokilogi bahwa Jokowi sedang membangun kemesraan dengan pemerintah Tiongkok. Bukti kedua, Jokowi sedang membangun kemitraan strategis dengan Vladimir Putin pemimpin Rusia.
Bukti lain yang disebarkan penganut halusinasi PKI bangkit adalah kebijakan Presiden Jokowi yang membuka terwujudnya rekonsiliasi nasional atas peristiwa pembantaian korban kekejaman pembantaian warga sipil yang dituduh anggota PKI tahun 1965.
Dibangunlah cerita interkoneksi bahwa Jokowi berada dibalik bangkitnya PKI ini. Media-media afiliasi kampreters lalu serentak menyebarkan kebohongan ini.
Akun-akun medsos cyber army para kampreters bangkit menyerang 24 jam sehari tiada henti. Menyanyikan lagu sumbang berestafet dari kampret hitam sambung menyambung ke kampret abu-abu. Menjadi satu tujuan, Jokowi harus jatuh. Mainkan isu PKI. Buat persepsi publik bahwa Jokowi itu tokoh PKI.
Apakah Jokowi tahu ini? Ya jelas. Tapi mengapa tiada reaksinya? Ya, begitulah watak genuine Jokowi. Tidak bereaksi bukan berarti tidak memahami persoalan. Persoalannya apa perlu bereaksi membalas nyanyian Kivlan pensiunan jenderal gaek yang semakin paranoid itu? Apa perlu menanggapi gendang gendut tali kecapi kenyang perut senanglah Kivli?
Jokowi adalah ketegasan tanpa ragu. Kita tahu itu. Menantang coba-coba ketegasan Jokowi itu sama saja buta dan tuli sejarah. Bisa seperti Prabowo yang kesepian ditinggal sendiri konco konco KMPnya. Mendadak jomblo tiada kawan.
Saat meliput Konferensi Asia Afrika di JCC April 2015 lalu, saya melihat ekspresi percaya diri tanpa rasa takut seorang Jokowi yang menantang PBB. PBB dinilainya lemah dan lembek pada negara besar. Sedang pada negara kecil PBB nampak kencang.
Di saat dunia masa bodoh dengan Palestina, Jokowi bicara keras bahwa Palestina harus merdeka. Di depan pemimpin Asia Afrika, Jokowi berpidato bahwa dunia berhutang pada rakyat Palestina. Pemimpin Asia Afrika bahkan memberikan aplaus tepuk tangan atas pidato Jokowi ini.
Saat Jokowi pidato, saya berada di ruang Media Center bersama jurnalis dari seluruh dunia menonton dari layar besar Media Center JCC. Beberapa jurnalis asing turut memberi aplaus pujian atas pidato Jokowi.
Jokowi tidak merasa takut berhadapan dengan negara-negara kuat seperti Amerika, Tiongkok, Rusia, Francis dan Inggris. Itu sudah dibuktikan Jokowi saat ditekan Sekjen PBB Ban Ki Moon yang meminta Jokowi membatalkan hukuman mati terpidana mati narkoba setahun lalu.
Jokowi juga mengabaikan permintaan pengampunan atas warga dari pemimpin dunia yang akan dihukum mati seperti PM Inggris James Cameron, Presiden Francis Hollande dan PM Australia Tonny Abbot.
Saat itu, dengan gesture wajah mengeras dengan sorot mata tajam Jokowi bicara " Kamu lihat hampir 70 anak muda kita mati karena narkoba setiap hari. Kamu pergi lihat ke panti rehab. Berapa banyak anak bangsa sakaw, gila dan putus masa depannya?" tegas Jokowi ekspresif.
" Siapa yang bertanggung jawab atas kematian dan hilangnya masa depan mereka?". Segera eksekusi!! Sikat habis pengedar narkoba !!
Dorrr...puluhan gembong narkoba meregang nyawa di Nusa Kambangan. Menyusul puluhan terpidana mati dlm waktu dekat akan segera dieksekusi.
Jika menghadapi PBB yang terkesan lembaga pembela negara kuat saja Jokowi tidak takut lalu bagaimana mungkin Jokowi takut sama jenderal gaek itu? Jokowi bukanlah penakut seperti SBY yang punya prinsip zero enemy. SBY berprinsip lebih baik merangkul musuh meski kekayaan negara habis dirampok.
Jokowi beda prinsip dengan SBY. Jauh banget. Jokowi pasang pedang terhunus terhadap musuh rakyat. Sedang SBY lembut senyam senyum dengan mereka. Jokowi bukanlah penakut seperti sangkaan orang selama ini karena tubuhnya cungkring.
Jokowi yang disangka plonga plongo malahan menjadi momok menakutkan buat mafia ikan. Mafia ikan itu habis digulung dibabat habis tanpa ampun. Sepuluh tahun di masa SBY berkuasa, para mafia illegal fishing ini bebas semaunya merampok kekayaan laut tanpa batas. Jokowi tanpa rasa takut menghajar mafia ini hingga terkencing kencing minta ampun ampun. Perintahnya singkat padat dan tegas kpd Menteri KKP Susi Pudjiastuti.
"Bu Susi..segera tenggelamkan semua kapal asing pencuri ikan". Darrrr...ratusan kapal mafia ikan diledakkan tenggelam hancur berkeping keping. Dunia melongo dibuatnya.
Jokowi juga menjadi hantu menakutkan bagi mafia migas. Sosok Riza Chalid penguasa migas nasional dicukur kumisnya. Dicungkil taringnya. Riza Chalid penguasa Petral dipaksa enyah dari dalam negeri. Petral yang begitu berkuasa dibubarkan. Mafia migas digulung hingga keakarnya. Masih meragukan keberanian Jokowi?
Suatu hari di bulan Desember 2015, saya ngobrol ringan dengan Kolonel Maruli Simanjuntak. Maruli adalah pengawal Presiden Jokowi. Kebetulan saya ikut acara Natal Nasional 2015 di NTT yang dihadiri Presiden Jokowi.
Di hotel tempat Presiden Jokowi menginap, Kolonel Maruli cerita mengawal Presiden Jokowi itu penuh tantangan berat. Kami harus cakap dan cekatan mengamankan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Presiden tapi disisi lain harus menjaga agar Presiden tidak berjarak dengan rakyat.
Jokowi tampak tidak pernah punya rasa takut. Ia begitu ringan dan enteng menerima uluran tangan rakyatnya. Ribuan orang disalamnya tanpa rasa lelah dan capek.
Tiada rasa khawatir dan rasa takut mungkin ada orang yang menyusup bakal mencelakakan dirinya. Jokowi melepas perisai perlindungannya. Ia percaya Tuhan dan rakyat yang dicintainya yang akan melindunginya.
Dalam satu kesempatan, para pembatunya memberi nasihat agar Presiden Jokowi mengurungkan niatnya berkunjung ke Kabupaten Nduga Papua. Nduga adalah daerah merah rawan yang menjadi basis OPM.
Jokowi bukannya takut. Jokowi melenggang kesana dengan tenang dan anteng. Jokowi tahu ketidak adilanlah yang membuat rakyatnya terluka. Jokowi tahu ketidakadilan selama inilah yang membuat rakyatnya melawan. Akibat ketidak adilan akan membangkitkan pemberontakan. Kemarahan. Perlawanan.
Jokowi sadar dengan memberikan rasa adil akan menghentikan pemberontakan. Menghentikan perlawanan. Menghentikan kemarahan.
Ia pergi ke Nduga bukan untuk menangkap pemberontak tapi membangun kesejahteraan. Menyapa dan berbicara kepada rakyatnya dengan jujur dan tulus. Jokowi datang untuk membangun jalan yang selama ini mengisolasi Papua. Membangun kereta api yang selama ini tidak dimiliki Papua. Memartabatkan rakyat Papua. Memanusiakan manusia Papua.
Jokowi tahu hanya berpihak kepada rakyat dan membela kehidupan rakyatnya akan membawa bangsa pada persatuan, perdamaian dan berkeadilan. Membodohi rakyat dengan menipu dan mengancam dengan senjata adalah pengkhianatan atas darah para pahlawan bangsa. Pengkhiatan atas janji setianya kepada republik.
Jokowi berani menantang seluruh mafia di republik ini yang selama puluhan tahun duduk manis menghisap dan melahap rakus bin tamak kekayaan bangsa negara.
Jokowi berani menantang kelompok manapun di republik ini yang berani coba coba menjatuhkannya dengan cara culas dan licik. Jokowi tiada sedikitpun punya rasa takut atas semua ancaman itu. Jokowi hanya takut pada Allah. Jokowi hanya takut atas sumpah setianya kepada rakyat.
Jadi, jika pensiunan jenderal gaek dan gerombolannya itu ingin mendongkel Jokowi dengan memainkan isu bangkitnya PKI sungguh sangat salah kaprah. Sungguh buta membaca genetika karakter Jokowi.
Kesabaran Jokowi atas isu PKI yang digoreng lawan politiknya sudah sampai titik puncak. Isu PKI bukan lagi fakta, tapi ilusi halusinasi pembenci Jokowi yang sedari awal tidak menginginkan Jokowi menjadi presiden. Isu PKI dihembuskan secara massive dan terus menerus agar tertanam dibenak rakyat bahwa Jokowi adalah PKI itu sendiri.
Hari ini mereka para kutu busuk itu terus menabur angin PKI bangkit. Mereka para kutu busuk menggoreng isu PKI ini terus dan berharap akan menuai hasilnya pada Pilpres 2019. Sayangnya para kutu busuk ini lupa Jokowi bukanlah pemimpin yang klemar-klemer plonga-plongo.
Jokowi kali ini marah benaran. "Kalo ada PKI tunjukkan di mana biar saya gebuk!", ucap Jokowi tegas saat bicara di depan Panglima TNI dan pejabat TNI di Natuna beberapa waktu lalu. Tak ada ampun buat PKI. GEBUK!
Peringatan keras ini sekaligus peringatan bak pedang bermata dua. Satu peringatan keras kepada PKI itu sendiri dan satu lagi kepada penghembus isu PKI. Ada elit politik senyam senyum di depan publik di balik isu PKI ini. Tapi dialah sebenarnya yang paling berkepentingan agar stigma Jokowi adalah PKI itu sendiri berhasil. Siapa lawan politik Jokowi di Pilpres 2019? Elit inilah yang akan menuai jika rakyat percaya pada gorengan isu Jokowi adalah PKI.
Jokowi tahu itu. Jokowi bukannya tidak tahu langkah busuk lawannya. Dan kali ini Jokowi tidak akan mengeluarkan jurus tendangan tanpa bayangan yang terkenal itu lagi, tetapi sudah pakai jurus pamungkas "Ajian Gebuk Seribu Tapak". Tak ada ampun. Kita lihat saja sekarang, satu-persatu lawannya yang paling getol mencaci-maki itu bertumbangan.
Jokowi hanya menjalankan takdir sejarah hidupnya untuk membawa bangsa negara kepada kebanggaan, kehormatan dan martabat sebagai bangsa yang besar. Dan itu tidak mudah, tapi Ia tidak akan kalah.
Salam Perjuangan
Sumber : facebook Birgaldo Sinaga
http://redaksiindonesia.com/read/jokowi-dan-gebuk-pki.html
0 komentar:
Posting Komentar