August 8, 2017 |10:18 am
Editor: Edhal Namakule
FAJAR.CO.ID, Belasan
anggota Ormas Pemuda Pancasila (PP) Pemalang membubarkan kegiatan pemutaran
film dan diskusi tentang Wiji Thukul di Padepokan Lintas Kemukus, Dusun Sirau,
Kelurahan Paduraksa, Minggu (6/8), sekitar pukul 23.00.
Kedatangan anggota ormas berseragam loreng kuning hitam
itu saat acara diskusi sedang memutar film “Istirahatlah Kata-Kata” yang sudah
masuk pada menit-menit akhir. Mereka memasuki lokasi dan meminta kegiatan
tersebut dihentikan. Sebab, menurut mereka, film dan diskusi ditengarai
mengandung unsur neokomunisme.
Sempat terjadi bentrokan antara massa Pemuda Pancasila
dan panitia acara, Andi Rustono. Berawal dari adu argumen, aksi saling dorong
pun terjadi. Untung, keadaan itu bisa diredam aparat keamanan yang berjaga-jaga
di lokasi.
Bentrokan muncul saat panitia menolak ketika diminta
laptopnya untuk barang bukti. Saat itu massa Pemuda Pancasila juga meminta film
tersebut diputar ulang dan disaksikan bersama-sama. Namun, karena suasana yang
memanas waktu itu, film tidak jadi diputar ulang.
Koordinator Lapangan Pemuda Pancasila Edi Suprayogi
menyatakan, sudah menjadi kewajiban anggota Pemuda Pancasila mengamankan
hal-hal yang berbau komunisme. Apalagi, kata dia, acara tersebut dilakukan di
tempat tertutup.
“Ingat, Pemuda Pancasila ini, apa pun bentuknya,
mengamankan NKRI itu harga mati. Kalau ada indikasi yang mengarah ke
neokomunis, Pemuda Pancasila tampil paling depan, apa pun bentuknya,” tegasnya.
Dia menambahkan, Pemuda Pancasila
datang juga karena ada laporan warga.
Sementara itu, panitia acara pemutaran film dan diskusi,
Andi Rustono, mengatakan, apa yang dicurigai Pemuda Pancasila tidak benar.
Menurut dia, apa yang dilakukan dalam acara pemutaran film tidak sama seperti
yang mereka sangkakan.
Andi menuturkan, film tersebut tidak bertentangan dengan
ideologi Pancasila maupun NKRI. Film itu hanya mengkritik pemerintahan pada
masa Orde Baru. Menurut dia, tidak ada bedanya dengan orang saat ini yang
berusaha mengubah NKRI dengan khilafah. “Jadi, apa yang dipersoalkan? Bahkan,
film itu sendiri juga legal, yang sudah diputar di seluruh bioskop di
Indonesia,” katanya.
Menurut dia, Wiji Thukul adalah seorang pejuang yang
dimatikan karena puisi-puisinya yang sarat kritik pada masa itu. “Kebebasan
berpendapat yang kita rasakan sekarang ini, salah satunya, juga hasil
perjuangan Wiji Thukul,” imbuhnya.
Karena penggerudukan itu, film tidak diteruskan. Acara
diskusi akhirnya dibatalkan.
(sul/fat/c19/ami)
http://fajar.co.id/2017/08/08/dianggap-neokomunisme-pemutaran-film-wiji-thukul-dibubarkan-ormas/
0 komentar:
Posting Komentar