05 AGUst 2018 16:43 WIB | OLEH: JOKO SANTOSO/OMR
Film “Sum” yang menceritakan perempuan bernama Suminah bekas aktivis Barisan Tani Indonesia (BTI) menjadi film dokumenter terbaik di Festival Film Purbalingga (FFP) Tahun 2018. (Foto :Joko Santoso)
PURBALINGGA- Film-film pendek pelajar berlatar korban
tragedi kemanusiaan tahun 1965 meraih penghargan pada Festival Film Purbalingga
(FFP) 2018 ini. Malam Penganugerahan digelar pada Sabtu (4/8) malam di
Alun-Alun Purbalingga.
Film Fiksi Terbaik disabet “Melawan Arus” sutradara Eka Saputri produksi
SMK Negeri 1 Kebumen. Film yang difasilitasi Pusat Pengembangan Perfilman
(Pusbangfilm) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) ini berkisah
sepasang suami istri yang mempertahankan hak atas tanah namun difitnah
keturunan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Yono, sang suami, patah semangat untuk bertahan di tanah yang menjadi
sengketa dengan aparat. Ia mengajak istrinya, Siti, pindah. Siti tetap kekeh
dengan pendirian, tetap tinggal dan bercocok tanam. Film berdurasi 10 menit ini
meriset konflik tanah di Urut Sewu, Kebumen.
Menurut salah satu juri fiksi, Teguh Trianton, film “Melawan Arus”
berhasil mengeksplorasi sisi-sisi psikologis penonton. “Film ini dapat
menyisakan perenungan yang dalam dan menyisakan pertanyaan yang jawabannya
dapat dicari di luar film” terang juri akademisi.
“Kami berharap film kami dapat menginspirasi penonton bagaimana keberanian masyarakat petani di Urut Sewu dalam mempertahankan hak atas tanah,” ujar sutradara Eka Saputri.
Film Dokumenter Terbaik diraih “Sum” sutradara Firman Fajar Wiguna
produksi SMA Negeri 2 Purbalingga. Film berdurasi 15 menit ini bercerita
tentang perempuan bernama Suminah bekas aktivis Barisan Tani Indonesia (BTI).
Setelah menghuni penjara selama 13 tahun, Sum hidup dalam kesendirian. Ia terus
menunggu berbaliknya realita zaman.
Dalam catatan dewan juri dokumenter, film “Sum” tersusun melalui pilihan-pilihan gambar yang estetis dan rangkaian penuturan informasi yang jelas. “Sebagai upaya komunikasi visual, film ini memperkaya bahasa tentang sejarah nasional melalui perspektif akar rumput sekaligus korban yang berdampak oleh ekses pertarungan politik di tingkat nasional,” jelas Adrian Jonathan Pasaribu, salah satu juri.
Pada Film Fiksi Favorit Penonton dimenangkan film “Umbul-Umbul” sutradara
Atik Alvianti produksi SMK HKTI 2 Purwareja Klampok Banjarnegara. Sementara
Film Dokumenter Favorit Penonton berpihak pada “Warisan Tak Kasat Mata”
sutradara Sekar Fazhari dari SMA Negeri Bukateja Purbalingga.
Untuk penghargaan Lintang Kemukus kategori maestro seni dan budaya
Banyumas Raya dianugerahkan kepada R. Soetedja (1909-1960), seorang komposer
asal Banyumas dan Grup Musik Kamuajo dianugerahi penghargaan Lintang Kemukus
kategori seni dan budaya kontemporer.
Plt. Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi, SE, B.Econ yang hadir di
acara puncak FFP itu mengatakan, Pemerintah Daerah Kabupaten Purbalingga
berkomitmen terus mendukung kegiatan perfilman dan festival film di Kabupaten
Purbalingga.
“Selain sebagai ajang silaturahmi, kegiatan perfilman juga menjadi ajang menorehkan nama baik kabupaten masing-masing dengan prestasi,” tegasnya.Sumber: Wawasan.Co
0 komentar:
Posting Komentar