Christie Stefanie, CNN Indonesia | Jumat, 23/11/2018 15:03 WIB
Presiden Jokowi mengaku empat tahun menahan kesabaran difitnah sebagai anggota PKI. (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)
Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Joko Widodo mengungkap kegeramannya terhadap penyebaran fitnah jelang Pilpres 2019. Ia menyatakan sejak Pilpres 2014 kerap difitnah sebagai anggota Partai Komunisme Indonesia (PKI).
Hal ini bermula dari penyebaran kabar Jokowi anggota PKI. Padahal PKI dibubarkan pada 1965 sementara Presiden baru lahir 1961. Selain itu, tersebar gambar orang serupa Jokowi ketika Ketua PKI DN Aidit berpidato pada 1959.
"Saya lihat di gambar kok ya persis saya. Ini yang kadang-kadang, aduh, mau saya tabok orangnya di mana saya cari betul. Saya ini sudah empat tahun diginiin, Ya Allah sabar, sabar," kata Jokowi di Kompleks Pemkab Kecamatan Gunung Sugih, Lampung Tengah, Jumat (23/11).
Hal yang membuat Jokowi lebih geram lagi adalah banyak masyarakat Indonesia mempercayai hal itu. Padahal sudah ada fakta dan dirinya berulang kali mengklarifikasi isu fitnah itu.
"Enam persen percaya berita ini. Enam persen itu sembilan juta (penduduk) lebih lho. Kok percaya? Lahir saja belum kok di bawah podium Aidit," ucapnya.
Ia juga kembali mengklarifikasi kabar bohong mengenai antek aseng dan antek asing. Menurutnya, pemerintah kini telah mengambil alih Blok Rokan, Blok Mahakam, bahkan Freeport yang selama ini dikuasai asing.
Permasalahan tenaga kerja asing, terutama dari China, Jokowi mengatakan hal itu fitnah. Pernyataan itu berdasarkan data imigrasi yang diterima, TKA di Indonesia hanya 0,03 persen dari total masyarakat.
Mantan Wali Kota Solo ini turut menyinggung pandangan sejumlah pihak yang menyudutkan dirinya mengkriminalisasi ulama. Penilaian itu muncul pasca perkara penetapan Rizieq Shihab menjadi tersangka perkara penghinaan lambang negara.
"Saya tiap hari dengan ulama. Tiap hari, tiap minggu keluar-masuk pondok pesantren kok. Kriminalisasi yang mana? Jangan isu seperti ini yang dipercayai, berbahaya sekali kita nanti," ucapnya.
Oleh sebab itu, Jokowi meminta masyarakat cerdas menyikapi perkembangan kabar di media sosial demi menjaga persatuan. Menurutnya, kabar fitnah semakin marak jelang pesta demokrasi.
"Jadi jangan sampai hal seperti ini karena pengaruh politik, medsos. Rugi besar kalau sampai tidak saling sapa. Lihat programnya, rekam jejak, dan prestasinya," kata mantan Gubernur DKI Jakarta ini.
Sumber: CNN Indonesia
0 komentar:
Posting Komentar