Reporter: Non
Koresponden
Editor: Maria
Rita Hasugian
Rabu, 7 November
2018 17:48 WIB
Menteri Pertahanan
Korea Selatan Jeong Kyeong-doo membungkuk untuk memohon maaf kepada ratusan
perempuan korban pemerkosaan tentara saat unjuk rasa di Gwangju Mei 1980.
[Yonhap]
Jakarta - Kementerian
Pertahanan Korea Selatan secara resmi menyatakan permintaan maaf atas pemerkosaan lebih dari 200 perempuan
termasuk gadis remaja saat berlangsung unjuk rasa besar-besaran kelompok pro
demokrasi di Gwangju pada tahun 1980.
"Atas nama pemerintah dan militer, saya membungkuk dan menyampaikan maaf untuk yang tak terkatakan, bekas luka yang dalam dan luka yang dialami para korban tak berdosa," kata Jeong Kyeong-doo, Menteri Pertahanan Korea Selatan dalam konferensi pers di kantornya di Seoul, Rabu, 7 November 2018, seperti dikutip dari Yonhap News.
"Para korban termasuk remaja dan perempuan muda, termasuk pelajar perempuan dan wanita hamil yang bahkan tidak ikut berunjuk rasa," kata Jeong.
Selama konferensi pers
yang ditayangkan secara nasional di televisi Korea Selatan, Jeong berjanji akan
memulihkan harga diri korban dan mencegah peristiwa pahit ini agar tidak
terulang kembali. Militer juga diingatkan untuk mendukung warga negara, bukan
mereka yang berkuasa.
Sehari sebelum Kyeong-doo
menyampaikan permohonan maaf, Perdana Menteri Lee Nak-yon sudah lebih dahuku
menyatakan maaf kepada para perempuan yang menjadi korban serangan seksual
pasukan militer pada 1980.
"Ketidakadilan menggerakkan kekuasaan negara untuk menginjak-injak hidup para perempuan... saya merasa sedih tak terkatakan dan menyesal," kata Nak-yon.
Pernyataan maaf Jeong
disampaikan seminggu setelah tim pencari fakta pemerintah mengumumkan ada 17
kasus penyerangan seksual oleh tentara saat darurat perang dipicu unjuk rasa
besar-besaran di Gwangju.
Menurut data resmi
pemerintah, lebih dari 200 orang tewas dan hilang dalam unjuk rasa menolak
pemerintahan yang dipimpin jenderal Chun Doo-hwan.
Unjuk rasa berdarah
Gwangju terjadi saat kudeta militer di Korea Selatan pada Desember 1979.
Jenderal Chun Doo-hwan merebut kekuasaan. Ribuan orang menjadi korban dalam
kudeta militer.
Seperti dikutip dari
Channel News Asia, para pengunjuk rasa di kota di selatan kota Gwangju dan
orang-orang yang melintas dipukuli hingga tewas, disiksa, dan ditusuk bayonet
dan tubuh mereka ditembus peluru tajam.
Kelompok konservatif
menuding para pengunjuk rasa sebagai pemberontak Komunis.
Seorang pengunjuk rasa
bernama Kim Sun-ok dalam satu wawancara di televisi mengaku telah diperkosa
oleh penyelidik pada tahun 1980. Saat itu aparat melakukan investigasi kasus
pemerkosaan yang terjadi pada saat unjuk rasa. Hasilnya, penyelidik mendata terjadi
17 kasus pemerkosaan yang dialami perempuan Korea Selatan pada unjuk rasa tahun
1980. Namun Kim menolak permintaan maaf tersebut.
"Saya tidak mendengarkan itu karena pengalaman traumatis saya. Jutaan maaf tidak ada artinya kecuali mereka penanggung jawab dibawa ke pengadilan dan dihukum," ujar Kim.
Isu tentara pendukung
jenderal Chun memperkosa para perempuan saat unjuk rasa besar-besaran di
Gwangju lama disimpan di balik karpet sementara trauma para korban terus
diabaikan. Presiden Moon Jae-in membongkar peristiwa pemerkosaan hingga muncul permohonan
maaf secara resmi dari pemerintah dan militer Korea Selatan.
Sumber: Tempo.Co
0 komentar:
Posting Komentar