30 Juli 2018 12:52 | Yeni
Endah
Hubungan cinta antara Pramoedya Ananta Ter dan Maemunah
adalah cinta tanpa syarat, suatu hubungan yang sederhana, indah tanpa pretensi.
Maemunah, istri seorang penulis legendaris Pramoedya
Ananta Toer berasal dari keluarga kaya. Maemunah adalah keponakan pahlawan
nasional, Muhamammad Husni Thamrin.
Ketika Maemunah menikah dengan Pramoedya Ananta Toer,
Maemunah diboyong ke rumah kontrakan di Utan Kayu. Demi cintanya pada Pramoedya
Ananta Toer, Maemunah rela menjalani kehidupan yang berbanding terbalik, 360
derajat dari kehidupan sebelumnya.
Pernikahan Pramoedya Ananta Toer dan Maemunah (Foto by : CNN Indonesia)
Di rumah kontrakan itu, Pramoedya Ananta Toer, biasa
bekerja di ruang depan, menghadap ke halaman. Di halaman itu terdapat sumur
umum, tempat warga sekitar mandi dan mencuci.
Maemunah dikenal sebagai wanita yang tangguh karena mau
mengerti dan tabah dalam menghadapi hidup dalam kesulitan bersama Pramoedya
Ananta Toer.
Pramoedya Ananta Toer boleh jadi dikenal sebagai
sastrawan hebat yang berkali-kali dinominasikan sebagai peraih Nobel sastra,
tetralogi Pulau Burunya laku dan dicari banyak orang. Tetapi awal-awal kehidupan
penulisnya kondisi tak lebih baik dari anak jalanan. Miskin dan sakit-sakitan.
Pramoedya Ananta Toer saat keluar dari Pulau Buru, disambut Maemunah
dengan hangat dan mesra (Foto by CNN Indonesia)
Kehidupan Pramoedya Ananta Toer yang keras dan susah ini,
digambarkan dari karyanya Cerita Dari Blora dan Bukan Pasar Malam. Sehingga
bolehlah kiranya bahwa kerasnya pendirian Pram, begitu biasa Pramoedya Ananta
Toer disapa, dalam hidup, ditempa oleh pengalamannya semasa muda. Yang mungkin
oleh Istri pertamanya salah ditafsir dan dimaknai sebagai hidup yang tak
berguna dan sengsara.
Dalam banyak kesempatan Pramoedya Ananta Toer
menggambarkan istri pertamanya dengan kurang baik. Seperti merongrong suaminya karena kurang keras bekerja atau dalam Bukan
Pasar Malam mata yang dulu bagus dan yang
kini tak menarik hatiku lagi itu.
Tetapi setelah berpisah dengan istri pertamanya,
Pramoedya Ananta Toer menemukan tambatan hatinya. Maemunah, seorang wanita
berhati lembut yang menemani Pramoedya Ananta Toer hingga akhir hayatnya.
Awal pertemuan Pramoedya Ananta Toer dengan Maemunah.
Saat itu Maemunah menjaga stand buku Toko Gunung Agung. Dalam sebuah fragmen
Pram berkata:
Pertemuan dan
perkenalan dengan ibumu membikin semangat hidupku bangkit kembali. Dengan dia
aku akan hidup.
Sebelumnya Pramoedya Ananta Toer yakin bahwa ia akan mati
sebelum umur 30, namun kini ia menemukan bara kehidupan baru. Seakan hidup
Pramoedya Ananta Toer yang kedua dimulai pada saat ia bertemu dengan Maemunah.
Saat berkenalan dengan Maemunah ternyata Pramoedya Ananta
Toer tidak mengetahui perihal siapakah Hadji Abdulah Thamrin, Ayahanda Maemunah
yang juga saudara dari M.H Thamrin itu.
Apalagi perihal kekayaan Ayahanda Maemunah yang banyak
memiliki rumah di Jakarta saat itu. Maemunah pun tampaknya tidak begitu peduli
dengan materi, karena dengan Pramoedya Ananta Toer, ia tidak berbagi cerita
tentang kekayaannya. Barangkali itu pula yang membuat Pramoedya Ananta Toer
jadi kasmaran.
Pramoedya Ananta Toer menggambarkan perasaannya pada Maemunah Seakan-akan mereka berdua bertemu sebagai orang yang tak punya sangkut paut dengan apapun. Hubungan yang terjalin diantara keduanya polos, tanpa sesuatu syarat, suatu hubungan yang sederhana, indah tanpa pretensi.
Maemunah menemani Pramoedya Ananta Toer hingga akhir hayatnya dalam
suka maupun duka (Foto by CNN Indonesia)
(brl/red)
0 komentar:
Posting Komentar