Penulis Redaksi KSN - April 29, 2019
Konferensi Pers GEBRAK di
Gedung LBH (29/04). Foto: GEBRAK, 2019
Siaran Pers: Gerakan Buruh Bersama Rakyat (GEBRAK)
Pada tanggal 1 MEI 2019 nanti, 20 ribu massa GEBRAK di
Jabotabek dan Banten (dan ratusan ribu buruh lainnya di seluruh Indonesia) akan
turun ke jalan, memperingati Hari Buruh Internasional. Di Jakarta, aksi ini
akan dimulai dari Bundaran Hotel Indonesia dan long march menuju
Istana Negara.
Nining Elitos, Ketua Umum KASBI mengatakan “ MAY DAY 2019
adalah momentum yang sangat penting untuk menyatukan kekuatan rakyat. Di mana
saat ini, kaum buruh dan rakyat Indonesia sedang terpecah oleh
sentimen-sentimen rasis dan fanatisme selama proses pemilu kemarin. Padahal,
siapa pun pemenang pemilu presiden dan siapa pun yang mendominasi pemilu
legislatif, tak akan membawa perubahan besar bagi rakyat. Kita secara tegas
menolak sentimen-sentimen rasisme, mengecam tindakan-tindakan pemaksaan
kehendak berdasar isu-isu Agama atau Ras.”
Pernyataan Nining Elitos ini didasarkan pada kenyataan,
bahwa kedua kubu yang terlibat dalam pemilihan Presiden, komposisi kekuatan
politik yang paling menentukan adalah kekuatan politik pemodal, dan bahkan
banyak di antaranya yang bisnisnya saling berhubungan walaupun berbeda kubu
politik pilpres ataupun berbeda partai politiknya. Juga berdasarkan kenyataan,
semakin maraknya, pemaksaan kehendak sekelompok masyarakat terhadap kelompok
masyarakat lainnya dengan menggunakan isu SARA, bahkan dengan dalih UU.
Nining juga menegaskan “bahwa kaum buruh di Indonesia
adalah bagian dari kaum buruh dan rakyat dunia. Oleh karena itu, penting bagi
kaum buruh Indonesia untuk memberikan dukungan dan solidaritas bagi perjuangan
rakyat di belahan dunia lain. Kita harus memberikan dukungan bagi perjuangan
Rakyat Palestina dalam melawan penjajahan Israel.
Demikian juga, kita harus memberikan dukungan bagi Rakyat
Venezuela yang sedang berjuang melawan Intervensi Amerika Serikat dan
sekutunya.“
Lebih jauh, mantan buruh pabrik ini menyatakan “Dalam
situasi krisis kapitalis dunia, peperangan di berbagai tempat dan ancaman
perang baru yang diprovokasi oleh kekuatan-kekuatan imperialis, maka kaum buruh
dan rakyat sedunia harus semakin mempererat solidaritas, memperkuat
persatuannya dan bersama-sama menyerukan hentikan perang yang mengorbankan
rakyat.“
Sementara itu, Ilhamsyah, Ketua Umum KPBI dalam
kesempatan yang sama menyatakan “ Selama lima tahun pemerintahan Jokowi, tidak
terlihat kebijakan-kebijakan pemerintahan Jokowi yang membela kepentingan kaum
buruh dan rakyat kecil. Di pihak oposisi pun, tak ada yang sungguh-sungguh
berjuang bersama kaum buruh dan rakyat kecil. PHK massal semakin marak terjadi
dan ke depan.”
Terkait itu, Ilhamsyah menambahkan bahwa “menjelang Idul
Fitri, biasanya akan terjadi lagi gelombang PHK massal yang dilakukan pengusaha
untuk menghindari pembayaran THR. Sementara Pemerintah, DPR, Partai Politik,
Aparat Penegak Hukum hanya diam saja.”
Dalam bulan-bulan belakangan ini, aksi-aksi buruh menolak
PHK massal memang banyak terjadi. Seperti aksi Awak Mobil Tanki Pertamina ( AMT
Pertamina), aksi buruh PT Freeport, aksi buruh PT Dada Purwakarta, aksi buruh
PT SI Tuban. PHK akibat relokasi pun marak terjadi. Misalnya yang terjadi di
Sukabumi, yaitu PT Prima Sukses, PT Sentosa Utama Garmindo, PT PT Star
Comgistik Indonesia, PT Anugrah dan PT Muara Griya Lestari.
Aktivis 98 tersebut, yang hingga kini masih terus berada
dalam barisan perjuangan rakyat, juga menambahkan, “selain PHK massal, kesejahteraan
kaum buruh Indonesia pun semakin menurun. Penggunaan hubungan kerja fleksibel
seperti outsourcing, sistem kerja kontrak berkepanjangan dan sistem magang
telah memukul hak-hak buruh untuk mendapatkan kesejahteraannya.
Lebih lanjut, Ia menjelaskan bahwa “bersamaan dengan itu,
PP 78/2015 tentang upah minimum juga telah menekan upah buruh Indonesia secara
drastis. Oleh karena itu, dalam MAY DAY 2019 ini, kita pun semakin keras
menyuarakan tuntutan-tuntutan terkait kesejahteraan buruh tersebut.“
MAY DAY 2019, rupanya bukan saja menjadi momentum bagi
kaum buruh saja untuk menyuarakan tuntutan-tuntutannya, sebab dalam barisan
Gerakan Buruh Bersama Rakyat (GEBRAK) terlibat juga barisan kaum tani.
Sekretaris Jenderal Konsorsium Pembaharuan Agraria, Dewi
Kartika–yang juga merupakan salah seorang panelis dalam debat Capres ke II,
menyatakan “bahwa persoalan-persoalan kaum buruh, erat kaitannya dengan
persoalan kaum tani, demikian juga sebaliknya. Salah satu penyebab kenapa kaum
buruh semakin rendah posisi tawarnya adalah akibat semakin banyak perampasan
tanah di desa-desa yang dilakukan negara dan atau perusahaan-perusahaan besar.
Dewi Kartika menambahkan, bahwa “rakyat di desa, banyak
yang kemudian ke kota–bersaing dengan angkatan kerja lainnya, untuk menjadi
buruh. Selain itu, tingkat kesejahteraan petani di desa yang tak bisa menjamin
masa depan kaum tani, juga membuat para pemuda desa untuk migrasi ke kota-kota
besar.“
Lebih jauh menurut Dewi, “akan hadir sekitar 1000 petani
dari wilayah Jabotabek dan Banten dalam MAY DAY nanti. Dan bersama-sama dengan
kaum buruh, kami juga akan menyuarakan agar perampasan tanah, konflik agraria
dan kriminalisasi kaum tani untuk segera dihentikan.“
Selain kaum tani, ratusan pelajar dan mahasiswa juga akan
turut bergabung. Salah satu kelompok pelajar yang akan turun adalah Aliansi
Pelajar Jakarta (APJ). Perwakilan APJ, menyampaikan “sebagai pelajar, adalah
penting untuk mulai terlibat dalam gerakan perlawanan. Apalagi ini adalah MAY
DAY, Hari Buruh Internasional.”
Menurut Perwakilan APJ tersebut, “orang tua kami adalah
pekerja, dan mereka harus bekerja sangat keras agar kami bisa sekolah karena
biaya sekolah kami mahal, sementara gaji orang tua kami tidak banyak. Kami juga
sekarang ini, didorong untuk ikut dalam program magang, yang kelihatannya
sebagai program pelatihan, tapi kenyataannya banyak teman-teman kami yang malah
bekerja layaknya buruh, tapi tidak mendapatkan hak layaknya para buruh “
Di samping persoalan-persoalan di atas, Gerakan Buruh
Bersama Rakyat (GEBRAK) juga mengeluarkan satu seruan bersama, bahwa untuk
mengubah keadaan Indonesia, untuk mengubah keadaan kaum buruh dan rakyat kecil,
maka rakyat harus membangun organisasinya sendiri.
Perlawanan akan jauh lebih kuat, jika semua lapisan
rakyat kecil membentuk organisasi-organisasi perlawanan. Lebih lanjut GEBRAK
juga menyerukan kepada seluruh kekuatan rakyat yang saat ini sudah
terorganisir, untuk segera menyatukan diri dalam sebuah agenda pembangunan
kekuatan politik rakyat, sebuah partai politik rakyat.
Setelah MAY DAY, GEBRAK akan mengupayakan sebuah agenda
konsolidasi antar gerakan rakyat, untuk bersama-sama membicarakan rencana
kerja-kerja pembangunan alat politik rakyat ini, sebab jika kekuatan oligarki
telah mendominasi semua kekuatan politik hari ini, menguasai lembaga-lembaga
negara, menguasai aparatus penegak hukum dan bahkan militer, maka tidak ada
jalan lain, rakyat Indonesia pun harus bersatu dalam satu alat politik bersama
untuk merebut negara dari cengkeraman oligarki.
Jakarta, 29 April 2019
Gerakan Buruh Bersama Rakyat (GEBRAK)
KPBI, KASBI, KSN,
SGBN, SPBP JARKOM PERBANKAN, SP DANAMON, SP JHONSON, PERGERAKAN PELAUT
INDONESIA (PPI), FPPI, LMND, AKMI, FMK, SMI, GPPI, SEMAR UI, APJ (Aliansi
Pelajar Indonesia), GPMJ, LBH JAKARTA, YLBHI, KIARA, KPA, KPO PRP, MAHARDIKA,
BEM JENTERA, BEM ESA UNGGUL, GMNI PRESIDIUM, LIPS, KONTRAS, TURC, SEMPRO, WADAH
PEGAWAI WP-KPK, KOMITE PEKERJA FREEPORT,
Juru Bicara :
– Nining Elitos: 0813 1733 1801
– Ilhamsyah: 0812 1923 5552
– Yahya: 0813 1672 4952
0 komentar:
Posting Komentar