10 Mei 2018 18:22
indikatorbima.com
Untuk mengenang sebuah kejadian bersejarah biasanya kita
akan mengenang kejadian tersebut dengan berbagai cara bisa dengan
memperingatinya, mengabadikannya dalam sebuah karya seni atau yang lainnya.
Begitu pun ketika seorang sineas ikut andil dalam mengabadikan sebuah kejadian
atau peristiwa besar dengan membuat sebuah film dalam mengenang kejadian
tersebut.
Banyak sekali kejadian besar yang sudah diabadikan oleh
sineas sebagai sebuah karya seni seperti kejadian kemanusiaan, bencana alam,
konflik yang berkepanjangan , perang dan masih banyak lagi. Sineas tersebut
menyusun detail demi detail kejadian agar menjadi sebuah karya yang dapat
dinikmati oleh semua kalangan dan untuk mengenang kejadian tersebut.
Peristiwa besar dan masih menjadi sebuah kejadian perisiwa
berdarah terbesar saat ini di indonesia adalah peristiwa G30S/PKI yang masih
melekat di benak kita yang telah memakan korban hingga ribuan orang. Peristiwa
kemanusiaan ini menjadi yang terburuk yang pernah ada bahkan aktivis HAM di
luar negeri sangat menyoroti peristiwa ini. Seperti kita tahu sebelumnya bahwa
peristiwa gerakan G30S/PKI adalah peristiwa penculikan dan pembunuhan yang
dilakukan oleh partai komunis indonesia (PKI) kepada sepuluh jendral angkatan
darat.
Lazimnya dalam sebuah peristiwa kita akan memandang
sebuah kejadian tersebut dari paradigma yang berbeda hingga kita dapat
mengetahui sebenarnya realita dari sudut pandang yang berbeda. Kali ini kita
akan membahas peristiwa keanusiaan ini dari beberapa sudut pandang film dan
sineas. Seperti kita tahu bahwa beberapa film-film yang sempat booming di
indonesia sedikit menyentil peristiwa kemanusiaan ini. berikut adalah beberapa
film yang menggali sudut pandang yang berbeda dari kejadian G30S/PKI.
nasional.tempo.co
Pertama adalah film besutan sineas Arifin C. Noer yaitu
Peristiwa Pemberontakan G30S/PKI film yang berdurasi cukup panjang ini dibuat
atas usulan dari Brigjen TNI Gufron Dwipayana orang dekat presiden Soeharto
kala itu.
Film yang di produksi langsung oleh Produksi Film
Nasional (PFN) menceritakan bagaimana peristiwa tersebut berlangsung kita dapat
melihat bagaimana para komplotan pemberontak menembaki para jendral bagaimana
mereka di bawa ke lubang buaya untuk di eksekusi.
Film yang awalnya menjadi tontonan wajib setiap tanggal
30 september tersebut sudah di hentikan penayangannya sejak 30 september 1998
ini karena di sinyalir menjadi pencuci otak kita mengenai peristiwa tersebut
dan juga di duga menjadi pengkaburan sejarah dari kejadian yang sebenarnya.
Film ini pun di duga menjadi propoganda rezim orde baru.
en.wikipidia.com
Film kedua yang mengangkat isu peristiwa gerakan 30
September adalah film fiksi horror berjudul Lentera Merah. Film garapan
sutradara Hanung Bramantyo ini berkisah mengenai peristiwa perekrutan anggota
baru lentera merah. Lentera merah merupakan sebuah majalah kampus yang sudah
ada sejak dulu dengan tulisan-tulisannya yang kritis dan berani.
Setelah peristiwa pemberontakan PKI di tahun 60an lentera
merah masih tetap dengan tulisannya yang berani. Risa Apriliyani adalah seorang
jurnalis di lentera merah yang kala itu berani mengkritisi orde baru. Karena
keberaniannya itu risa di tuduh sebagai antek-antek PKI karena fitnah kepada
orang tuanya yang di sebut sebagai anggota PKI.
Risa di bunuh karena di tuduh terlibat PKI dan di
mayatnya di masukan kedalam sebuah ruangan sempit di kantor redaksi lentera
merah, sejak kejadian itu arwah risa selalu menuntut balas dengan
membunuh teman-temannya dengan terlebih dahulu memutar lagu Puspa Dewi. Dari
film ini kita akan mengetahui pasca penumpasan PKI banyak sekali warga yang tak
bersalah menjadi korban pembunuhan akibat tuduhan PKI yang belum tentu
terbukti. Seperti kita ketahui bahwa banyak sekali korban asal tuduh yang
berujung pembunuhan masal saat itu.
id.wikipedia.org - Berkas:Gie_film.jpg
Selanjutnya adalah film legendaris garapan rumah produksi
Miles apalagi kalau bukan film GIE. Film yang diadaptasi dari buku harian
seorang tokoh revolusioner Soe Hok Gie yang berjudul Catatan Seorang Demonstran
ini menyuguhkan kejadian orde lama dan orde baru.
Film yang sedikit menyentil isu-isu politik ini merupakan
film yang sangat sukses dengan meyabet piala citra di tiga kategori sekaligus.
Film garapan Riri Riza ini berkisah mengenai Gie seorang
demontran dan pecinta alam dari Universitas Indonesia (UI). Gie sejak
remaja sudah menerapkan konsep-konsep idealis yang dipaparkan oleh intelek
kelas dunia. Dari film gie kita dapat belajar mengenai pergolakan politik
antara orde baru dan orba, mengenai sebuah ideologi.
Pada saat terjadinya pemberontakan PKI pada tahun 65, gie
harus kehilangan teman kecilnya Han yang di culik dan diasingkan yang kemudian
di bunuh di pulau bali. Pada adegan tersebut kita kembali akan merasakan betapa
mudah setiap orang membunuh dengan hanya tuduhan PKI. Banyak sahabat, keluarga
dan teman yang menjadi korban pembunuhan. Dan seperti kita tahu bali adalah
salah satu tempat pembunuhan masal pasca pemberontakan PKI.
Thecinematika.com
Film selanjutnya yang mengangkat isu PKI adalah The
Act of Killing atau dalam bahasa indonesia disebut Jagal. Film besutan
sutradara Joshua Oppenheimer ini merupakan film dokumenter yang berkisah
mengenai Anwar Kongo seorang preman pasar yang di rekrut menjadi seorang
eksekutor bagi para tertuduh PKI di medan.
Anwar menceritakan bagaimana dia membunuh para tertuduh
tersebut dan mempraktikannya. Film ini sempat menuai kontroversi karena
diduga menyudutkan pemuda pancasila sebagai dalam pembantaian. Namun
begitu film ini masuk kedalam nominasi oscar sebagai film dokumenter asing
terbaik.
thelookofsilent.com
Dan yang terakhir adalah film The Look of Silent atau
Senyap. Film dokumenter masih garapan Joshua Opppenheimer ini juga masih
mengangkat isu PKI dimana sudut pandangnya berubah menjadi perasaan para
keluarga korban pembantaian terduga PKI. Adalah Adi seorang tukang
kacamata keliling yang mencari bukti-bukti kakak kandungnya Ramli. Dalam
film tersebut Adi diajak untuk menemui para eksekutor kakaknya tersebut.
Dalam film ini kita akan melihat betapa bangga mereka melakukan
pembunuhan tersebut layaknya seorang pahlawan.
Kita tahu bahwa peristiwa ini menimbulkan banyak korban
yang menjadi saksi bisu pembantaian para terduka PKI tersebut. Dari
gambaran diatas kita mengetahui betapa gampangnya kita membunuh seseorang atas
dasar tuduhan menjadi seorang PKI.
Sebuah peristiwa yang telah terjadi pasti akan
menimbulkan sebuah kenangan pait atau pun manis yang mana kita harus
memaknainya secara bijak.
0 komentar:
Posting Komentar