Tentang MEI 1998 - Wiranto, Prabowo dan Lumintang
Ilustrasi: Johni Lumintang dan Prabowo Subianto [ist]
JAKARTA, (TNI Watch!). Letjen TNI Johny Lumintang,
menantang Letjen (Purn) Prabowo Subianto, untuk tidak kepalang tanggung
membongkar peristiwa Kerusuhan Mei 1998. Prabowo, mantan Danjen Kopassus dan
Pangkostrad, berencana menulis buku tentang Kerusuhan Mei 1998, yang
menyebabkan jatuhnya Soeharto dan dicopotnya Prabowo dari jabatan prestisius
Pangkostrad.
Johny menantang Prabowo agar jujur jika buku itu ditulis
dari berbagai peristiwa seputar Kerusuhan Mei 1998 tersebut.
"Lebih baik kalau dia buka-bukaan, semuanya. Dan harus fair. Misalnya, mengapa saya kok cuma menjabat Pangkostrad selama 17 jam," ujar Lumintang.
Lumintang, lulusan Akmil 1970, memang memiliki dendam
tersendiri di seputar peristiwa itu. Setelah Soeharto jatuh, pada 21 Mei 1998,
Panglima ABRI, Jendral TNI Wiranto mencopot Pangkostrad Prabowo dan
menggantikannya dengan Johny Lumintang. Tapi belum sehari memimpin kesatuan
terbesar di Angkatan Darat itu, Lumintang sudah diganti jendral lain, yakni
Mayjen TNI Djamari Chaniago. Hingga kini, tidak ada pemberitahuan resmi kepada
Lumintang, mengapa ia dicopot dalam 17 jam.
"Saya kaget waktu itu," ujar Lumintang. Ada yang bilang, ini karena desakan kubu "ABRI Hijau", yakni jendral-jendral yang menggunakan politik aliran (Islam) pimpinan Prabowo, karena Lumintang adalah jendral Kristen.
Lumintang adalah orang Manado. Ia dan Prabowo sebenarnya
masih saudara. Prabowo masih adik sepupu Lumintang. Ny. Soemitro
Djojohadikusomo, ibu Prabowo, adalah seorang perempuan asal Manado dan beragama
Kristen. Dari Ny. Soemitro inilah hubungan keluarga Prabowo dan Lumintang
terjadi. Namun, kendati mereka berdua masih saudara, jalan yang ditempuh
masing-masing berbeda. Prabowo, lulusan Akmil 1974, memilih jalan politik
aliran di klik "ABRI Hijau", sedangkan Lumintang memilih berada di
jalur ajaran Panglima Besar Jendral Soedirman, menjadi TNI yang Nasionalis. Ia
tergabung di kelompok "ABRI Merah-Putih."
Permusuhan Lumintang vs Prabowo sudah dimulai sejak
Lumintang jadi Komandan Korem 164/Wiradharma Timor Timur (1993-1995). Prabowo,
sebagai Wadanjen Kopassus, sering melakukan operasi-operasi intelijen dan
operasi militer di Timor Timur, di luar pengetahuan Lumintang.
Lalu, pertikaian keduanya berlanjut ketika Prabowo dan
pasukan Kopasusnya datang ke Irian Jaya (kini Papua) untuk ikut menangani kasus
penyanderaan sejumlah peneliti oleh gerilyawan Organisasi Papua Merdeka (OPM),
1996. Prabowo ketika itu Danjen Kopasus dan Lumintang adalah Kasdam
XII/Trikora. Kodam Trikora, ketika itu Pangdamnya Mayjen TNI Dunidja, marah
karena pasukan Prabowo tidak mau tunduk di bawah komando Panglima Kodam, dan
bahkan melancarkan operasi sendiri, tanpa koordinasi dengan pasukan Kodam.
Soal rencana Prabowo menulis buku seputar peristiwa
Kerusuhan Mei 1998, Lumintang akan akan menyumbangkan versinya. Lumintang
menyebut nama Jendral Wiranto yang menurutnya memegang banyak kunci dan mantan
peristiwa itu.
Peristiwa Mei merupakan rencana Mabes ABRI ketika itu
untuk "membakar" Jakarta dan kota-kota besar lainnya. Tujuannya,
seperti skenario Malari, mengkambinghitamkan mahasiswa sebagai penyebab tragedi
itu. Ketika itu, para komandan tentara memerintahkan pasukannya berdiam dimarkas-markas,
dan para jendral yang bertanggungjawab atas keamanan, terbang ke Malang karena
ada pelantikan Panglima Divisi II/Kostrad (termasuk Prabowo yang ketika itu
Pangkostrad). Sepulang dari Malang para jendral itu berkumpul di Mabes ABRI,
memantau Jakarta dilalap kerusuhan, pembunuhan, perkosaan dan penjarahan.
Jika Prabowo mengungkap semuanya, hampir semua jendral
Angkatan Darat yang kini masih aktif, akan terseret dalam tanggungjawab.
Makanya, Wiranto dan jendral-jendral yang dulu memegang kendali keamanan ibukota,
kini ketar-ketir.
Beranikah Prabowo mengungkap semuanya? Atau ia hanya akan
mengungkap secuil kisah yang akan membersihkan namanya dari tuduhan perencana
kerusuhan dahsyat itu?
Jika Prabowo berani benar-benar terbuka dan bersikap
obyektif dalam penyusunan buku putihnya, diperkirakan akan banyak masalah yang
terungkap. Baik yang masih benar-benar belum diketahui masyarakat luas, maupun
yang pernah berkembang sebagai isu tanpa pernah diklarifikasi secara benar.
Di antara peristiwa tersebut, adalah beberapa kebijakan
Jenderal TNI Wiranto yang dinilai bermotif memanfaatkan keadaan di masa pra dan
pasca kerusuhan Mei, untuk menyingkirkan elite militer yang dianggap berpotensi
untuk menjadi pesaingnya di TNI. Antara lain, Prabowo sendiri.
Sumber: politikus sipil, anonim, Jakarta
0 komentar:
Posting Komentar