Muhamad Ridlo - 27 Sep
2019, 04:00 WIB
Foto Sutari, istri mantan pengawal Presiden Soekarno, Mayor (Purn) Abu
Arifin. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Purbalingga - Tragedi 1965, atau G30S PKI pecah dan
mengoyak Indonesia. Suasana mencekam tak berkesudahan terjadi selanjutnya,
dengan dalih pembersihan pelaku atau anggota PKI.
Operasi militer yang ditopang kekuatan milisi terjadi di
berbagai kota. Ribuan orang dibunuh, baik anggota PKI, underbow maupun orang
yang hanya dicurigai simpatisan PKI.
Belakangan, operasi semakin masif. Kaki tangan rezim
Soeharto yang hendak mengambil kekuasaan mulai membersihkan orang-orang yang
berbau Sukarno.
Tentu saja, tak ada yang menyatakan secara resmi bahwa
orang-orang presiden pertama itu menjadi target. Mereka disingkirkan dengan
dalih terlibat atau simpatisan PKI.
Salah satu keluarga yang terkena imbasnya adalah keluarga
Pendeta Dr Abu Arifin. Pria kelahiran Klampok, Banjarnegara ini dulunya adalah
pengawal Presiden Soekarno, pada awal kemerdekaan, meski hanya empat bulan.
Empat bulan itu begitu membekas di hatinya. Terlebih,
istrinya, Sutari begitu mengidolakan sang Putra Fajar. Pendek kata, ia dan
keluarganya adalah Soekarnois sejati, dan bukan anggota maupun simpatisan PKI.
Abu Arifin lebih dikenal sebagai anggota pasukan pengawal
Panglima Besar Jenderal Soedirman. Ia memang sempat berpindah kompi, dari Kompi
3 ke Kompi 1, pengawal istana dan Presiden dan kemudian menjadi pengawal
Jenderal Soedirman.
Ia adalah anggota pasukan Batalyon Mobile Polisi Tentara,
cikal bakal Kesatuan Provost, sekaligus pasukan elite pertama RI. Batalion ini
setingkat divisi, dengan komandan pasukan berpangkat Mayor Jenderal, meski
hanya berkekuatan sekitar 200 personel.
0 komentar:
Posting Komentar