SENIN, 02 JANUARI 2017 | 09:29 WIB
Tiga seniman melakukan aksi teatrikal di makam Tan Malaka Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, Rabu 23 November 2016. Aksi ini dilakukan untuk mempertahankan makam Tan Malaka agar tak dipindah ke Sumatera Barat. Tempo/Hari Tri Wasono
TEMPO.CO, Kediri -Pemerintah Kabupaten Kediri mulai memperbaiki makam pahlawan kemerdekaan Tan Malaka di lereng Gunung Wilis. Makam tersebut juga mulai didatangi peziarah setelah hendak diboyong ke Sumatera Barat oleh Pemerintah Kabupaten Limapuluh Kota.
Usai kedatangan Wakil Bupati Limapuluh Kota Ferizal Ridwan bersama ahli waris Tan Malaka dan sesepuh adat ke Kediri akhir Desember 2016 lalu, diam-diam Pemerintah Kabupaten Kediri mulai membangun jalan menuju makam Tan Malaka di Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri. Sebuah anak tangga dari semen didirikan untuk memudahkan peziarah mendatangi makam yang berada di lembah lereng Wilis.
Kepala Dinas Sosial Kabupaten Kediri Eko Setiono mengatakan pembangunan anak tangga ini menggantikan jalan setapak yang terjal dan licin yang menghubungkan jalan desa dengan makam. Sebelumnya jalur itu kerap membuat peziarah tergelincir dan jatuh di tengah tingginya ilalang liar. “Pemerintah desa yang membangun anak tangga itu,” kata Eko, Senin 2 Januari 2017.
Keberadaan anak tangga itu memang memudahkan para peziarah. Sejak didirikan pertengahan Desember lalu, sejumlah peziarah mulai berdatangan dengan fasilitas jalan yang baru tersebut. Selain itu, kedatangan para peziarah dan wisawatan ini turut terpicu oleh kabar perebutan makam antara Pemerintah Kabupaten Kediri dengan Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat.
Kepala Bagian Humas Pemerintah Kabupaten Kediri Haris Setiawan mengatakan saat ini masing-masing pihak telah menyiapkan tim khusus untuk melakukan perundingan. Pembentukan tim ini disepakati usai kedatangan Wakil Bupati Limapuluh Kota Ferizal Ridwan ke kantor Wakil Bupati Kediri Masykuri Iksan beberapa waktu lalu. “Kami sepakat membentuk tim untuk berunding,” kata Haris.
Sebagai awalan, tim tidak akan langsung membahas boleh tidaknya pemindahan jenasah Tan Malaka seperti keinginan Pemerintah Limapuluh Kota. Menurut Haris, agenda pertama yang dibicarakan adalah mencari landasan hukum atas pemindahan makam pahlawan terlebih dahulu. Payung hukum itu yang akan menjadi dasar melakukan negosiasi dengan Pemerintah Kabupaten Limapuluh Kota. “Jadi belum sampai boleh tidaknya dipindah,” tegasnya.
Di Kediri sendiri masyarakat setempat mulai menunjukkan sikap untuk mempertahankan keberadaan makam Tan Malaka. Bahkan warga Desa Selopanggung sudah menganggap makam tersebut sebagai leluhur mereka karena bersanding dengan makam pendiri desa sejak puluhan tahun silam. Mereka meminta Pemerintah Kabupaten Limapuluh Kota dan keluarga Tan Malaka mempercayakan perawatan makam kepada masyarakat Kediri.
Kepala Desa Selopanggung Waji mengatakan pemerintah desa akan menjadikan makam tersebut sebagai kawasan wisata sejarah. Karena itu sebagai awalan dirinya membangun anak tangga menuju makam untuk memudahkan para peziarah. Ke depan jalan desa yang masih becek bercampur tanah liat akan diperbaiki sebagai bentuk keseriusan merawat makam Tan Malaka yang gugur di desa mereka. “Makam itu akan kami pertahankan,” katanya.
HARI TRI WASONO
0 komentar:
Posting Komentar