Usman Hadi - detikNews
Selasa 09 May 2017, 15:01 WIB
Foto: Usman Hadi/detikcom
Yogyakarta - Pameran lukisan karya Andreas Iswinarto bertema 'Aku Masih Utuh dan kata-kata Belum Binasa, Tribute to #Wiji Thukul', di Kantor Pusat Studi Hak Asasi Manusia (Pusham) Universitas Islam Indonesia (UII), di Banguntapan, Bantul dibubarkan sekelompok orang dari Ormas Pemuda Pancasila (PP).
Direktur LBH Yogyakarta, Hamzal Wahyudin, menduga upaya pembubaran paksa pemeran seni karya Andreas Iswinarto, oleh Ormas Pemuda Pancasila (PP) memiliki relasi dengan pihak kepolisian. Karena pihak kepolisian lakukan pembiaran. Padahal pameran tersebut tak lebih adalah kegiatan akademik biasa.
Buntut dari pelarangan dan pengrusakan itu Direktur Pusham UII, Eko Riyadi, Andreas Iswinarto dan sejumlah elemen sipil lainnya, melaporkan dugaan pengrusakan, pembubaran paksa, penganiayaan, dan perampasan ke Polda DIY. Pengrusakan itu terjadi saat digelar pameran lukisan, di Kantor Pusham UII, di Jl Jeruklegi, Banguntapan, Senin (8/5/2017).
"Hukum harus ditegakkan, kita tunggu keseriusan polisi untuk mengusutnya," kata Direktur LBH Yogyakarta, Hamzal Wahyudin saat konferensi pers di Pusham UII, Selasa (9/5/2017).
Setelah melaporkan ke Polda DIY, Hamzal ingin melihat langkah pihak kepolisian, apakah melakukan pengusutan sebagaimana hukum yang berlaku, atau melakukan pembiaran.
"Sebab tugas polisi itu harus melindungi. Karena hak berkumpul dan melakukan diskusi itu hak konstitusional warga negara," katanya.
Menurut dia ada relasi antara sekelompok orang (Ormas PP) dengan kepolisian. Hal itu akan dibuktikan, apakah laporan tersebut ditindaklanjuti atau tidak. "Kalau tidak ditindaklanjuti, berarti benar ada relasi antara pihak kepolisian dengan mereka," ungkap Hamzal.
Direktur Pusham UII, Eko Riyadi menambahkan upaya pembubaran paksa yang dilakukan Ormas PP, atas pameran bertema 'Aku Masih Utuh dan Kata-kata Belum Binasa' tersebut tak berdasar. Apalagi alasan yang dikemukakan ormas ini karena pameran tersebut berbau komunis. "Padahal ini hanya pameran lukisan saja," kata Eko.
Menurut Eko alasan yang dikemukakan ormas PP terlalu mengada-ada. Sebab tidak ada satupun korelasi antara pameran lukisan abstrak yang terinspirasi oleh puisi Wiji Thukul, dengan paham komunis.
"Tidak (berhubungan) sama sekali. Lha Wiji Thukul sendiri film-nya diputar dan dibuat film secara nasional," katanya.
(bgs/bgs)
https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-3496568/lbh-yogya-tunggu-polisi-tindaklanjuti-kasus-pelarangan-pameran-lukisan
0 komentar:
Posting Komentar