Kamis, 04 Agustus 2016
DILI- Asean Parliamentarian for Human
Rights (APHR) diminta mengingatkan Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia
Tenggara atau yang lebih dikenal dengan Asean Association of Southeast Asian Nations (ASEAN).
Salah satu topik yang disorot adalah tentang hukuman mati di Indonesia
dan pengangkatan Jenderal (Purn) Wiranto sebagai Menkopolhukam dalam
pemerintahan Presiden Joko Widodo.
“Indonesia mendapat sorotan khusus soal
penunjukan pak Wiranto sebagai Menkopolhukam,” Hal ini disampaikan oleh
anggota DPR-RI, Eva Kusuma Sundari dari Partai Demokrasi Indonesia (PDI)
Perjuangan dalam dialog 10 anggota APHR dengan 300 an peserta Asean
People's Forum di Dili Convention Hall, Dili, Timor Leste, Selasa (2/8).
Kepada Bergelora.com juga disampaikan
topik penting lainnya yaitu terkait hukuman mati yang tidak sesuai
standard HAM dan masih dipraktekkan di kawasan Asean
"Saya tetap anti
hukuman mati, dan terus berjuang untuk moratorium, syukur bisa
menghapuskannya. Semoga ini jadi keputusan APF juga sehingga akan pula
menjadi agenda APHR," jelasnya.
Dialog yang menggunakan 3 pilihan bahasa
yaitu Indonesia, Inggris dan Tetum dipandu oleh Hugo Fernandez dari The
Asia Foundation Dili.
Topik penting yang mengemuka adalah isu
perampasan tanah, air, hutan atas nama pembangunan di perkotaan maupun
pedesaan yang dipersoalkan oleh kelompok petani, kelompok adat,
minoritas di Kamboja, Laos, Myanmar, Thailand, Philipina dan Indonesia.
Dalam kesempatan itu, peran parlemen
digugat karena tidak membantu perlindungan hak ekonomi korban baik di
tingkat Legislasi maupun di advokasi lapangan.
"Apa hasil ber-Asean jika kemiskinan bertambah di kawasan ini?", sesal salah satu peserta.
Rachada Dhanadirek menjawab, "APHR sudah
mengirim Tim ke daerah-daerah sungai Mekong dan menulis laporan khusus
tentang hal tersebut. APHR sudah menyampaikan rekomendasi-rekomendasi ke
Asean tapi tampaknya tidak ada mekanisme internal Asean untuk
menindaklanjutinya."
Anggota APHR dari Malaysia, Katshuri Patto mengingatkan Asean mewaspadai menguatnya ideologi dan gerakan radikalisme.
"Bukan saja uang yang bisa dikorupsi, gerakan radikal juga mengkorup demokrasi dan menyebabkan erosi demokrasi," jelasnya.
APHR siap berpartner dengan APF selain
dengan puluhan partner di seluruh Asean sejak 2004 saat pertama kali
berdiri. Faktanya APHR juga diminta beberapa organisasi sipil untuk
menyelenggarakan diskusi topik-topik khusus selama kegiatan APF
berlangsung. (San/Web)
http://www.bergelora.com/nasional/politik-indonesia/3710-nah-parlemen-asean-soroti-pengangkatan-wiranto-jadi-menkopolhukam.html
I am very grateful for this enlightening article. I am new to this issue, but for me it elucidated several questions. Congratulations on your knowledge on the subject. Thank you very much.WinUtilities Professional Edition 14.66
BalasHapus