26/03/2019, 18:24 WIB.
Penulis : Aswab Nanda Prattama
Editor : Bayu Galih
Editor : Bayu Galih
Presiden Soeharto sedang panen bawang putih di Sembalun Lombok tanggal
15/10/1987.(KOMPAS/RAKA SANTERI)
Soekarno saat itu meninggalkan Istana Kepresidenan di
Jakarta setelah mendapat laporan adanya pasukan liar yang bergerak di luar
Istana. Setelah itu, tiga jenderal mendatangi Soekarno di Istana Bogor, yaitu
Brigjen Amirmachmud, Brigjen M Jusuf, dan Mayjen Basuki Rachmat.
Pertemuan itu kemudian menghasilkan surat mandat yang
diberikan Soekarno kepada Letjen Soeharto, selaku Menteri/Panglima Angkatan
Darat.
Bermodalkan Supersemar, Soeharto tidak hanya memulihkan
keamanan, tetapi juga secara perlahan mengambil alih kepemimpinan nasional.
Soekarno sempat menyikapinya dengan mengeluarkan pidato
pembelaan yang dikenal dengan "Nawaksara". Namun, MPRS menolak pidato
pertanggungjawaban itu. Soekarno pun diberhentikan sebagai Presiden pada 22
Juni 1966 dalam Sidang Umum ke-IV MPRS.
Soeharto kemudian ditunjuk sebagai "pejabat
presiden" setahun kemudian, yaitu pada Maret 1967. Penunjukan berdasarkan
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Nomor XXXIII/1967 pada 22
Februari 1967.
Posisi ini diemban Soeharto sampai dipilihnya presiden
oleh MPRS hasil pemilihan umum. Soeharto jadi presiden Selama menjadi pejabat
presiden, Soeharto melakukan sejumlah perubahan terutama rencana pembangunan.
Berbagai sektor mulai dibenahi dan mengubah sistem yang
ada pada era Soekarno. Mendekati pemilihan umum pada 1971, perbincangan hangat
mengenai penunjukan Soeharto menjadi presiden penuh akhirnya muncul.
MPRS melakukan sidang untuk meresmikan kepemimpinan
Soeharto. Dilansir dari Harian Kompas yang terbit pada 23 Maret 1968, pada
musyawarah pleno ke-IV MPRS, beberapa pihak menyuarakan pendapatnya untuk
mengangkat Soeharto menjadi presiden secara penuh.
Mereka adalah perwakilan dari masing-masing partai dan
wilayah di Indonesia. Tentunya, pengangkatan Soeharto jadi presiden harus
disertai upaya menghilangkan nama S dalam MPRS, jadi MPR.
Akhirnya, terjadilah kesepakatan bersama pada 26 Maret 1968,
Soeharto dinyatakan sebagai presiden penuh untuk memimpin Indonesia.
Adapun, mekanisme yang dilakukan MPRS adalah dengan
menyiapkan segala sesuatu terkait pelantikan Soeharto. MPRS juga menyiapkan
rancangan ketetapan baru untuk menjamin lancarnya pelantikan tersebut. Soeharto
dilantik
Soeharto dilantik
Presiden Soeharto saat dilantik/disumpah menjadi Presiden.(Hendranto,
Pat)
Status pejabat presiden yang melekat padanya seketika
berganti menjadi presiden.
Pada 27 Maret 1968, Soeharto menyampaikan pidato
perdananya sebagai presiden ke-2 RI. Harian Kompas yang terbit pada 29 Maret
1968 menjelaskan, Soeharto dalam pidato perdananya menyatakan dua tema pokok:
Pertama, mengisi kemerdekaan dengan meningkatkan kesejahteraan
rakyat.
Kedua, menegakkan konstitusi termasuk mengembalikan
demokrasi. Menurut Soeharto, kedua tema ini tak boleh dipertentangkan namun
diserasikan satu sama lain.
Dalam upacara pelantikan selama 40 menit itu, Soeharto
juga mengajak masyarakat untuk melaksanakan putusan-putusan SU (Sidang Umum)
ke-V MPRS terutama bidang pembangunan.
Ke luar negeri Sehari setelah pelantikannya menjadi
presiden, Soeharto mempunyai jadwal kunjungan ke luar negeri. Jepang dan
Kamboja menjadi tujuan rombongan presiden. Khusus Jepang, kunjungan ini
bertujuan untuk mencapai kerja sama ekonomi.
Rombongan terdiri dari 45 orang, yaitu para pejabat
negara dan wartawan. Sebelum Soeharto berangkat, mandat untuk menjaga keamanan
dan keselamatan negara diberikan kepada menteri negara Hamengkubuwono IX,
sekaligus menjadi pejabat presiden.
Harian Kompas yang terbit pada 28 Maret 1968 menulis,
Soeharto memberikan mandat kepada Hamengkubuwono IX untuk melaksanakan tugasnya
sehari-hari sebagai Kepala Negara selama berada di luar negeri.
Ia juga mempunyai wewenang sebagai menteri luar negeri
karena Menlu Adam Malik juga ikut presiden ke luar negeri. Sejarah menarik
tentang perjalanan kepemimpinan Soeharto hingga dia dijatuhkan oleh gerakan
Reformasi 1998
Sumber: Kompas.Com
Sumber: Kompas.Com
0 komentar:
Posting Komentar