Reporter: Ahmad Rafiq
(Kontributor)
Editor: Tulus Wijanarko
Kamis, 28 Maret 2019 19:30
WIB
Kivlan Zen, saat berkunjung
di kantor redaksi Majalah TEMPO, Jln Proklamasi No 72, Jakarta Pusat, 4 Oktober
2006. TEMPO/Cheppy A. Muchlis
Surakarta - Mayor Jenderal Purnawirawan TNI Kivlan Zen mengajak
semua pihak untuk duduk bersama untuk menyelesaikan masalah-masalah yang
mengiringi perjalanan sejarah Indonesia pada masa lalu. Hal itu perlu dilakukan
sebagai upaya untuk menghentikan segala dendam yang masih tersimpan.
"Banyaknya dendam membuat Indonesia tidak maju-maju," katanya dalam diskusi Pelurusan Sejarah 1998, di Wedangan Jagongan Solo, Kamis petang 28 Maret 2019. Kondisi itu juga membuat Indonesia jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lain.
Kivlan menyebut terdapat berbagai konflik di masa lalu
masih terus menyisakan dendam hingga saat ini. Beberapa contoh konflik masa
silam itu, antara lain, soal pemberontakan Partai Komunis Indonesia, DI/TII,
Persemsta hingga misteri yang terjadi di seputar jatuhnya Orde Baru.
Segala macam misteri tersebut menurutnya bisa terungkap
jika semua pihak yang terlibat bisa duduk dalam satu meja.
"Siapa yang bersalah atau punya dosa harus bicara," katanya. Langkah itu perlu diambil guna terciptanya rekonsiliasi yang harus dilakukan semua komponen bangsa.
Kivlan mencontohkan hilangnya penyair Widji Thukul yang
belum terungkap hingga saat ini.
"Saya sendiri juga tidak tahu," katanya.
Demikian pula dengan kasus pembunuhan Munir yang masih menyimpan
banyak misteri.
Kasus-kasus yang diliputi misteri itu selalu berpotensi
untuk menjadi isu liar dan menyisakan dendam tak berkesudahan.
"Yang dosa harus mengaku dosa, kemudian kita harus mulai melangkah ke depan," katanya.
AHMAD RAFIQ (Solo)
Source: Tempo.Co
0 komentar:
Posting Komentar