Oleh: didik | Sep 20, 2018
SIAGAINDONESIA.COM-Waktu masih menunjukan pukul 16.45 WIB
pada Kamis sore, (20/09), situasinya memang kurang begitu cerah langit terlihat
mendung. Bersama dua rekan Mas Tanto dan Mas Yono saya bertamu ke rumah Mbah
Iswanudin yang usianya sekitar 70 tahun di Dusun Kedungwaru, Desa Katikan,
Kecamatan Kedunggalar, Ngawi.
Agak sedikit canggung untuk mengorek keterangan dari Mbah
Iswan sapaan akrab Iswanudin. Beberapa kali ditanya tentang sejarah kelam PKI
tahun 1965 ia terlihat gugup dan terkesan ketakutan. Entah apa yang dirasakan
atau dilihat pada masa itu oleh Mbah Iswan. Setelah diyakinkan kalau toh
sebatas mencari jejak kuburan massal PKI tanpa maksud lain ia pun mulai membuka
diri.
Sambil menghela nafas duduk di kursi tamu, Mbah Iswan
bercerita sesuai yang dilihat saat itu yakni pembantaian massal terhadap
orang-orang yang dianggap terlibat gerakan PKI. Menurutnya, secara keseluruhan
orang yang dibantai dilokasi sawah dekat rumahnya ada 120 orang. Hanya saja
yang ia lihat dengan mata telanjang ditahun 1965 ada 40 orang.
Tuturnya, puluhan orang tersebut dibunuh dengan cara
dibacok memakai klewang (pedang-red) dengan mata terbuka tanpa ditutup. Dalam
kondisi seperti itu para korban langsung dimasukan kedalam lubang bekas galian
emas seluas 2 meter dengan kedalaman 2 meter. Menurut Mbah Iswan, para algojo
atau orang yang membantai berasal dari pemuda Ansor.
“Waktu itu saya masih muda yang dibacok itu ya ada pria juga ada perempuan (Gerwani-red) dan persis yang saya lihat ada 40 an orang. Tapi saat itu totalnya ada 120 orang mereka dikubur kedalam dua lubang,” terang Mbah Iswan.
Bebernya, dari sebagian orang-orang PKI yang dibantai ada
yang ditembak oleh tentara saat itu. Sebelum di eksekusi mereka dikumpulkan
dekat lubang yang dipersiapkan dengan pengawalan ketat. Kata Mbah Iswan, saat
kejadian dirinya ditugaskan untuk mengawal para calon korban menuju tempat
eksekusi dengan bersenjatakan sebilah pedang. Hanya saja identitas orang-orang
PKI yang dibantai sama sekali tidak dikenalnya baik nama maupun alamat.
Setelah membeberkan cerita kelam tersebut dengan langkah
pasti ia mengajak ke suatu tempat dimana sebagai lokasi kuburan massal.
Sayangnya, dilokasi yang disebutkan Mbah Iswan tidak ada tanda sama sekali
sebagai kuburan massal. Sekarang ini lokasi kuburan itu diatasnya ditanami padi
oleh petani setempat.
Dengan kondisi seperti itu kurang pas kalau toh tidak ada
papan atau penunjuk tentang lokasi kuburan massal. Padahal jika dirunut para
korban yang dianggap PKI oleh pemerintah saat itu jelas mempunyai ahli waris
dan keturunan.
Ditulis : D. Purwanto.
Sumber: Siaga Indonesia
0 komentar:
Posting Komentar