29 September 2018
20:12 WIB
BREBES – Setiap 30 September, Bangsa Indonesia sudah
pasti akan mengingat sejarah kelam, dimana pada tahun 1965 terjadi sebuah
pemberontakan oleh PKI. Peristiwa tersebut kita kenal dengan Gerakan 30
September (G30S/PKI).
Di Kabupaten Brebes, terdapat beberapa tempat bersejarah
yang merupakan saksi bisu penumpasan PKI. Salah satunya di Jembatan Pemali
Gantung yang berada di Desa Wanacala, Kecamatan Songgom Kabupaten Brebes.
Jembatan yang saat ini dilewati pengendara, merupakan
bangunan baru.
Sedangkan puing jembatan lama yang menjadi saksi bisu berada di
sebelah selatan jembatan baru. Diperkirakan, jembatan lama yang opritnya sudah
amblas tergerus arus sungai itu didirikan sekitar tahun 1930-an.
Sejarawan Brebes, Wijanarto menuturkan, sungai Pemali
menjadi saksi bisu The Killing Fileds untuk menghanyutkan mayat anggota PKI
maupun yang ditengarai sebagai bagian dari konflik horizontal pada masa itu.
“Angka kepastian berapa jumlahnya yang ditumpas tidak pernah kita ketahui, tapi ini bermula dari sejarah tutur yang diceritakan. Karena banyak masyarakat, terutama di wilayah muara sungai Pemali, banyak menemukan korban korban ’65, ini menyerupai kejadian di Bengawan Solo dan sungai Brantas Sidoarjo,” jelas Wijan.
Dijelaskan lebih lanjut, pasca Pemilu 1955 menjadi titik
kebangkitan PKI setelah berontakan pada Madiun 1948.
“Konsolidasi dan penyegaran dibawah triumvirat kepemimpinan Dipa Nusantara (DN) Aidit, Nyoto dan Mh. Lukman, PKI melakukan penggalangan anggota hingga menjadi kekuatan politik Indonesia sejajar dengan kekuatan ABRI dan Soekarno pada tahun 1960-an,” papar Wijan.
Termasuk di Kabupaten Brebes, PKI melebarkan sayap dan
melakukan penggalangan anggota. Salah satu pemikatnya yakni Program Lendreform,
dimana penguasa tanah harus membagikan rata, tidak boleh lebih dari dua hektar.
“Program tersebut dibawah kendali Barisan Tani Indonesia (BTI). Ada juga kekuatan buruh melalui Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI) yang keanggotaan diantaranya buruh buruh pabrik Gula dan kereta api,” tutur Wijan.
SOBSI kata Wijan merupakan organisasi yang sukses, karena
di Brebes terdapat tiga pabrik Gula. Di antaranya di Jatibarang, Kersana dan
Banjaratma
Selain itu, propaganda PKI juga melalui organisasi
profesi seperti Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) dan guru yang tergabung dalam
guru Vaksentra.
“Tidak ada angka yang pasti keanggotaan PKI di Kabupaten Brebes saat itu. Namun pasca 1965 terdapat warga Brebes yang ditahan di pulau Buru,” tambah Wijan.
Sementara itu, Wijan menjelaskan imbas dari peristiwa
G30S/PKI 1965 baru terasa di wilayah Brebes setelah kehadiran Resimen Pasukan
Komando Angkatan Darat (RPKAD) penumpas PKI di Jakarta yang datang ke Brebes
pada 7 Oktober 1965. RPKAD datang untuk mengamankan wilayah. Tidak hanya di
Brebes saja, tapi mereka juga mengamankan wilayah yang ditengarai sebagai basis
PKI.
Pos pos komando didirikan diantaranya di Kecamatan
Tanjung dan Brebes kota dengan sentra komando di tempat yang sekarang menjadi
Markas Kodim/0713 Brebes. Pasukan lainnya bergerak dari Ciledug untuk menyisir
wilayah Brebes Tengah seperti Banjarharjo, Ketanggungan dan sekitarnya.
“Kehadiran Pasukan tersebut menyemangati ormas ormas dan masyarakat untuk melakukan perlawanan dan pengganyangan terhadap gerakan kiri di Brebes,” kata Wijan.
Terdapat juga konflik horizontal. Salah satunya adalah
keturunan Tionghoa dituding menjadi anggota Badan Permusjawaratan
Kewarganegaraan Indonesia (Baperki).
“Banyak dari mereka yang melarikan diri ke Cirebon,” tutur Wijan.
Puncaknya, masyarakat Brebes menggelar rapat akbar di
Alun-alun Brebes pada 18 Oktober 1965. Banyak dari anggota gerakan kiri maupun
yang diduga ikut dalam pergerakan tersebut yang ditumpas dan mayatnya
dihanyutkan di sungai Pemali. (*)
Reporter: Yunar Rahmawan
Editor : Muhammad Abduh
0 komentar:
Posting Komentar