26 Mei 2018 6:12 WIB
Suku Aborigin (Foto: Flickr/lookingleft)
Setiap 26 Mei, Australia
memperingati National Sorry Day, atau Hari Maaf Nasional. Peringatan ini
didedikasikan sebagai ungkapan rasa bersalah publik atas pelanggaran Hak
Asasi Manusia yang dialami orang Aborigin dan penduduk asli Kepulauan Selat
Torres sepanjang sejarah Australia.
Dikutip dari The Independent, National Sorry Day dimulai
dengan sebuah hari berkabung di tahun 1998 untuk generasi Aborigin yang
"dirampas". Pada tahun 1905 dan 1967, pemerintah Australia
"merampas" anak-anak Aborigin dari orang tua mereka untuk diserahkan
kepada kaum kulit putih. Kebijakan ini memaksa Suku Aborigin untuk lebih
membaur dengan kehidupan kaum kulit putih.
Kebijakan rasis ini nyatanya tak bekerja sama sekali.
Riset dari lembaga Human Rights and Equal Opportunity Commission mengungkap
bahwa anak-anak Aborigin ini justru disiksa habis oleh keluarga penampung.
Kasus penyiksaan hingga pemerkosaan menimpa anak-anak aborigin.
Watak rasis kaum kulit putih pendatang ini merupakan
warisan generasi pertama yang datang ke tanah Australia di abad ke-19. Selama
awal masa pendudukan kolonial Inggris, Suku Aborigin menjadi korban
pembantaian. Orang Eropa saat itu tengah mengidap supremasi berlebihan dengan
menganggap orang suku sebagai peradaban Zaman Batu yang tidak layak hidup.
Perlawanan membongkar stigma terhadap Suku Aborigin telah
berlangsung sejak lama. Upaya hukum untuk menuntun permintaan maaf negara
sempat diajukan di era Perdana Menteri Australia John Howard. Namun, stigma itu
masih mengakar cukup kuat. Howard bahkan mengatakan bahwa Suku Aborigin juga
memiliki kesalahan.
Permintaan maaf negara pertama kali keluar dari perdana
menteri selanjutnya, Kevin Rudd. Dalam sebuah pidato pada 13 Februari 2008,
Rudd mengatakan bahwa apa yang dialami Suku Aborigin meruapak "kesedihan
mendalam, penderitaan, dan kehilangan bagi sesama orang Australia."
Suku Aborigin (Foto: Flickr/PK2007)
Kini, Suku Aborigin tengah memperjuangkan hak hidup yang
setara dengan warga kulit putih Australia. Data dari Oxfam menyebutkan bahwa
Suku Aborigin memiliki angka harapan hidup 10 hingga 17 tahun lebih rendah dari
orang kulit putih. Di samping itu, masalah kesehatan seperti tingginya angka
kematian bayi, menjadi pekerjaan rumah menuju Australia yang setara.
0 komentar:
Posting Komentar