Minggu, 26 Mei 2019

Hari Maaf Nasional: Cara Australia Rekonsiliasi dengan Suku Aborigin


26 Mei 2018 6:12 WIB

Suku Aborigin (Foto: Flickr/lookingleft)

Setiap 26 Mei, Australia memperingati National Sorry Day, atau Hari Maaf Nasional. Peringatan ini didedikasikan sebagai ungkapan rasa bersalah publik atas pelanggaran Hak Asasi Manusia yang dialami orang Aborigin dan penduduk asli Kepulauan Selat Torres sepanjang sejarah Australia.

Dikutip dari The Independent, National Sorry Day dimulai dengan sebuah hari berkabung di tahun 1998 untuk generasi Aborigin yang "dirampas". Pada tahun 1905 dan 1967, pemerintah Australia "merampas" anak-anak Aborigin dari orang tua mereka untuk diserahkan kepada kaum kulit putih. Kebijakan ini memaksa Suku Aborigin untuk lebih membaur dengan kehidupan kaum kulit putih.

Kebijakan rasis ini nyatanya tak bekerja sama sekali. Riset dari lembaga Human Rights and Equal Opportunity Commission mengungkap bahwa anak-anak Aborigin ini justru disiksa habis oleh keluarga penampung. Kasus penyiksaan hingga pemerkosaan menimpa anak-anak aborigin.

Watak rasis kaum kulit putih pendatang ini merupakan warisan generasi pertama yang datang ke tanah Australia di abad ke-19. Selama awal masa pendudukan kolonial Inggris, Suku Aborigin menjadi korban pembantaian. Orang Eropa saat itu tengah mengidap supremasi berlebihan dengan menganggap orang suku sebagai peradaban Zaman Batu yang tidak layak hidup.

Perlawanan membongkar stigma terhadap Suku Aborigin telah berlangsung sejak lama. Upaya hukum untuk menuntun permintaan maaf negara sempat diajukan di era Perdana Menteri Australia John Howard. Namun, stigma itu masih mengakar cukup kuat. Howard bahkan mengatakan bahwa Suku Aborigin juga memiliki kesalahan.

Permintaan maaf negara pertama kali keluar dari perdana menteri selanjutnya, Kevin Rudd. Dalam sebuah pidato pada 13 Februari 2008, Rudd mengatakan bahwa apa yang dialami Suku Aborigin meruapak "kesedihan mendalam, penderitaan, dan kehilangan bagi sesama orang Australia."

Suku Aborigin (Foto: Flickr/PK2007)

Kini, Suku Aborigin tengah memperjuangkan hak hidup yang setara dengan warga kulit putih Australia. Data dari Oxfam menyebutkan bahwa Suku Aborigin memiliki angka harapan hidup 10 hingga 17 tahun lebih rendah dari orang kulit putih. Di samping itu, masalah kesehatan seperti tingginya angka kematian bayi, menjadi pekerjaan rumah menuju Australia yang setara.

0 komentar:

Posting Komentar