Penulis: (TS/M-1) - Sabtu, 04 Mei 2019, 20:03 WIB
Utati
Koesalah - MI/SUMARYANTO BRONTO
PEREMPUAN kelahiran 1944 ini menjalani tahanan hingga 11
tahun. Ironisnya, Utati yang kala dijebloskan ke penjara berusia 22 tahun,
tidak pernah menjalani persidangan.
Ditahan atas tuduhan terkait dengan PKI pun dirasakan sangat
membingungkannya karena ia hanya mengikuti kegiatan kesenian di organisasi
Pemuda Rakyat.
Diceritakan Utati yang kini berusia 75 tahun, semula ia
mengajar di sebuah sekolah dasar sembari bersekolah sore di sebuah sekolah menengah.
Ia bergabung dengan Pemuda Rakyat karena ingin menyalurkan hobi menari dan
menyanyi. "Saya hanya ingin menyalurkan hobi saya berkesenian saja, tidak
tahu itu terkait dengan politik atau tidak," tuturnya.
Saat awal penangkapan, Utati menuturkan jika petugas
mengatakan hanya bermaksud meminta keterangan selama tiga hari. Kenyataannya ia
ditahan seterusnya di penjara wanita Bukit Duri yang kini sudah tidak ada lagi.
Di penjara itu, Utati menyaksikan banyak anak-anak tapol
yang ikut dibawa ke penjara dan tumbuh besar di sana. Anak-anak itu menjadi
penghiburan bagi para tapol. Namun kemudian, dibuat aturan jika anak di atas
umur 3,5 tahun harus keluar dari penjara.
Masa-masa awal di penjara tentu saja membawa rasa kecewa,
bahkan frustrasi bagi Utati. Ia sempat murung dan malas untuk melakukan apa
pun.
Beruntung, ia mampu menyemangati diri sendiri dan mencoba
beradaptasi dengan keadaan. Keberadaan teman sebaya dan anak-anak kecil cukup
mampu membawa sedikit suasan ceria dan mengalihkan sejenak dari derita.
Di sisi lain, ia pun memang harus tetap berjuang untuk bisa
hidup dipenjara. Ia mengikuti kegiatan membuat kerajinan tangan, seperti
membuat renda dan kristik.
"Saya harus berusaha untuk bisa tidak mati di situ. Waktu itu kami diizinkan kerja tangan, seperti ngrenda, kristik, dititipkan pada ibu ibu yang besuk untuk dijual, kalau laku bisa untuk beli gula, sabun, dan lainnya," tutur Utati.
Utati akhirnya bisa merasakan lagi udara bebas di usia 33
tahun. Namun, ia keluar dalam keadaan sakit amandel dan sulit berjalan. Maka,
Utati pun berupaya dulu untuk sembuh.
Setelah bisa berjalan, ia langsung pulang menemui ibunya.
Sang ibu yang sudah berpikir tidak akan pernah bertemu lagi dengan anaknya pun
terkejut bercampur senang. Utati lalu menikah dengan sesama eks tapol, yakni
Koesalah Soebagyo Toer yang merupakan adik dari sastrawan Pramoedya Ananta
Toer. (TS/M-1)
0 komentar:
Posting Komentar