SM/dok
PENGAMBILAN GAMBAR : Pelajar SMK HKTI 2 Purwareja Klampok melakukan pengambilan
gambar film "Buru" di sekitar wilayah Banjarnegara, baru-baru
ini.(60)
BANJARNEGARA – Pelajar di bawah fasilitasi Cinema
Lovers Community (CLC) Purbalingga kembali memproduksi film bertema tragedi
’65. Tahun ini SMK HKTI 2 Purwareja Klampok, Banjarnegara. Di bawah bendera
ekstrakurikuler sinematografi, Hika Production memproduksi fiksi pendek
berjudul Buru yang pengambilan gambarnya dilakukan di wilayah Kecamatan
Susukan dan Purwareja Klampok, 27-28 April.
Sutradara film ini, Supangat mengatakan, selain harus
mempelajari literasi dan referensi tentang sejarah Indonesia tahun 1965, ia dan
teman-temannya juga menyiapkan set film dengan latar tahun 1979 yang cukup
berat.
“Berat memang, tapi kami jadi berkesempatan belajar banyak hal, yang bahkan tidak kami pelajari di sekolah,” ujar siswa kelas X jurusan Teknik Komputer Jaringan (TKJ) ini.
Film yang tengah masuk paskaproduksi ini berkisah tentang
pemuda bernama Kodri. Selain dikenakan wajib lapor sepekan dua kali ke Koramil,
pemuda yang sempat menjadi anggota organisasi Pemuda Rakyat. Setelah bebas dan
pulang dari Pulau Buru masih diawasi, dicurigai, bahkan disepelekan. Sebelum
diasingkan ke Pulau Buru, Maluku, Kodri rajin beribadah dan mengajar anak-anak
mengaji. Pun setelah pulang dari Pulau Buru, bedanya, ia mengajar mengaji
anak-anak di langgar sambil diawasi tentara.
Kompetisi Pelajar
Sampai akhirnya, Kodri yang hanya tinggal bersama ibunya,
bertemu Daryo, teman lama sesama bekas tahanan politik di Koramil saat wajib
lapor. Bahkan Daryo meminta Kodri menikahi Sri, adiknya. Kodri tak menolak
tawaran Daryo setelah mendapat restu ibunya.
Meski semestinya hidup bahagia dengan Sri yang sedang mengandung, namun hidup Kodri tampak semakin berat. Bukan karena beban ekonomi, tapi kekhawatiran dan kecemasan yang terus membayangi sebagai eks-tapol. Menurut Taufik Setyo Pambudi, dalam memerankan tokoh Kodri, ia juga harus ikut membaca literasi yang dipelajari para kru selain menonton beberapa film pendek tema ’65 yang memang tidak banyak.
“Pada dasarnya, saya senang dunia akting, makanya ketika lolos casting, saya menjadikan peran ini sebagai tantangan,” ujar pria yang pernah belajar teater saat SMA.
Produser yang juga guru pembina ekskul sinema, Anggiriani
Agustin Puspitasari mengatakan, skenario film ini ditulis dari kisah nyata
seorang mantan tapol dari Purbalingga.
“Ketika saya tawarkan pada anak-anak, mereka antusias dan menyatakan berani memfilmkan. Ya masa saya takut? Lagi pula, sekolah juga mendukung,” tutur guru pengampu pelajaran seni tari ini.
Film yang direncanakan berdurasi 15 menit ini
dipersiapkan untuk diikutkan pada program Kompetisi Pelajar se-Banyumas Raya
Festival Film Purbalingga (FFP) 2019, yang akan digelar pada 6 Juli – 3 Agustus
2019. (K35-60)
0 komentar:
Posting Komentar