Editor Foto : Bismo Agung - 16:44 WIB -
Jumat, 10 Mei 2019
Di Pulau Buru, dua belas ribu tahanan politik pernah
mendiami kawasan itu. Hampir semua dari mereka adalah orang-orang yang dianggap
terkait dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Ketika dinyatakan bebas, banyak
tahanan pulang ke Pulau Jawa, tapi ada juga yang memilih tinggal di Pulau Buru,
pulau yang dianggapnya sebagai rumah mereka sampai mati.
Atika Fauziyyah
TAHANAN | Pulau Buru, sungguh elok. Tapi dibalik
keelokannya, sejarah suram tercecer di sini. Berada di Kepulauan Maluku, Pulau
Buru adalah penjara alam nan ganas bagi mereka yang disangka anggota dan
simpatisan PKI. Hutan dan lautnya luas, ombak di perairannya pun lumayan keras
menjadi pembatas bagi para tahanan politik yang kebanyakan datang dari Jawa.
Atika Fauziyyah
YANG TERSISA | Sekitar 12.000 orang yang dituding sebagai
simpatisan dan anggota PKI hidup sebagai tahanan di Pulau Buru. Satu di
antaranya adalah Solihin, 84 tahun. Bersama 300 eks tapol ia memilih meneruskan
hidupnya di pulau itu. Datang dari Jawa Barat, Solihin ingat benar derita
menjadi tahanan di Pulau Buru.
Atika Fauziyyah
NISAN | Di Pulau Buru, nisan yang terserak menjadi bukti
dari banyaknya tahanan yang mati. Solihin yang mantan pegawai Pusat Pertanian
Negara di Jawa Barat itu ingat betul nestapa yang dialami olehnya dan
sejawatnya kala itu. Ia masih mengenang bagaimana satu persatu tahanan di Pulau
Buru memilih mati karena ganasnya hidup di pulau itu. Solihin merasa beruntung
karena ia masih bisa bertahan hingga kini, bahkan ia sempat pulang ke kampung
halaman dan membawa istrinya untuk melanjutkan hidup di Pulau Buru.
Atika Fauziyyah
SENIMAN | Dahulu Solihin adalah seniman suling.
Iamenjejakkan kaki di Pulau Buru karena kerap turut dalam pertunjukkan seni
yang digagas PKI. Ketika dinyatakan bebas Solihin sebenarnya bisa saja pergi
meninggalkan Buru, tapi pengalaman pahit ketika pulang ke kampung halaman
membuat ia terpaksa kembali ke pulau yang disebutnya sebagai penjara masa lalu.
Atika Fauziyyah
KENANGAN | Ketika ia diangkut ke Pulau Buru pada 1969,
Solihin meninggalkan istrinya di kampung halamannya di Sumedang, Jawa Barat. Ia
berjumpa kembali pada 1972 ketika pulang ke kampungnya setelah dinyatakan
bebas. Namun stigma tapol yang menakutkan, dan berdampak pada kerabat, membuat
Solihin memilih kembali ke Buru bersama sang istri. Etty Rohmayati, istri
Solihin wafat di Pulau Buru pada 2015. Kepergiannya meninggalkan kenangan, juga
kesepian bagi lelaki itu.
Atika Fauziyyah
BURU | Sampai saat ini Pulau Buru adalah wilayah yang
sulit. Hutannya yang lebat, tanahnya yang keras membuat hidup di pulau itu
amatlah sukar dijalani. Hampir tak ada bekas bangunan yang dapat mengingatkan
Pulau Buru sebagai tempat pembuangan tahanan politik. Barak-barak yang dulu
menjadi tempat tidur para tahanan di 22 unit sejak lama dihancurkan. Dan saat
ini hanya menyisakan beberapa rumah yang dibangun oleh para tapol yang memilih
tinggal.
Atika Fauziyyah
SENDIRI | Di rumahnya yang berada di Desa Savana Jaya,
Solihin kini tinggal sendiri. Ia tak lagi bekerja sebagai buruh tani. Anaknya
memilih merantau ke Pulau Jawa dan ke Namlea, Buru, dan untuk menghidupi
dirinya ia hidup dari kelihaiannya bermain suling.
Atika Fauziyyah
KELAM | Pulau Buru memang sejarah kelam bagi siapa pun,
termasuk bagi Indonesia itu sendiri. Pada foto, patung Pelda Panita Umar,
Prajurit Sapta Margais Kodam XV Patimurra berdiri. Panitia Umar adalah tentara
yang mati dibunuh para tahanan pada 1972. Dan patung itu dibuat oleh para tapol
atas perintah tentara untuk mengenang sosoknya.
Atika Fauziyyah
DICURIGAI | Meski kebebasan telah dihirup oleh Solihin,
ketakutan akan stigma PKI masih saja menghantui. Para eks tapol saat ini masih
saja hidup dicurigai, Solihin berkisah beberapa bulan lalu ia didatangi polisi
yang takut ideologi PKI bangkit kembali. Solihin yang mengaku trauma akan
stigma itu akhirnya membakar buku-buku politik yang masih ia miliki.
Atika Fauziyyah
RUMAH | Bagi Solihin, Pulau Buru adalah rumahnya saat
ini. Laki-laki dari tatar sunda itu pun rela mati dan berkenan dimakamkan di
Buru yang disekililingnya berdiri bukit dan terhampar laut luas berwarna biru
dengan ombak yang ganas.
0 komentar:
Posting Komentar