Rabu, 30 September 2015

Basoeki Abdullah, Sang Pelukis Salon Langganan Soekarno


Endro Priherdityo, CNN Indonesia | Rabu, 30/09/2015 08:40 WIB

Pameran Rayuan 100 Tahun Basoeki Abdullah telah usai digelar di Museum Nasional, Jakarta, pada Rabu (30/9). (CNN Indonesia/ Safir Makki)

Jakarta, CNN Indonesia -- Hari ini (30/9), pameran Rayuan 100 Tahun Basoeki Abdullah telah usai digelar di Museum Nasional, Jakarta. Namun sejatinya parade mahakarya sang maestro tak berhenti sampai pameran itu saja, melainkan terus diestafet di Museum Basoeki Abdullah.

Di museum yang terletak di Jalan Keuangan Raya No 19, Cilandak Jakarta Selatan, itu publik bisa mengenal lebih jauh sosok seniman yang dijuluki “pelukis istana.” Museum ini dibuka sejak  pukul sembilan pagi hingga empat petang.

Salah satu orang yang terbilang cukup mengenal sosok pelukis legendaris ini adalah Mikke Susanto, kurator pameran Rayuan 100 Tahun Basoeki Abdullah. Selama sepuluh tahun ia sudah meriset dan menyukai sosok Basoeki.

Pelukis Belia

Berbincang dengan CNN Indonesia, Mikke menceritakan sosok pria flamboyan kelahiran Surakarta, Jawa Tengah, 25 Januari 1915. Ternyata Basoeki sudah menunjukkan bakatnya di usia belia. 
"Di usia sepuluh tahun, Basoeki itu sudah dapat menggambar muka Mahatma Gandhi yang terpajang itu," kata Mikke sembari menunjuk sebuah lukisan di etalase dalam museum yang dibuat pada 1925. 
Terbuat dari goresan pensil di atas kertas A4, tarikan lekuk dan garisnya nyaris sempurna, sungguh menyerupai muka Mahatma Gandhi sebagaimana terlihat di foto-foto sang tokoh India bila dicari melalui internet saat ini.

Sebagai perbandingan, Mikke mengatakan bahwa maestro seni lukis modern Indonesia, Raden Saleh, telah mendapatkan beasiswa ke Belanda di usia 13 tahun di bidang seni lukis.

Bakat Basoeki Abdullah dan pendidikan seni lukis yang ia kenyam di Eropa menjadikannya sebagai pelukis realis terkenal berdarah Indonesia. Pameran karyanya selalu dibanjiri ribuan penikmat seni di Benua Biru.


Lukisan Basoeki diminati petinggi negeri dan kaum bangsawan, termasuk Raja Hassanal Bolkiah dari Brunei Darussalam. (CNN Indonesia/Safir Makki)

Pelukis Salon

Kembali ke Indonesia, ia dipilih oleh Ir. Soekarno, sang Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia, sebagai pelukis langganan istana. Basoeki mampu menggambarkan keindahan sesuai imaji dalam benak Bung Karno.

Tak terhitung jenis lukisan potret, pemandangan, hingga gambar telanjang yang dibuat oleh Basoeki. Para konglomerat dan bangsawan antre memesan lukisan dari sang maestro karena yakin wajah mereka akan menjadi jauh lebih indah bila digambar oleh Basoeki.

Teknik “mempercantik” itu yang disebut oleh Mikke sebagai beautifikasi, atau melakukan deformasi bentuk asli objek hingga mencapai kadar yang proporsional hingga terlihat indah. Karena itu pula, Basoeki dijuluki “pelukis salon.”
"Saat itu, Soedjojono adalah yang paling kuat menekan Abdullah, terutama aliran Mooi-indie yang menggambarkan keindahan," kata Mikke. "Soedjojono menilai gaya Basoeki tidak mencerminkan Indonesia, karena Abdullah menggambar dengan gaya Belanda.”
Tuduhan itu pun didukung kenyataan selama masa perjuangan melawan Belanda, Basoeki ketahuan absen. Ia lebih sering berada di Eropa untuk mengadakan pameran lukisan.

Sekalipun dituduh sebagai antek-antek penjajah tak lantas membuat Basoeki sewot. Ia memilih untuk diam dan pasif atas serangan kolega, sahabat, dan sesama pelukisnya yang diarahkan kepadanya.
"Basoeki justru malah menulis, yang intinya: terus saja melakukan yang ingin kamu lakukan," kata Mikke. "Dia itu mudah buat senang orang, senang melucu. Dunia seni yang begitu—dengan passion tanpa takut kritik.”
Basoeki tetap melanjutkan hidupnya. Ia pernah tinggal di Thailand dan dipercaya sebagai pelukis Raja Thailand beserta seluruh anggota keluarganya. Di Negeri Gajah Putih itu, Basoeki tinggal selama 15 tahun dan menikah dua kali.

Popularitasnya sebagai pelukis andal kaum petinggi negeri dan bangsawan memang tak terelakkan. Setelah Thailand, giliran Raja Brunei Darussalam meminta Basoeki untuk melukis di negara itu.

Harga karya lukisan Basoeki kala itu sangatlah mahal. Bila dikonversi ke masa kini, harganya dapat lebih dari Rp200 juta untuk lukisan potret biasa, demikian dikatakan Mikke.

Harga tersebut menurut Mikke selain karena biaya kemahiran Basoeki, tetapi juga bahan-bahan yang digunakan pelukis itu memiliki kualitas tinggi dan seluruhnya berasal dari luar negeri.


Lukisan Soekarno karya Basoeki Abdullah yang dipamerkan di Museum Nasional, Jakarta (21-30/9). (CNN Indonesia/Safir Makki)




Perayu Ulung

Kepiawaian Basoeki tak sebatas menggambar wajah orang menjadi lebih indah, tetapi juga membujuk kalangan yang semula nyaris sulit dilukis akhirnya bersedia duduk diam dan berpose untuk Basoeki.
"Basoeki itu pandai merayu, tidak ada yang tidak mau dilukis oleh Basoeki," kata Mikke. "Beberapa memang menggunakan imajinasinya sendiri, termasuk gambaran Nyi Roro Kidul dan Pangeran Diponegoro yang menggambarnya dengan mengeksplorasi kemampuan spiritual, secara gaib.”
Soal popularitas, dikatakan Mikke, tak terlepas dari keinginan pribadi Basoeki. Hal itu “berasal dari keinginan dirinya sendiri juga. Ia sadar dirinya tampan dan ia pun berasal dari kalangan priayi yang pasti meletakkan dirinya tidak akan sembarangan.”

Nasib Tragis

Setelah malang melintang sebagai maestro lukis Indoensia, Basoeki meninggal secara mengenaskan pada 5 November 1993, setelah perampok masuk ke dalam rumahnya.
"Basoeki ketika itu berada di kamarnya, namun di tengah malam, perampok masuk ke kamarnya dan ketahuan oleh Basoeki. Sempat terjadi kejar-kejaran dengan pencuri, namun Basoeki dipukul hingga meninggal di kamarnya sendiri,” kata Joko Marsono, kepala Museum Basoeki Abdullah.
Jenazah Basoeki sendiri menurut penuturan Joko ditemukan oleh sang asisten rumah tangga ketika pagi hari saat sang asisten masuk ke kamar maestro untuk memberikan sarapan. Kejadian tersebut mengejutkan Nataya, istri Basoeki, yang tidur di lantai atas.

Bukan hanya Nataya dan keluarga Basoeki yang kaget atas kepergian tragis sang maestro, namun juga kompleks Departemen Keuangan, lokasi tempat tinggal Basoeki. Mereka baru sadar beberapa tahun terakhir terdapat seorang pelukis besar yang tinggal di lingkungannya.

Untuk mengenang Basoeki Abdullah, pemerintah mendirikan sebuah museum di rumah peninggalan sang maestro pada 25 September 2001. Di dalam museum tersebut, terdapat kamar tidur sang maestro dan beberapa peninggalan pribadinya.
Mengutip keterangan di situs web resmi Museum Basoeki Abdullah, disebutkan “Jumlah koleksi museum yang dihibahkan berdasarkan data yang ada sebanyak 123 buah, sedangkan koleksi pribadi (barang dan benda seni) milik Basoeki Abdullah sebanyak 720 buah, dan buku-buku/majalah kurang lebih 3.000 buah.”
Tak sebatas pameran benda koleksi, di museum ini juga digelar beragam kegiatan, meliputi “pameran, seminar, penelitian dan workshop, serta menerbitkan bermacam bentuk publikasi berupa katalog, biografi, kumpulan artikel, dan hasil penelitian dan dari serangkaian kegiatan yang lain.”
(end/vga)


0 komentar:

Posting Komentar